• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS DATA TENTANG MODEL PENDIDIKAN

LANDASAN TEORI

A. Asas-Asas Pendidikan Isiam 1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan anak sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan atau pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilai spiritual dan sangat sadar akan etis Islam (An- Nahlawi, 1995 : 26). Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan yang berpedoman pada syariat Allah. Sejalan dengan hal tersebut pendidikan Islam adalah segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani menuju terbentuknya insan kamil, yang dimaksud insan kamil disini adalah muttaqin yang terefleksikan dengan perilaku baik, dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama maupun dengan alam sekitarnya (Achmadi, 1987 : 10).

Oleh karena itu pendidikan Islam bukan sekedar transfer o f knowledge ataupun transfer o f training, tetapi lebih merupakan yang terkait secara langsung dengan Tuhan.

Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sosok pendidikan Islam digambarkan sebagai suatu sistem yang membawa manusia kearah kebahagiaan dunia dan

akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk kebahagiaan dunia akhirat, maka yang harus diperhatikan adalah nilai-nilai Islam tentang manusia, hakekat dan sifat-sifatnya, manusia dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti, hak dan kewajibannya, sebagai individu dan anggota masyarakat, Al-Qur'an dan As-Sunnah (Isna, 2001 : 40).

Jadi persepsi pendidikan Islam, tidak hanya melihat bahwa pendidikan itu sebagai upaya mencerdaskan semata (pendidikan intelektual, kecerdasan), melainkan sejalan dengan konsep Islam, pendidikan Islam tentang manusia dan hakikat eksistensinya. Pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial juga sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakekat keberadaan eksistensi manusia. Oleh karena itu pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah, perbedaannya adalah kadar ketakwaan, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif, karena pendidikan berupaya untuk menumbuhkan dan kesadaran pada manusia, maka sangat urgen sekali memperhatikan konsep atau pandangan Islam tentang manusia sebagai makhluk yang diproses kearah kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Di dalam hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan. Mereka hidup semati bersama, ringan sama

17

dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad atau cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin (Djamarah, 2004 : 16).

Menurut Buseri (1990 : 4), keluarga adalah satu pusat pendidikan kelembagaan tempat berlangsungnya pendidikan. Dengan demikian, keluarga sebagai pusat pendidikan alamiah dibandingkan dengan pusat pendidikan lainnya, dan diperkirakan pendidikan dalam keluarga berlangsung, dengan kewajaran, keluarga juga merupakan kelembagaan masyarakat yang memegang peran kunci dalam proses sosialisasi. Jadi peran orang tua dan seluruh anggota keluarga adalah hal yang sangat penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi yang ada di dalamnya.

Keluarga pada hakekatnya merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama (Khoeruddin, 1997 : 4)

Dilihat pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu, anak, yang di dalamnya terjadi proses pembentukan dan pengembangan kepribadian anak.

3. Materi Pendidikan Islam dalam Keluarga

Dalam pelaksanaan tugas orang tua sebagai pendidik utama dan pertama, lebih-lebih dalam melaksanakan inti pendidikan yaitu berupa pendidikan keimanan, sebaiknya orang tua terlebih dahulu untuk mengetahui cerita tentang Luqman Hakim. Lukman Hakim diceritakan

dalam Al-Qur'an, maksudnya sebagai berikut untuk dijadikan contoh dalam cara mendidik anak.

Para ahli sejarah mengajukan berbagai pendapat tentang siapa Luqman Al Hakim yang diceritakan dalam Al-Qur'an itu. Sekalipun ada perbedaan pendapat, mereka sependapat dalam hal bahwa Luqman itu orang yang alim dan bukan Nabi. Al-Qur'an surat Luqman ayat : 1 2 - 1 4 sebagai berikut:

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu : "bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri : dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadnaya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua ibu bapaknya : ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu" (QS. Luqman [31] : 12-14).

