• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONPES DESA BENER KEC.TENGARAN KAB.SEMARANG TAHUN 2009 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONPES DESA BENER KEC.TENGARAN KAB.SEMARANG TAHUN 2009 - Test Repository"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM

DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER

KEC. TENGARAN KA B. SEMARANG

TAHUN 2009

Diajukan dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan pada

Jurusan Tarbiyah

Disusun Oleh :

AHMAD YASIN

NIM: 111 050 42

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM

DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER

KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG

TAHUN 2009

Diajukan dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan pada

Jurusan Tarbiyah

Disusun Oleh :

AHMAD YASIN

NIM : 111 050 42

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

NEGERI SALATIGA

(4)

D E P A R T E M E N A G A M A R I

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama

ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara;

Nama : AHMAD YASIN

NIM : 11105042

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / PAI

Judul : MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM

KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER KEC. TENGARAN. KAB. SEMRANG TAHUN 2009. Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut diatas supaya segera

dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana semestinya.

W assalam u’alaikum. Wr. Wb.

Salatiga,... Maret 2010 Pembimbing j

)U S l/

(5)

Jin. Stadion 02 Tip (0298)323706,323433 Salatiga 50721

PENGESAHAN

Skripsi saudara : Ahmad Yasin dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 050 42

yang berjudul MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER. KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN 2009

Telah Dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu 13 Maret 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memporoleh gelar Sarjanah Dalam Ilmu Tarbiyah.

Panitia Ujian

24 Maret 2010 M Salatiga,

08 Ramadhan 1431

Kefrua Sidang Sekretaris

Yr . Imam Sutomo, M.Ag «P. 19580827 198303 1

IP. 197109232 00604 1 002

X T

Dr. Muh. Saeiozi. M.Ag NIP. 19660215 199103 1 001

Penguji II

Drs. Kastolani, M.Ag NIP. 19690612 199403 1 003

(6)

DEPARTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAIN) SALATIGA Jitu Stadion 03 Tip (0298)323706,323433 Salatiga 50721 Website : www. Stainsalatiga. Ac.id : administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

^

js* } \ S*

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan orang lain.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain

di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung

jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi

Salatiga, 06 Maret 2010

Penulis

NIM: 111 05 042

(7)

mempermudahkan kepadanya jalan menuju Surga ( !H% CM.usG.rn )

(Bepeganglah kalian kepada Agama adati dan janganlah kgGan6ercerai 6erai,

dan ingatlah kgGan nikmat A dah yang £ karuniakan kepada kgGan, ketika

dahaul(masa JahiGah ) kgGan 6ermusuhan ,lalu (Dia menjinakkan diantara hati

kaGan sehingga kgGan menjadi orang-omg 6ersaudra sehaS nikm atnya...

( AG 'imron;103)

(8)

T T R S T M B A X A N

X a r y a tufts in i A n a n d a p ersem b a h ka n kepada IftuncCa Sutim afi dan A yahanda M u n a w ir

m ereka senatiasa m em efthara dengan p e n u h kasih da n sayang m endidik p u tra jm tr in y a tetap fturus akidah dan disipftn “

( Jasam u tiada tara, semoga A d a h memhaCas dengan kehaikan yang m ufta )

“'Bapak X y a i A s ’adJ-faris N asution, Bapak X y a i p a tkh u rro h m a n dan Ihundd N y a i J a tik h a h 'Ulfah,

seCaku Tengasuh Ton-Tes A lM a n a r ”

( ya n g senantiasa yang kam i cadbng iftnu serta tetes a n harokahnya dan teCah m em berikan m otifasi herhentuk apapun daCampenyeCesaian skripsi in i)

K akak-kakak k u ; M as Issroq, M as Samsodien, M as Im ron, M hak Sri, M bak 7utik,M bak T ujiani

“ A d in d a banyak belajar d a ri kaftan, bersikap dan m engam biC keputusan tepat dan bijaksana. D isaat-saat kum puC bar sam a, itulah hari yang p a ftn g m em bahagiakan ”

Semoga diberikan ridho dan berkah oleh A lla h SJV dnanti qita dalam m enjalankan sunnah rosuftm engarungi bahterai rum ah tangga)sadina/i m aw adddA warraAmaA

A m ien. ”

"Shobat-shobatku kam pus”

