• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS DATA TENTANG MODEL PENDIDIKAN

LANDASAN TEORI

B. Pengertian Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim

Berbicara mengenai model pendidikan Islam dalam keluarga muslim, maka terlebih dahulu harus dipahami maksud dari model tersebut.

Model yang berarti: gambaran atau cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu dan merupakan suatu sistem atau yang mengatur suatu cita. Dan kata model memiliki macam-macam pengertian diantaranya: pola, acuan, ragam dan sebagainya.

Model Stimulus Respons yang merupakan: pola yang menunjukkan komunikasi sebagai satu proses "aksi-reaksi" yang sangat sederhana.

Model interaksional ini merupakan sebuah anggapan manusia jauh lebih aktif dan menggambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas peran atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi (Djamarah, 2004 :42).

Istilah model banyak dipakai oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk bidang ilmu pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, pemakaian istilah model dimaksudkan sebagai daya upaya pendidikan dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses pendidikan. Maksudnya agar tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna (Ahmad, 1997 : 11).

Kemudian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pendidikan Islam dalam keluarga adalah suatu siasat atau taktik yang dipakai oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya dan dipakai untuk menata potensi sumber daya agar efisien dan mencapai tujuan yang diharapkan.

C. Macam-Macam Model Pendidikan Islam dalam Keluarga muslim.

Berbicara tentang macam-macam model pendidikan Islam dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut:

1. Dialog Qur'ani

Menurut An-Nahlawi (1996 : 284), Dialog (hiwar) dapat diartikan sebagai percakapan pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan, pembicaraan. Dengan demikian, dialog merupakan lembaran yang menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain. Sebuah dialog akan melahirkan paling tidak dua kemungkinan: kedua belah pihak terpuaskan, yaitu si penyimak dan si terdidik, lewat dialog seorang terdidik yang betul-betul memperhatikan materi dialog akan memperoleh nilai lebih baik berupa penambahan wawasan atau penegasan identitas diri.

Adapun tujuan dialog Qur’ani adalah melahirkan anak didik yang memiliki pengalaman behavioristik yaitu pengalaman yang menggiring orang yang diseru untuk membenci keburukan dan mencintai kebaikan. Dialog yang bersifat peringatan itu memiliki banyak tujuan diantaranya adalah:

a. Mengungkapkan kemantepan wahyu dan risalah, mengingatkan anak didik dari masalah yang sangat besar seperti teijadinya hari akhir.

27

b. Mengingatkan anak didik pada kaidah-kaidah umum dan sunnah Ilahiah.

Kejelasan tentang aspek dialog di atas ditujukan agar pendidik dapat memetik manfaat dari setiap bentuk dialog tersebut dan dapat mengembangkan afeksi, penalaran, perilaku kebutuhan anak didik. Selain itu, seorang pendidik dapat memanfaatkan dialog untuk melengkapi metode pengajaran ilmu-ilmu lainnya.

2. Dialog Khitabi atau Ta 'abbudi

AI-Qufan di turunkan untuk menjadi petunjuk dalam sebagai kabar gembira bagi orang bertakwa di dalamnya pada puluhan tempat, Allah menyeru kepada hamba-hamba-Nya yang beriman melalui seruan ya ayyuhalladzina amanu.

Seseorang mukmin yang membaca surat tersebut, niscaya akan menjawab: ya Tuhan, aku memenuhi seruanmu. Hubungan antara seruan Allah dan tanggapan seorang mukmin itulah yang melahirkan sebuah dialog, kondisi tersebut berlangsung sebaliknya jika seseorang mukmin berdialog dengan Tuhannya melalui doa, Allah Yang Maha Kuasa akan menjawabnya sesuai dengan konteks doa hambanya.

> <

. > °

s ' , s ' t s ' a & s ' ^ S ' - 3 .

"Allah SWT telah berfirman : "Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku, untuk-Ku separuh dan separuhnya lagi untuk hamba-Ku dan baginya apa yang dia pinta" (HR. Muslim).

Hadits di atas menunjukkan pada dialog khitabi atau Ta’abbudi yang di dalamnya mencakup jawaban Allah atas hambanya dan jawaban hamba atas seruan Tuhannya. Kebenaran dalam Al-Qur'an yang membina jiwa anak didik melalui dialog khitabi atau Ta’abbudi harus disadari setiap pendidik, sehingga mampu mendeteksi sejauh mana pengaruh dialog tersebut dalam jiwa anak didik.