19

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Luqman diberi Al Hikmah oleh Allah artinya Luqman itu orang yang bijak, ciri kebijakannya antara lain terlihat dalam materi pendidikan yang diberikan kepada anaknya. Materi pendidikan yang diberikan Luqman itu perlu diperhatikan oleh orang tua yang juga berkewajiban mendidik anaknya (Tafsir, 1994 : 189 —

190).

Adapun materi pendidikan Islam mencakup lima hal yaitu:

a. Pendidikan ketauhidan: artinya anak-anak harus didampingi agar bertuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Materi ini mencakup mensyukuri nikmat, meyakini hari pembalasan, dan melarang keras syirik. Materi ini sebenarnya merupakan harapan utama dalam pendidikan yang mendasari materi pendidikan lainnya.

b. Pendidikan akhlak: maksudnya anak-anak itu harus dilatih agar memiliki akhlak terpuji. Materi ini mencakup: akhlak kepada Tuhan, orang tua, dan masyarakat. Hal ini nanti akan mendasari akhlak anak kepada gurunya.

c. Pendidikan sholat: artinya anak-anak harus dilatih dan dibiasakan mengerjakan sholat sebagai salah satu tanda kepatuhan kepada (Allah). Pendidikan shalat itu kelak akan menjadi dasar bagi amal-amal shalih, dan apabila shalatnya baik, maka amal-amal lainnya akan baik pula dan sebagainya.

d. Pendidikan amar ma'ruf nahi mungkar: artinya anak harus dibimbing untuk memiliki sifat konstruktif bagi perbaikan kehidupan masyarakat.

Hal ini tidak akan dapat dilakukan bila materi pertama dan ketiga belum dimiliki.

e. Pendidikan ketabahan dan kesabaran: artinya anak harus ulet dan sabar, dua sifat yang memang tidak dapat dipisahkan. Sifat konstruktif pada butir keempat tidak mudah untuk memerlukan keuletan dan kesabaran. Dalam mencapai cita-cita tidaklah selalu mudah, dan seringkah adanya keruwetan yang merintanginya, maka keuletan dan kesabaranlah yang sangat diperlukan (Tafsir, 1994 : 190).

Lebih jauh Ahmad Tafsir mengemukakan "bahwa materi pendidikan yang diberikan Luqman kepada anak-anaknya tidak ada yang mengandung pendidikan ketrampilan (psikomotor) dan juga pendidikan pengetahuan (akal, kognitif)".

Luqman adalah orang yang bijaksana ia tahu bahwa pendidikan psikomotor dan pendidikan kognitif itu tidak sulit, pendidikan efektif itulah yang sulit, oleh karena itu ia tidak menekankan psikomotor dan pendidikan kognitif tanpa diingatkan, manusia akan tahu dengan sendirinya bahwa aspek psikomotor dan kognitif itu perlu dikembangkan sedangkan aspek efektif perlu diingatkan (Tafsir, 1994 : 190).

Sejak kecil anak harus dikenalkan dengan hal-hal yang baik. Oleh karena itu orang tua harus melaksanakan beberapa hal antara lain:

a. Menanamkan nilai tauhid yang pertama kali dilakukan orang tua adalah menanamkan nilai tauhid misalnya, menanamkan rasa keimanan dan cinta kepada Allah SWT dihati mereka, disamping itu

21

juga mengajarkan agar meminta pertolongan dan beribadah semata- mata kepada Allah SWT.

b. Membiasakan anak berlaku jujur dan adil baik perkataan maupun perilaku. Hendaknya orang tua tidak pernah berbohong kepada mereka sekalipun hanya bergurau.

Langkah yang harus ditempuh orang tua untuk menambah kepribadian yang baik dalam jiwa anak agar menjadi anak tersebut menjadi anak yang terbaik dalam kepribadiannya maka harus melalui sebagai berikut:

a. Pembinaan ibadah, seperti membacakan kalimah tauhid pada anak, menanamkan kecintaan mereka kepada Allah SWT, pada Rasulullah Muhammad SAW, mengajarkan Al-Qur'an dan menanamkan nilai peijuangan, serta pengorbanan pada mereka.

b. Pembinaan perasaan kejiwaan, maksudnya orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup bagi anaknya.

c. Pembinaan intelektual, dilakukan dengan menambahkan kecintaan anak kepada ilmu, misalnya anak dibimbing untuk menghafalkan ayat- ayat Al-Qur'an.