M ahsun,pajarC em en,N asrudinC abulB angA ll'R ohm atdi,Sriyanto,A nam ,X riw ul(Sm tra, B johm adiJokoJrkham ,M urtadb,M isbakhulM unir,IkhsanJayuft,JV idiTurw ono,M effLS,N

itta ,

'RifaahNisa. 'U ftnuha, Cik Meme, A r ie f(Trim akasih atas kebersam aannya selam a ini),

“Shobat-shobat Tondok”

( Trim akasih atas kebersam aannya selam ini,Terus(ah berkarya ja d ila h cendekiaw an m uslim yang teta p konsisten da n kom itm en dalam b erfa sta b h ikid kh o iro t)

(9)

Ahmad Yasin NIM: (11105042). Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim di Lingkungan Pondok Pesantren Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

Pembimbing Zedi. Efriedi M.Ag.

Kata kunci: Model Pendidikan Islam dan Keluarga Muslim.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui: Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim di Lingkungan Pondok Pesantren. Pertanyaan yang ingin dijawab melaluai penelitian ini adalah 1. Bagaimana keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener 2. Bagaimana model pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren, desa Bener. 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Kualitatif, dan untuk mendapatkan data, maka digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyusunan data dan mengambil kesimpulan.

Setelah dianalisis disimpulkan bahwa keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener teijalinnya hidup yang rukun, tentram, dan harmonis. Model pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener meliputi dua model yaitu: model yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Faktor pendukung yang meliputi: peran orang tua yang mempunyai kesadaran yang tinggi akan pentingnya suatu pendidikan bagi anaknya. Faktor penghambat yang meliputi: kurangnya interaksi antara orang tua dan anak dalam segi apapun khususnya dalam bidang pendidikan Islam (kurangnya memotivasi anak).

(10)

KATA PENGANTAR

J J j —» j 5 J #}L<ah j f j s &Cj *C»» ^ J iy 1»>*P~ «OiJ-ki-1

Segala puji bagi Allah dengan semua pujian yang mampu memenuhi

nikmat-nikmat-Nya dan mencukupi tambahan-Nya, dan Shalawat beserta salam

kiranya terlimpah kepada al Musthafa. Sang Rasul yang teijaga dan mulia,

berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat dan pengikut yang setia.

Berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, skripsi ini

dapat penulis selesaikan. Dalam kesempatan ini apabila dalam tulisan ini ada

kesalahan dan kekeliruan penulis mengharapkan kepada semua pembaca yang

budiman untuk dibenarkan supaya lebih baik, dan akhirnya semoga tulisan yang

sederhana ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengakhiri program studi

tingkat saijana (SI) pada Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, maka penulis

mengajukan skripsi yang berjudul : MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM

KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA

BENER. KEC. TENGARAN. KAB. SEMARANG TAHUN 2009.

Secara keseluruhan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan

petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis sampaikan banyak terima

kasih kepada yang terhormat:

(11)

memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi

3. Bapak. Suardi. M.Pd, selaku dosen PA, yang telah membantu memberikan

motifasi waktu kuliyah dan dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak. Yedi Efriadi. S Ag, selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan

petunjuk dan bimbingan khusus dalam menyelesaikan skripsi dengan

kesabaran dan ketelitian.

5. Segenap karyawan Perpustakaan STAIN yang telah memberikan kemudahan

dalam peminjaman literatur untuk penulisan skripsi ini.

6. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Al-Manar, yang telah memberikan

dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Salatiga, 06 Maret 2010

(12)

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Penegasan Istilah... 7

E. Kajian Pustaka... 8

F. Metode Penelitian... 10

G. Metode Pengumpulan Data... 11

H. Sistematika Penulisan Skripsi... 12

BAB II. LANDASAN TEORI A. Asas-Asas Pendidikan Islam... 15

1. Pengertian Pendidikan Islam... 15

2. Pengertian Keluarga... 16

3. Materi Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 17

4. Tujuan Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 22

5. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 23

(13)

Keluarga... 25

C. Macam Macam Model Pendidikan Islam DalamKeluarga... 26

1. Dialog Qur’ani... 26

2. Dialog Khitabi... 27

D. Fungsi Model Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 41

E. Tujuan Model Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 43

BAB III. LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian... 45

1. Kondisi Letak Geografis Desa Bener... 45

2. Keadaan Umum Desa Bener... 46

3. Keadaan Penduduk Desa Bener... 47

4. Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bener 48 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama.... 48