Hal-hal yang dapat dijadikan indikasi dalam melihat tersebut adalah:

a. Senantiasa merentangkan pertanyaan yang dilontarkan Al-Qur'an dan menjawabnya sesuai dengan bisikan nurani.

b. Berpengaruhnya makna-makna yang tersirat dalam Al-Qur'an terhadap emosional dan kehidupan pribadi Nabi SAW.

c. Mengalahkan perilaku dan perbuatan selaras dengan tuntutan al- Qur'an. Sikap seperti itu merupakan hasil alami dari emosional dan kepuasan penalaran yang ditimbulkan oleh metode dialog. Tentu saja seseorang si terdidik akan menanggapi segala pertanyaan, deskripsi, janji, ancaman atau azab Allah melalui perilaku sehari-hari.

Allah menurunkan sebagai bentuk seruan dialog khitabi atau Ta’abbudi kepada manusia. Demikian juga halnya dengan bentuk pertanyaan umum yang ditujukan bagi kaum mukminin dan seluruh makhluknya, kadang-kadang dialog khitabi atau Ta’abbudi pun ditujukan Rasulullah SAW, yang kemudian beliau serukan kembali kepada seluruh kaum mukminin.

29

Bentuk-bentuk dialog khitabi, diantaranya yaitu:

a. Dialog afektif yang bertumpu pada pengutamaan afeksi kemanusiaan atau afeksi pengalaman yang membiasakan dampak afektif untuk berperilaku baik dan beramal shaleh, seperti rasa takut, harapan, kesenangan dan khawatir, hal tersebut dirinci sebagai berikut:

1) . Khusyuk kepada Allah dan merasakan keagungannya.

2) . Merasa sangat menyesal ketika Allah mencela dan kembali mengulang perintahnya.

3) . Takut terhadap azab Allah pada hari (pembalasan) dan kekhawatiran dalam menghadapinya.

4) . Mengutamakan rasa syukur kepada Allah dan merasakan kebaikan dan karunianya.

b. Dialog yang bersifat mengingatkan dan menjelaskan.

Dialog ini ditandai dengan datangnya pertanyaan dari Allah dan disertai jawabannya. Penerapan dialog ini bertujuan untuk mengarahkan pola pikir pada suatu pokok permasalahan sehingga permasalahannya menjadi jelas.

Allah berfirman:

"Tentang apakah mereka saling bertanya, tentang berita yang benar, yang mereka perselisihkan tentang ini" (QS. An Naba' [78] : 1 -3).

Demikian metode ini sangat menakjubkan dan mirip dengan metode tanya jawab yang digunakan dalam sistem pendidikan modem namun bagaimanapun metode dialog Qur'ani tetap lebih unggul,

c. Dialog yang bersifat peringatan akan nikmat-nikmat Allah

Melalui pengambilan pelajaran dari kelompok orang yang dihukum karena dosa dan penyimpangan yang mereka lakukan, seperti peringatan terhadap Bani Israil.

■« z ' z ' ^ | z ' | ✓

“Hr! Cj * (J-!

t- ' ' "

JU JLJm 4h l C» JL*J

"Tanyakanlah kepada Bani Israil: "Berapa banyak tanda-tanda (kebenaran) tyang nyata, yang telah kami berikan kepada mereka". Dan barang siapa yang menukar nikmat Allah, setelah datang ni’mat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya" (QS. Al Baqarah [2]: 211).

Dampak psikologis dialog di atas sanggup membangkitkan pengakuan atas diri dan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah, pada gilirannya bentuk-bentuk di ataspun akan mampu membina rasa ketundukan dan kepatuhan kepada perintah-perintah Allah. Dengan demikian kesiapan itu merupakan perasaan yang dibiasakan. Perasaan itu pun harus menjadi kekuatan yang mendorong pemiliknya untuk melakukan pengamalan, pengorbanan, dan perbuatan yang lurus (baik).

Bentuk-bentuk metode pendidikan Islam dalam keluarga, tersebut yaitu:

31

a. Mendidik dengan keteladanan

Kurikulum yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematisasi bakat, psikologi, emosi, mental dan potensi manusia. Namun, tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum seperti itu masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang dicontohkan oleh seorang pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan yang dia perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap beijuang pada landasan, metode dan tujuan kurikulum pendidikan. Untuk kebutuhan itulah Allah mengurus Muhammad SAW sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam (An Nahlawi, 1996 : 269).

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rauslullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmad) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al Ahzab [33] : 21)

Pada dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalan syariat Allah.

Dalam psikologi, kepentingan penggunaan keteladanan sebagai metode pendidikan didasarkan atas adanya insting (gharizah) untuk

beridentifikasi dalam diri setiap manusia yang merupakan suatu dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan tokoh identifikasi (An-Nahlawi, 1979 : 231).

Sedangkan menurut Aly (1987 : 180), identifikasi sebagai berikut: identifikasi ialah nama yang kami pilih untuk menunjukkan proses apapaun berlangsung ketika anak mengadopsi cara berperan, yaitu berlaku seakan-akan ia sedang melakukan peranan orang lain.