Di dalam rumah tangga muslim, moral, tata krama, dan tata cara keagamaan yang paling baik adalah diajarkannya dengan percontohan berbagai materi dalam pendidikan Agama Islam bagi anak muslim, tentang dasar pendidikan Agama Islam yaitu:

a. Thoharoh: prinip utama yang perlu dipelajari anak adalah kesucian seperti wudhu sebelum sholat.

b. Menghormati orang tua yakni hormat kepada orang tua, kakak, dan kerabat, guru, orang yang lebih tua usianya dan umumnya pada manusia lainnya.

c. Adab berkaitan dengan akhlak yang baik, kepribadian dan moral yang baik.

Memperhatikan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan Islam yang diberikan oleh orang tua kepada anak hendaknya meliputi pendidikan tentang ketauhidan, pendidikan tentang akhlak, pendidikan tentang sholat dan pendidikan tentang amar ma'ruf nahyi mungkar dan juga pendidikan ketabahan dan kesabaran.

4. Tujuan Pendidikan Islam dalam Keluarga

Orang tua mendidik anaknya karena sebuah kewajiban, karena kodratnya selain itu juga karena cinta. Mengingat uraian di atas, maka secara sederhana tujuan pendidikan anak dalam keluarga di lingkungan pesantren adalah agar anak tersebut menjadi anak yang sholeh. Tujuan lain yaitu: agar anak tersebut kelak tidak menjadi musuh terhadap orang tuanya yang akan mencelakakan orang tuanya, agar tidak sewenang-wenang dalam perkataan dan berperilaku (Tafsir, 1992 : 163).

Secara praktis anak harus mendapat pengarahan dan pendidikan agar pada usia dewasanya menjadi anak yang baik dengan harapan agama. Anak merupakan belahan jiwa dan tetesan darah daging orang tua, maka

23

mengasuh, membimbing, dan mendidiknya yang secara alami menjadi tanggung jawab orang tua.

Menurut Buseri (1990 : 29), Pendidikan kodrati maksudnya adalah tanggung jawab yang melekat pada orang dalam rangka menghantarkan anak menjadi anak muslim yang berkepribadian muslim (baik). Tujuan akhir pendidikan Islam adalah kedewasaan baik jasmani maupun rohani. Sedangkan pendidikan agama bertujuan untuk membentuk kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama Islam (Drajat, 1987 : 107).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama dalam keluarga di lingkungan pesantren adalah membentuk kepribadian anak dan membimbingnya agar menjadikan seseorang (anak) yang taat menjalankan perintah sesuai dengan syariat Agama Islam.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Islam dalam Keluarga muslim.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan Islam dalam keluarga muslim, yaitu:

a. Faktor pendidik (orang tua)

Pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sangat penting karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan kepribadian anak.

b. Faktor anak didik (anak)

Merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung.

c. Faktor tujuan pendidikan

Tujuan umum pendidikan Islam adalah bimbingan anak menjadi seorang mulim sejati (baik), beriman teguh, beramal shalih, dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara. d. Faktor alat pendidikan

Adapun yang dimaksud alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan Islam seperti AI-Qur'an dan buku-buku Pendidikan Islam.

e. Faktor lingkungan keluarga

Yang merupakan lingkungan yang mempunyai peran yang sangat penting terhadap berhasil dan tidaknya pendidikan Islam, karena perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi keadaan lingkungan. (Zuhairini, 1993 : 22)

Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan Islam dalam keluarga adalah faktor pendidik (orang tua), anak didik (anak), sarana pendidikan, cara mendidik (alat) dan lingkungan.

25