6. Keikut Sertaan Masyarakat dalam Organisasi... 48

7. Jumlah Kejadian Kriminal Penduduk Desa Bener .... 49

8. Keadaan Penduduk WNA/WNI Keturunan Desa Bener 49 9. Struktur Organisasi dan Tata Keija Pemerintahan Desa Bener... 50

B. Keberagaman Masyarakat Desa Bener... 50

1. Kegiatan Bapak-bapak dan Ibu-Ibu... 50

C. Deskripsi Model Pendidikan Keagamaan Anak Dalam Keluarga... 52

1. Keadaan Keluarga... 52

(14)

BAB IV. ANALISIS MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM

KELUARGA DI LINGKUNGAN PONDOK

PESANTREN PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA

BENER

A. Keberagaman Masyarakat Muslim Di Lingkungan Pondok

Pesantren Desa Bener... 61

B. Model Pendidikan Keagamaan Anak dalam Keluarga Di

Lingkungan Pondok Pesantren Desa Bener... 65

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan

Keagamaan Anak dalam Keluarga Di Lingkungan

Pondok Pesantren Desa Bener... 70

BAB V. PENUTUP...

A. Kesimpulan... 73

B. Saran-Saran... 76

C. Penutup... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam

membangun suatu bangsa, dan keberhasilan pembangunan suatu bangsa

sangat ditentukan oleh faktor manusia. Pendidikan Islam bertujuan untuk

membentuk manusia bertakwa, jujur, ikhlas, sadar akan tanggung jawab

terhadap masa depan bangsa dan umat manusia, masyarakat harus memiliki

kecakapan keterampilan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Upaya untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, maka diperlukan

pendidkan Islam. Zuharini mengemukakan: "Pelaksanaan pendidikan Islam

bertujuan untuk membimbing manusia agar mereka menjadi orang muslim

yang beramal soleh, dan berakhlak baik, serta berguna bagi masyarakat,

bangsa dan negara” (Zuharini, 1983 : 93). Guna mencapai tujuan tersebut,

maka pesantren harus sebagai subyek bagi keluarga muslim.

Menurut Hasbullah (1999 : 11), Pendidikan Islam adalah tuntunan di

dalam hidup tumbuhnya anak yang mempunyai tujuan menuntut segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan

anggota msyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.

Betapa pentingnya peran Pondok pesantren dalam menentukan

keberhasilan di masyarakat, maka dalam menjalankan tugasnya setiap

(16)

2

pesantren harus dapat memberikan model dalam pembelajaran pendidikan

Islam bagi anak didik, karena dalam model pendidikan Islam bagi anak

dipandang sebagai suatu proses yang membawa anak didik kearah

pengalaman belajar bermasyarakat.

Menurut Sutrisno (1994 : 22), model pembelajaran pendidikan Islam

berfungsi sebagai daya penggerak di dalam diri anak untuk belajar secara aktif

dan mandiri dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan.

Sedangkan menurut Nasution (1995 : 75-77), model mempunyai tiga

fungsi yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menentukan apa yang dibuat,

dan memberikan arah tujuan perbuatannya.

Memperhatikan model pendidikan Islam yang sangat besar faedahnya

bagi keluarga maupun masyarakat, maka orang tua perlu mengenal kebutuhan

dan minat anak, dan berperan untuk menghubungkan anak dengan dunia

kepesantrenan. Melihat fungsi model pendidikan Islam tersebut, Pesantren

merupakan salah satu penggerak yang menentukan tingkah laku anak dalam

keluarga, dan mendorong untuk melakukan belajar pendidikan Islam di dunia

pesantren. Mengingat juga dalam kehidupan dalam berkeluarga dan kehidupan

bermasyarakat banyak teijadi masalah, baik masalah kodisi fisik maupaun

masalah kondisi psikis, maka sangat diperlukan model pembelajaran

pendidikan Islam untuk mencapai kehidupan dalam keluarga dan

bermasyarakat yang baik.

Salah satu wujud pendidikan Islam yang ada di lingkungan masyarakat

(17)

hari, menghafal surat-surat pendek tidak diragukan lagi, dan anak-anak

tersebut juga mempunyai akhlak yang baik, menghormati orang tua dan

warga masyarakat sekitar.

Dari permasalahan tersebut di atas, mendorong penulis untuk memilih

dan membahas skripsi yang beijudul : ’’MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK

PESANTREN DESA BENER KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG.”

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan penegasan istilah tersebut di atas,

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok

pesantren Desa Bener?

