• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Dalam dokumen PENGANTAR HUKUM INDONESIA (Halaman 60-63)

BAB VII HUKUM PERDATA

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Setiap negara memiliki hukum perdata nasional sendiri. Peraturan hukumnya akan berlaku bagi setiap warga negara, dari negara masing-masing. Kalau terjadi peristiwa hukum perdata yang menyangkut “unsur asing” di dalamnya, maka sifat peraturan hukum SU.: berubah menjadi lnternaslonal dan peristiwa hukum tersebut diselesaikan rnenurut peraturan hukum perdata yang berlaku di negara itu. Di Indonesia pelaksanaan menyelesaiakan peristiwa hukum perdaia yang menyangkut unsur asing di dalamnya adalah sama dengan negara-negara lain. Hanya saja asas-asas sumber hukum yang digunakan mungkin berbeda dengan negara lainnya. Hal ini terutama disebabkan perbedaan perkembangan dalam sejarah hukum perdata Indonesia. Sejak bangsa Indonesia diperlakukan sebagai daerah jajahan Belanda dan Jepang, peraturan hukum yang berlaku adalah buatan Belanda. Dan kalau kemudian Indonesia menjadi negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat sampai sekarang masih banyak peraturan hukum Belanda itu yang berlaku. Peraturan hukum yang menjadi sumber hukum dari hukum perdata lntemaslonal di Indonesia terdapat di dalam Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB) yang asasnya dicantumkan dalam pasal 16, 17 dan 18. Ketiga pasal ini merupakan sisa dari ajaran (teorl) statute yang diciptakan oleh Bartolus de Saxofeerato (1314-1357) (R. Abdoel Djamali, 1983, h. 224).

Hukum Perdata intemasional tidak terdiri atas aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara negara-negara, tetapi maksud aturan-aturannya ialah mengatur hubungan-hubungan antara perseorangan (dari berbagai negara). Hukum perdata Internasional ialah hukum perdata yang disebut intemasional karena aturan-aturan hukum itu menunjukkan menurut hukum nasional (Intern) manakah harus dipertimbangkan hubungan- hubungan hukum perdata yang ditimbulkan oleh pergaulan Internasional (Hartonc H, 1988, h. 124).

Hukum perdata internasional adalah sekumpulan peraturan yang mengatur peraturan apa yang menjadi peraturan hukum atau peraturan mana yang berlaku mengenai hubungan hukum yang diadakan oleh dua atau lebih orang yang tunduk pada tata hukum yang berbeda (A Slt1.S, 1992, h. 89).

Peraturan-peraturan Hukum Perdata Internasional

Peraturan-peraturan hukum perdata lnternasional terdiri atas dua golongan, yaitu (A Siti S, 1992, h, 89).

a. Peraturan-peraturan petunjuk (venwijsingsregeis, “Hukum mana”).

b. Peraturan-peraturan asli atau peraturan-peraturan sendiri (Eigen regeis, hukum apa). ad.a. Yang dimaksud dengan peraturan petunjuk ialah peraturan yang menunjuk hukum

nasional mana yang akan mengatur hubungan yang bersangkutan. Sebagian terbesar peraturan hukum perdata internasional adalah peraturan petunjuk, yaltu peraturan yang menunjuk hukum nasional mana yang mengatur dan karena kenyataan tersebut, maka dalam pergaulan antara subyek-subyek hukum yang kewarganegaraannya tidak sama, oleh hakim (nasional) dijalankan hukum nasional, yaitu baik hukum nasional sendiri rnaupun hukum nasional asing, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum perdata Internasional adalah hukum nasional untuk menyelesaikan perkara- perkara lnternasional.

Beberapa peraturan petunjuk yang terdapat dalam perundang-undangan Indonesia, antara lain terdapat di : Pasal 16 AB (mengenai statute personil) : ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang mengenal status dan kekuasaan subyek hukum tetap bertaku bagi warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri. "Asas Lex Originis". Walaupun dalam pasal-pasal 16 AB hanya disebut “warga negara Indonesia", namun menurut yurisprudensi dan doktrin hukum Indonesia dapat menjalankan asas lex originis ini dalam menyelesaikan perkara mengenal status dan kekuasaan orang asing (di Indonesia). Di Inggris dan Amerika dikenal asas domisili, yaitu suatu asas yang memperlakukan hukum tempat dimana orang asing tinggal.

Pasal 17 AB : Mengenai benda yang tidak bergerak berlaku undang-undang dan negara atau tempat di mana benda itu terletak Pasal ini menerangkan berlakunya lex rel sitae atau statula rell

Pasal18 AB : menerangkan berlakunya statuta mix ta : bentuk tiap perbuatan (cara menjalankan perbuatan) ditentukan oleh undang-undang negara atau tempat dimana perbuatan itu diadakan. Misalnya : seorang warga negara Indonesia yang menjual benda bergerak kepada seorang WNI lain di kota New York yang menentukan cara mengadakan perjanjian jual beli tersebut ialah : hukum Amerika Serikat, tetapi yang menentukan perjanjian jual beli ini adalah hukum Indonesia.

sendiri. Peraturan sendiri ini tidak menunjuk pada hukum nasional mana yang akan mengaturnya, tetapi mengatur sendlri. Misalnya: traktat warsawa 12 - 10 - 1929 mengenal pengangkutan udara.

- Pasal 945 BW : seorang WNI, yang ada di negara asing, akan tidak dapat membuat surat wasiat kecuali dengan akta authentiek dan dengan mengindahkan formalitet yang lazim di negara tempat dibuatnya akta itu.

- Pasal 56 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang perkawinan di luar negeri.

- Pasal 57 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan campuran Di samping kemungkinan menggunakan peraturan petunjuk dan peraturan asli, ada kemungkinan ketiga yaitu kedua belah pihak mengadakan pilihan hukum (rechtskueze) yaitu mereka setuju bahwa hubungan mereka akan diatur oleh hukum yang dipilihnya sendiri. Misalnya seorang pedagang warga negara Belgia dan seorang pedagang warga negara Perancis mengadakan persetujuan jual beli, yang atas pilihan mereka, memilih diatur oleh hukum Belanda (A Siti S, 1992, h. 91).

Mengenai aturan petunjuk itu mengadakan hanya tata hukum mana atau lebih tegas undang-undang negara/tempat mana yang harus diperlakukan. Sama seka1i tidak memperhatikan bagaimana asas-asas atau isi tata hukum undang-undang yang ditunjuk itu.

Dari hal tersebut dimungkinkan memberlakukan norma-norma hukum negara lain/asing diterapkan di negara sendiri meskipun tidak selaras atau bahkan bertentangan. Untuk menghindari adanya pertentangan dan ketidakselarasan dapat dikemukakan ajaran “ketertiban umum”. Ketertiban umum dalam lapangan hukum perdata Internasional ini ialah : mengatakan bahwa tata hukum yang ditunjuk oleh sesuatu aturan penunjuk berlaku juga, tetapi dengan pengertian bahwa norma-norma kesusilaan dan tara hukum negara sendiri tidak boleh dilanggar oleh tata hukum lain. Ketertiban umum tersurat dalam pasal 23 AB : “Undang-undang yang mengenai ketertiban umum atau tata susila tidak dapat dilemahkan kekuatannya oleh perbuatan atau perjanjian apapun juga". Ketertiban umum ini maksudnya ialah ketertiban umum yang membatasi kebebasan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum. Bahwa orang tidak boleh melakukan perbuatan yang sebebas- bebasnya yang akibatnya merugikan pihak lain.

BAB XI

Dalam dokumen PENGANTAR HUKUM INDONESIA (Halaman 60-63)