Identifikasi menurut pengertian di atas mencakup segala bentuk peniruan peranan yang dilakukan seseorang terhadap tokoh identifikasinya dengan perkataan, identifikasi merupakan mekanisme penyesuaian diri yang teijadi melalui kondisi interaksional dalam hubungan sosial antara individu dan tokoh identifikasinya (Rachmad, 1986 : 12).

Tokoh identifikasi dapat ditemukan di dalam kelompok atau institut sosial. Diantara yang berperan penting ialah keluarga, kelompok sebaya, sekolah dan kelompok keagamaan. Di lingkungan keluarga, tokoh-tokoh yang hendak dinamai anak biasanya adalah ayah atau ibu. Dalam proses identifikasi ini, anak tidak saja ingin menjadi identik secara lahiriah, tetapi terutama justru secara batiniah. Anak mengambil alih (biasanya dan tidak disadari oleh anak itu sendiri) sikap-sikap, norma, nilai dari tokoh identifikasinya.

Pada anak-anak identifikasi mempunyai arti sangat penting bagi perkembangan kepribadian yang anak-anak dari keluarga yang

33

terpecah belah, atau anak yang yatim piatu, tidak mempunyai tokoh identifikasi tertentu, konisi yang demikian bisa menyebabkan perkembangan kepribadiannya kurang sempurna.

J » jv » J I 1 JL A1

UlajT j j P ^ l i p C— 1

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". (QS. Al Faatihah [1]: 5-7)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pendidik hendaknya memerintah dalam berbagai hal sebagai berikut: Mengarahkan identifikasi tersebut kepada tujuan pendidikan Islam, mempersiapkan atau menciptakan tokoh identifikasi dan tujuan pendidikan Islam, baik tokoh sejarah maupun tokoh cerita baik gambar, hiasan atau penulisan,

b. Mendidik melalui pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan yang dimaksud dengan pembiasaan {habit) ialah cara-cara bertindak yang konsisten, dan hampir-hampir otomatis, hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya. Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak, mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila, apalagi pada anak yang baru lahir, dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku ketrampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu.

Tindakan praktis mempunyai pendidikan penting dalam Islam. Islam bukan materi-materi dan jampi-jampi, segala penjelasan ajarannya menurut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, instink, bahkan hidupnya untuk merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara praktis (An-Nahlawi, 1979 : 239)

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu, tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. An-Nuur [24]: 58 - 59)

Pembentukan kebiasaan, kebiasaan terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Anak yang sering mendengar orang tuanya mengucapkan nama Allah, umpamanya aku mengenal nama Allah. Hal

35

itu kemudian mendorong tumbuhnya jiwa keagamaan pada anak tersebut (Daradjat, 1976 : 87)

Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian telur menelur akan maksud dari tingkah laku yang dibicarakan. Sebab pembiasaan digunakan guru untuk memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis seperti robot, melainkan agar ia dapat melaksanakan segala dengan mudah tanpa merasa berat hati. Sabda Rasulullah SAW:

y

"Sesungguhnya amal-amal yang terhitung sah hanyalah dengan niatnya, dan sesungguhnya apa yang telah diniatkan itulah hasil yang akan diperoleh".

Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban dari manusia atas segala amal perbuatannya sesuai dengan kadar keterkaitan perbuatan itu dengan niat, dengan niat, dengan atas dasar itulah pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanitik, hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (hendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan- penjelasan dengan nasihat-nasihat sehingga makin lama timbul pengertian dari peserta didik.

c. Mendidik melalui nasihat Allah berfirman:

^

uj i

bjj Lgiil J l IjSji

o

1 Oj

otr ST oj % J^Lu 6u i i oj o'

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat" (QS. An Nisa’ [4]: 58).

Nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat (An-Nahlawi, 1979 : 253).

Memberi nasihat merupakan salah satu metode yang penting dalam pendidikan Islam. Dengar metode ini pendidikan Islam dapat menanamkan pengaruh yang baik kedalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Bahkan dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.

Dalam Al-Qur'an ditemukan banyak ayat yang bertalian dengan berbagai peristiwa. Meskipun peristiwa tersebut dalam sebab khusus,

37

tetapi nilai pelajaran yang terkandung didalamnya berlaku bagi semua manusia. Nasihat dapat pula diberikan dengan membuat perumpmaan. Al-Qur'an telah menyajikan banyak perumpamaan yang dapat digunakan sebagai model dalam menyampaikan nasihat.

"Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?" (QS. AnNahl [16]: 76).