2. Bagaimana model pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di

imgkungan Pondok pesantren Desa Bener?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan anak

(18)

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan atau aktivitas yang disadari mempuyai tujuan yang

hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk

mengetahui:

a. Mengetahui keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok

pesantren Desa Bener?

b. Mengetahui model pendidikan keagamaan anak pada keluarga muslim

di lingkungan Pondok pesantren Desa Bener?

c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan

anak pada keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren Desa

Bener?

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Memberikan masukan bagi dunia pendidikan Islam dan

pengembangan bagi keluarga muslim di lingkungan Pondok

pesantren.

b. Berguna untuk mengangkat citra Pendidikan Islam kususnya dalam

keluarga muslim Desa Bener.

c. Memberikan sumbangan pikiran dan informasi khususnya keluarga

dalam memiliki anak agar selalu termotivasi untuk dapat mendidik

(19)

D. Penegasan Istilah.

Penegasan istilah ini dikemukakan untuk menghindari kesalah

pahaman dan kekaburan pengertian serta memberikan gambaran mengenai

ruang lingkup dalam penelitian adalah sebagai berikut:

L Model

Model adalah program yang dioperasionalkan menurut

instruksional yang disusun atau dibuat oleh guru sebagai kegiatan belajar

mengajar (KBM) di suatu ruang lingkup tertentu. Model tersebut meliputi

tujuan instruksional bahan pengajaran uraian kegiatan belajar anak serta

alat evaluasi yang digunakan (Ramayulis, 1994 : 176).

Menurut Djamarah (2004 : 42), model Interaksional manganggap

manusia jauh lebih aktif. Komunikasi disini digambarkan sebagai

pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain

oleh para peserta orang lain.

Model Stimulus-Respon adalah model yang menunjukkan

komunikasi sebagai suatu proses ”aksi-reaksi” yang sangat sederhana.

2. Pendikan Islam.

Pendidikan Islam ialah berupa bimbingan jasmani rohani

berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran-ukuran Islam (Marimba, 1989 : 23).

Sedangkan pendidikan agama Islam adalah suatu pendidikan yang

melatih perasaan anak sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan

atau pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka

dipengaruhi oleh jenis spiritual dan sangat sadar akan etis Islam (An-

(20)

7

3. Keluarga.

Keluarga adalah pusat pendidikan pertama dan utama. Dikatakan

sebagai pusat pendidikan pertama, karena anak mulai diperkenalkan

dengan nilai-nilai yang baik dan nilai-nilai yang buruk dari kedua orang

tuanya. Sedangkan dikatakan sebagai pusat pendidikan utama, karena yang

lebih bertanggung jawab atas pendidikan dan pembentukan kepribadian

anak (Hasbullah, 1999 : 127).

Keluarga adalah lingkungan pertama di mana manusia hidup dan

mendapatkan bimbingan. Dalam keluarga tumbuh berbagai bakat,

terbentuk pemikiran, dan pemuda beraktivitas dalam keluarga. Keluaga

adalah institusi pendidikan utama untuk membentuk generasi dan

membentuk pemuda. Entah itu dengan pendidikan yang baik atau buruk,

yang akan menghasilkan kebaikan atau keburukan, perasaan tertata atau

tersesat, masyarakat akan membaik atau rusak, umat akan menguat atau

justru melemah (Zuhaili, 2002 : 167).

4. Lingkungan Pondok Pesantren.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidihan dan pengajaran

pendidikan Islam umumnya dengan cara non klasikal dimana seorang kyai

mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya yang berdasarkan

kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan,

dan para santri biasanya tinggal (bermukim) didalam Pondok pesantren

(21)

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian seperti ini pernah

dilakukan oleh peniliti sebelumnya, diantaranya:

Ninik wahyuni FAI-UMS (2004), dalam skripsinya yang beijudul

’’Pendidikan Islam diluar sekolah bagi anak yatim ( Studi kasus di Panti

Asuhan Nurussalam Tengaran)” yang mengungkapkan bahwa pendidikan

Islam luar sekolah di Panti Asuhan adalah untuk membentuk akhlak dan budi

pekerti yang mulia pada anak yatim serta membekali mereka dengan

pengetahuan dan kerampilan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka di masa

depan. Seluruh progam pendidikan di panti tersusun secara teratur melalui

kegiatan panti. Adapun faktor pendukung, yaitu letak panti yang stategis

sehingga menimbulkan kenyamanan, keseriusan dari pengasuh dalam

mengelola panti serta adanya dukungan dari masyarakat muslim sekitarnya.

