• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistematlka KUHD

Dalam dokumen PENGANTAR HUKUM INDONESIA (Halaman 44-48)

BAB VII HUKUM PERDATA

ASAS-ASAS HUKUM DAGANG

B. Sistematlka KUHD

Buku ke I : Perniagaan pada umumnya. Titel I : Dihapus sejak tahun 1938 Titel II : pembukuan

Titel III : beberapa macam perseroan/badan usaha. Titel IV : bursa dagang, makelar dan kasir

Titel V : Komisioner, ekspeditur, pengangkut, dan nakhoda perahu yang melalui sungai dan perairan darat

Titel VI : Surat-surat berharga (wesel dan order). Titel VII : cek, promes dan kuitansi.

Titel IX : asuransi atau pertanggungan pada umumnya

Titel X : pertanggungan terhadap kebakaran, bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipenuhi dan bertanggungan jiwa.

Buku II : tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terbit dari pelayaran. Titel I : kapal laut dan muatannya.

Titel II : pengusaha kapal.

Titel III : Nakhoda, anak kapal, dan penumpang. Titel IV : perjanjlan laut.

Titel V : pengangkutan laut. Titel VI : pengangkutan orang. Titel VII : tubrukan.

Titel VIII : pecahnya kapal, pendamparan dan ditemukannya barang di laut. Titel IX : dihapus.

Titel X : pertanggungan terhadap bahaya di laut dan perbudakan.

Titel XI : pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat, disungai, diperairan darat.

Titel XII : kecelakaan, keruglan laut (avary).

Titel XIII : berakhirnya perikatan-perikatan dalam perdagangan dilaut.

Sebelum tahun 1938 Hukum Dagang hanya mengikat ”pedagang" saja, sehingga hanya para pedagang saja yang dapat melakukan perbuatan dagang.

Hubungan Antan Hukum Perdata Dengun KUHD

Antara hukum perdata dengan hukum dagang tidak terdapat perbedaan yang prinsip. Hal ini tersurat dalam pasal 1 KUHD : yang berlaku pula asas Lex Specialis derogat lex

generalis.

Tetapi pada tahun 1938 asas hukum dagang bagi pedagang tidak dapat dipertahankan lagi. Oleh sebab itu pembentuk Undang-Undang telah mengadakan perubahan dalam hukum dagang yaitu dengan dikeluarkannya Stb. 1938-276 yang mulai berlaku tanggal 17 Juli 1938. Perubahan tersebut memuat dua hal, yakni :

1. Penghapusan pasal 2 sampai dengan pasal 5 pada Bab I Buku I KUHD. Pasal-pasal tersebut mengatur pengertian pedagang dan pengertian perbuatan perniagaan. Jadi mulai 17 Juli 1938 pengertian pedagang sebagaimana diatur dalam pasal 2 sampai dengan pasal 5 dihapus dan diganti dengah pengertian perusahaan.

2. Memasukkan istilah “Perusahaan" dalam hukum dagang diantaranya yang tercantum dalam pasal 6,16,36 dan sebagainya.

Namun demikian dalam KUHD tidak diberikan pengerdan mengenai perusahaan. Pengertian perusahaan dapat dicari sendiri oleh para ahli hukum sesuatu dengan perkembangan zaman. Sebagai suatu pedoman dalam hal ini diberikan pengertian perusahaan oleh beberapa Sarjana.

- Pengertian Perusahaan Menurut Prof. Molengraaff

Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapat penghasilan, dengan cara memperniagakan barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan penjanjian-perjanjian perdagangan. Molengraaff memandang perusahaan dari segi Ekonomi.

- Pengertian Perusahaan Menurut Polak

Polak memandang Perusahaan dari segi Komersil bahwa baru dikatakan perusahaan kalau ada perhitungan rugi-laba yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan.

- Pengertlan Perusahaan Menurut Rumusan Undang-Undang

Pasal 1 huruf b Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (UWDP). Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Dari ketiga rumusan tersebut kiranya dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam perusahaan yakni :

1. Badan Usaha.

2. Kegiatan dalam bidang ekonomi. 3. Terus-menerus.

4. Terang-terangan.

5. Mencari Keuntungan atau laba. 6. Adanya Pembukuan.

Hukum perdata merupakan hukum perdata umum, dan hukum dagang merupakan hukum perdata Khusus. Misalnya : soal perjanjian jual beli penting KUHD tetapi diatur lengkap dalam KUHPerdata. Berlaku sebaliknya asuransi penting bagi persoalan perdata diatur dalam KUHD.

Sumber utama Hukum Dagang adalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sebagai Kodifikasi. Selain itu juga di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdt).

Hukum Dagang juga diatur dalam perundang-undangan diluar KUHD dan KUH Perdt, hal ini sesuai dengan perkernbangan dalam bidang perdagangan, antara lain : Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang HAKI, Undang-Undang Pasar Modal, Undang-Undang Penanaman Modal, Undang-Undang Perkoperasian, Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan, Undang-Undang Pengangkutan, Undang-Undang Usaha Perasuransian, dan sebagainya.

Selain itu sebagai sumber hukum dagang dapat juga dicari dalam jurisprudensi, Hukum Kebiasaan maupun Perjanjian-perjanjian internasional (Traktat), Perjanjian Perorangan.

Beberapa macam persekutuan dagang

Dalam hukum dagang dikenal beberapa macam persekutuan dagang antara lain :

A. Maatschap

Dalam BW diatur dalam pasal 1518 BW. Maatschap adalah suatu persetujuan dimana dua omng atau lebih mengikatkan dirinya untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang diperoleh dengan usaha bersama yang dikumpulkan oleh tiap-tiap peserta bisa berupa uang, barang bahkan tenaga.

C. Firma (Fa)

Firma adalah perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah satu nama bersama, sehingga beberapa orang yang melakukan usahanya dibawah nama yang telah disetujui bersama tersebut. Anggota-anggotanya langsung dan secara sendiri bertanggung jawab sepenuhnya (seluruhnya) terhadap pihak lain (ketlga). Para persero dapat melakukan perbuatan-perbuatan sebagai berikut:

a. Bertindak atas nama firma.

b. Mengeluarkan dan menerima uang.

c. Menghubungkan firma dengan pihak ketiga dan sebaliknya. Syarat-syarat mendirikan frrma :

1. Dengan akte notaris.

2. Akte notaris didaftarkan di panitera Pengadilan Negeri setempat.

3. Ikhtisar akte pendirian tersebut harus dimuat dalam tambahan berita negara.

Tanggung jawab para persero masing-masing harus bertanggung jawab sepenuhnya untuk perbuatan-perbuatan para persero untuk kepentingan firmanya. Semua pinjaman dan

kerugian tidak hanya ditanggung dengan harta kekayaan firma saja, bila perlu para persero akan memikulnya secara bersama.

Dalam dokumen PENGANTAR HUKUM INDONESIA (Halaman 44-48)