Dalam firman tersebut Allah memgungkapkan orang mukmin dengan orang yang mampu beijalan di atas jalan yang lurus, dan mengungkapkan orang kafir dengan orang yang tidak mampu mengeijakan apapun, malah menjadi beban bagi orang lain,

d. Mendidik melalui motivasi dan intimidasi

Metode motivai dan intimidasi telah digunakan masyarakat secara luas: orang tua terhadap anak, pendidikan terhadap murid, bahkan masyarakat luar dalam interaksi antar sesamanya. Al-Qur'an ketika menggambarkan surga dan segala kenikmatan dan neraka dan segala siksanya menggunakan metode ini:

"Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (QS. Al Zalzalah, [99] : 6-8)

Motivasi dan intimidasi digunakan sesuai dengan perbedaan tabiat dengan kadar kepatuhan, manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah Islam, sebab pengaruh yang dihasilkan tiap-tiap metode itu tidaklah sama. Metode motivasi lebih baik ketimbang metode intimidasi, yang pertama bersifat positif dengan pengaruhnya, relatif lebih lama karena bersandar pada pembangkit dorong instrinsik manusia. Sementara itu, metode yang kedua bersifat negatif dan pengaruhnya relatif tempora (sementara) karena bersandar pada rasa takut.

Ajaran agama Islam memberikan prioritas pada upaya menggubah suasana gembira dengan ancaman dan hukuman. Dalam pelaksanaan prinip ini hendaknya guru atau pendidik tanggap akan adanya berbagai iklim dan kondisi yang didasari peserta didik selama proses belajar (Jalai, 1988 : 182-184).

Pendidikan Islam lebih mengutamakan penggunaan metode motivasi ketimbang metode intimidasi. Metoe intimidasi dan hukuman

39

baru digunakan apabila metode-metode lain seperti pemberian nasihat, petujuk dan bimbingan, tidak hasil untuk mewujudkan tujuan.

e. Mendidik melalui hukuman

Hukuman sebagai salah satu metode pendidikan mendapatkan perhatian berat dari para filosof dan pendidik muslim, seprti Ibnu Sina, Al Gozal, Al Arabi, Ibnu Kaldun (Athiyah, 1969 : 155- 161).

Oleh sebab mereka menyeru para pendidik untuk menggunakan berbagai metode dalam mendidik anak agar mereka mempunyai kebiasaan-kebiasaan baik ketika besar, sehingga ketika itu tidak diperlukan metode hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi kondisi tertentu harus digunakan. Oleh karena itu, hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman.

f. Mendidik dengan metode persuasi

Metode persuasi ialah meyakinkan peserta didik tentang suatu ajaran dengan kekuatan akal. Penggunaan metode persuasi didasarkan atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Dalam Al-Qur'an menunjukkan penghargaan Islam terhadap akal, serta kepada manusia untuk menggunakan akal dalam membedakan antara yang benar dan yang salah serta antara yang baik dan buruk (An- Nahlawi, 1996 :283).

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalannya dan dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. An Nahl, [16]: 125)

Dengan metode persuasi, pendidik Islam menekankan pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis segala persoalan yang dimasukkan kepada peserta didik. Mereka dihindarkan dari meniru segala pengetahuan secara baru, tanpa memahami hakikatnya atau dengan realitas, baik individual maupun sosial.

Salah satu yang mungkin dapat digunakan pendidikan untuk meyakinkan peserta didik dalam persoalan Agama, terutama persoalan gaib, ialah menjelaskan kepada mereka tentang adanya bermacam- macam pengetahuan seperti pengetahuan mistis transendental dari generasi terdahulu.

Di samping itu, manusia itu tidak selamanya hidup dengan dasar-dasar rasional, kadang-kadang dapat mencapai keyakinan rasional, tetapi ia sering kali terbelenggu oleh kebiasaannya. Contoh: banyak yang yakin bahaya rokok, tetapi ia tidak mampu mencegah kebiasaannya. Oleh sebab itu, pendidikan Islam berusaha membimbing manusia muslim agar mampu menguasai perasan dan menjauhkan diri dari fanatisme buta: kemudian dasar rasional ditanamkan agar dapat memberikan penyesuaian perasaan yang mulia, serta nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan.

Metode-metode yang telah dikemukakan di atas hanya merupakan contoh dari sekian banyak metode yang dapat digunakan

41

dalam pendidikan Islam dalam keluarga : pendidikannya tidak fanatik terhadap suatu metode, setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, kadang-kadang pendidikan cukup menggunakan satu metode dalam mendidik anak-anak didiknya, tetapi kadang-kadnag perlu memadukan berbagai macam metode, sebelum menggunakan suatu metode hendaknya seseorang pendidik memperhatikan metode apa yang tepat untuk dipakai dalam mendidik anak-anaknya, agar tujuan yang telah dirancang dapat tercapai.