Sedangkan yang merupakan faktor penghambat yaitu minimnya sumber daya

menusia pengelola, masalah anak didik yang tidak semuanya memiliki

semangat dan keinginan untuk maju serta keterbatasan waktu pendidikan.

Ade wibowo PAI-STAIN Salatiga (2003), dalam skripsinya yang

beijudul “Model Pendidikan Spiritual Di Pondok Pesantren Jombang Jawa

Timur". Yang mengungkapkan bahwa pendidikan spiritual pesantren harus

diperhatikan dengan hati-hati atau waspada dengan apa yang ditawarkan oleh

zaman modem, kama dibalik kegemerlapan dan kemegahannya terhadap

suatu watak yang disebut matrealisme. Bila manusia terus mengikuti arus

(22)

9

Spiritualitas yang berdampak pada kehidupan timpang karena penafikannya

terhadap pemenuhan fitroh atau hak asasi yang telah dibawa manusia sejak

lahir yaitu kebutuhan sepiritual.

Ninik Fitriyalina FAI-UMS (2005), dalam skripsinya beijudul “Stategi

Pendidikan Kurikulum Di Pondok Pesantren Nurul Huda Kajen Margoyoso

Pati’’ tahun 1980-2004, menyimpulkan bahwa perkembangan kurikulum

dibagi menjadi dua periode: periode pertama tahun 1980-1990 disebut periode

tradisional, karena dalam periode pembelajaran menerapkan sistem sorogan

dan bandungan. Periode kedua: antara tahun 1991-2004 di sebut sistem

klasikal. Pada periode ini ditandai dengan adanya kelas-kelas dalam

pembelajaran dan semakin banyaknya buku acuan yang digunakan Pondok

pesantren.

Sa’adatul Khalimah PAI STAIN Salatiga (2004), dalam skripsinya

beijudul “ Model Pendidikan Orang Tua siswa Madrasah Aliah Islamiyah

Assorkati Salatiga Dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah ”

menyimpulkan bahwa Pendidikan Orang Tua siswa Madrasah Aliah Islamiyah

Assorkati ternyata cukup besar dalam pendanaan terbukti dalam jumlah dana

yang dimiliki 48% berasal dari orang tua. Orang tua siswa MAI juga ikut serta

berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan.

M. Sukron PAI STAIN Salatiga (2006), dalam skripsinya beijudul

“Pendidikan Partisipatif Di Pesantren” (studi atas fenomena Bahsul Masai 1

di Pon-Pes Tremas Pacitan Jawa Timur), menyimpulkan perencanaan program

(23)

pembelajaran yang telah terlaksana, bahwa setiap pendidikan itu harus ada

evaluasi.

Berpijak pada penelitian-penelitian sejenis yang sempat dikemukakan

penulis tampak belum pernah ada penelitian tentang “Model Pendidikan Islam

Dalam Keluarga muslim Di Lingkungan Pondok Pesantren Desa Bener”.

Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini memiliki

kriteria kebaharuan dalam pendidikan Islam dalam keluarga muslim.

F. Metode Penelitian. 1. Jenis Penelitian

Dari bebrapa permasalahan yang penulis bahas, dalam tulisan ini

maka harus menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian ini adalah

penyelidik yang hati-hati testematik, dan terus menerus terhadap suatu

masalah dengan tujuan tetentu dan keperluan tertentu (Nasir, 1985 : 27).

2. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini penulis menggunakan pendekatan atau

metode deskriptif yang merupakan sebuah penelitian kelompok manusia

atau suatu objek, Set, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas

istimewa (Nasir, 185: 63).

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, lukisan secara sistematik, faktual dan akurat, mengenal fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Ciri penelitian

(24)

11

mengenai situasi atau kejadian Dan penelitian ini tergolong jenis penelitian

deskriptif survai, yang merupakan penyelidikan yang ada dan mencari

keterangan-keterangn secara faktual baik tentang institusi sosial, ekonomi atau

politik dari suatu kelompok daerah tertentu.

G. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi atau Pengamatan

Adalah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

mengenai fenomena yang diteliti (Hadi, : 131). Metode ini digunakan

untuk mendapatkan data keadaan lokasi umum penelitian, keadaan

masyarakat muslim Desa Bener sehingga dapat diperoleh deskripsi umum

mengenai keadaan lembaga pendidikan keagamaan Islam dalam keluarga

di lingkungan pesantren.

b. Metode Interview atau Wawancara.

Adalah metode pengumpulan data dengan proses tanya jawab

dengan cara lisan di mana dua oiang atau lebih saling berhadapan secara

fisik (Surakhmad, 1985 : 132). Dengan metode ini penulis mendapatkan

informasi ataupun data tentang keberagaman masyarakat, tentang model

pendidikan keagamaan Islam anak, dan faktor-faktor pendukung dan

penghambatnya.

c. Metode Dokumentasi.

Metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk

mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip buku,

(25)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran

keberagaman masyarakat, struktur organisasi model pendidikan

keagamaan Islam.

D Metode Analisis Data.

Dalam menganalisis data penulis menggunakan kualitatif deskriptif

yang terdiri dari kegiatan, yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verikasi (Habermen, 1992 :

16). Pertama setelah pengumulan data selesai, maka tahap selanjutnya

melakukan reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilih. Kedua data

yang telah direduksi akan dibentuk dalam narasi. Ketiga penarikan

kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.

H. Sistimatika Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian

yang sestematis untuk pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan

yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi :

Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, penegasan istilah, kajian pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi..

BAB II : MODEL PENDIDIKAN ISLAM, yang pertama meliputi:

Pengertian pendidikan Islam, pengertian keluarga, materi

(26)

13

Islam dalam keluarga, faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pandidikan Islam dalam keluarga muslim.

MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA

MUSLIM.Yang akan membahas tentang:

Pengertian model pendidikan Islam dalam keluarga muslim,

macam-macam pendidikan Islam dalam keluarga muslim,

fungsi pendidikan Islam dalam keluarga muslim, faktor yang

mempengaruhi keberhasilan model pandidikan Islam dalam

keluarga muslim, tujuan model pendidikan Islam dalam

keluarga muslim.

BAB III : MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA

MUSLIM DI LINGKUNGAN PESANTREN, dalam bab ini

yang meliputi:

Gambaran umum Desa Bener, yang terdiri atas letak

geografis, strutur organisasi, keadaan agama penduduk,

keberagaman keluarga keluarga Desa Bener dan pelaksanaan

pendidikan Islam dalam keluarga keluarga muslim, model

pendidikan keagamaan anak dalam keluarga, keluarga

muslim

BAB IV : ANALISIS DATA TENTANG MODEL PENDIDIKAN

ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI

LINGKUNGAN PESANTREN DESA BENER, yang akan

(27)

Keberagaman keluarga muslim Desa Bener, model

pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim, faktor

pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan anak

dalam keluarga muslim.

BAB V : PENUTUP, yang meliputi:

Kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, daftar riwayat hidup

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Asas-Asas Pendidikan Isiam 1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan

anak sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan atau pendekatan

mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilai

spiritual dan sangat sadar akan etis Islam (An- Nahlawi, 1995 : 26).

Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan

yang berpedoman pada syariat Allah. Sejalan dengan hal tersebut

pendidikan Islam adalah segala usaha untuk mengembangkan fitrah

manusia dan sumber daya insani menuju terbentuknya insan kamil, yang

dimaksud insan kamil disini adalah muttaqin yang terefleksikan dengan

perilaku baik, dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama maupun

dengan alam sekitarnya (Achmadi, 1987 : 10).

Oleh karena itu pendidikan Islam bukan sekedar transfer o f

knowledge ataupun transfer o f training, tetapi lebih merupakan yang

terkait secara langsung dengan Tuhan.

Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang

mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan

dengan nilai-nilai Islam. Sosok pendidikan Islam digambarkan sebagai

suatu sistem yang membawa manusia kearah kebahagiaan dunia dan

(29)

akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa

manusia untuk kebahagiaan dunia akhirat, maka yang harus diperhatikan

adalah nilai-nilai Islam tentang manusia, hakekat dan sifat-sifatnya,

manusia dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti, hak dan

kewajibannya, sebagai individu dan anggota masyarakat, Al-Qur'an dan

As-Sunnah (Isna, 2001 : 40).

Jadi persepsi pendidikan Islam, tidak hanya melihat bahwa

pendidikan itu sebagai upaya mencerdaskan semata (pendidikan

intelektual, kecerdasan), melainkan sejalan dengan konsep Islam,

pendidikan Islam tentang manusia dan hakikat eksistensinya. Pendidikan

Islam sebagai suatu pranata sosial juga sangat terkait dengan pandangan

Islam tentang hakekat keberadaan eksistensi manusia. Oleh karena itu

pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan

kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah, perbedaannya adalah

kadar ketakwaan, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif, karena

pendidikan berupaya untuk menumbuhkan dan kesadaran pada manusia,

maka sangat urgen sekali memperhatikan konsep atau pandangan Islam

tentang manusia sebagai makhluk yang diproses kearah kebahagiaan dunia

dan akhirat.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena

ikatan perkawinan. Di dalam hidup bersama pasangan suami istri secara

(30)

17

dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad

atau cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan

batin (Djamarah, 2004 : 16).

Menurut Buseri (1990 : 4), keluarga adalah satu pusat pendidikan

kelembagaan tempat berlangsungnya pendidikan. Dengan demikian,

keluarga sebagai pusat pendidikan alamiah dibandingkan dengan pusat

pendidikan lainnya, dan diperkirakan pendidikan dalam keluarga

berlangsung, dengan kewajaran, keluarga juga merupakan kelembagaan

masyarakat yang memegang peran kunci dalam proses sosialisasi. Jadi

peran orang tua dan seluruh anggota keluarga adalah hal yang sangat

penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi yang ada

di dalamnya.

Keluarga pada hakekatnya merupakan hubungan seketurunan

maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan

bersama (Khoeruddin, 1997 : 4)

Dilihat pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu, anak, yang di dalamnya

terjadi proses pembentukan dan pengembangan kepribadian anak.

3. Materi Pendidikan Islam dalam Keluarga

Dalam pelaksanaan tugas orang tua sebagai pendidik utama dan

pertama, lebih-lebih dalam melaksanakan inti pendidikan yaitu berupa

pendidikan keimanan, sebaiknya orang tua terlebih dahulu untuk

(31)

dalam Al-Qur'an, maksudnya sebagai berikut untuk dijadikan contoh

dalam cara mendidik anak.

Para ahli sejarah mengajukan berbagai pendapat tentang siapa

Luqman Al Hakim yang diceritakan dalam Al-Qur'an itu. Sekalipun ada

perbedaan pendapat, mereka sependapat dalam hal bahwa Luqman itu

orang yang alim dan bukan Nabi. Al-Qur'an surat Luqman ayat : 1 2 - 1 4

sebagai berikut:

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu : "bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri : dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadnaya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

(32)

19

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Luqman diberi Al Hikmah

oleh Allah artinya Luqman itu orang yang bijak, ciri kebijakannya antara

lain terlihat dalam materi pendidikan yang diberikan kepada anaknya.

Materi pendidikan yang diberikan Luqman itu perlu diperhatikan oleh

orang tua yang juga berkewajiban mendidik anaknya (Tafsir, 1994 : 189 —

190).

Adapun materi pendidikan Islam mencakup lima hal yaitu:

a. Pendidikan ketauhidan: artinya anak-anak harus didampingi agar

bertuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Materi ini mencakup

mensyukuri nikmat, meyakini hari pembalasan, dan melarang keras

syirik. Materi ini sebenarnya merupakan harapan utama dalam

pendidikan yang mendasari materi pendidikan lainnya.

b. Pendidikan akhlak: maksudnya anak-anak itu harus dilatih agar

memiliki akhlak terpuji. Materi ini mencakup: akhlak kepada Tuhan,

orang tua, dan masyarakat. Hal ini nanti akan mendasari akhlak anak

kepada gurunya.

c. Pendidikan sholat: artinya anak-anak harus dilatih dan dibiasakan

mengerjakan sholat sebagai salah satu tanda kepatuhan kepada (Allah).

Pendidikan shalat itu kelak akan menjadi dasar bagi amal-amal shalih,

dan apabila shalatnya baik, maka amal-amal lainnya akan baik pula

dan sebagainya.

d. Pendidikan amar ma'ruf nahi mungkar: artinya anak harus dibimbing

(33)

Hal ini tidak akan dapat dilakukan bila materi pertama dan ketiga

belum dimiliki.

e. Pendidikan ketabahan dan kesabaran: artinya anak harus ulet dan

sabar, dua sifat yang memang tidak dapat dipisahkan. Sifat konstruktif

pada butir keempat tidak mudah untuk memerlukan keuletan dan

kesabaran. Dalam mencapai cita-cita tidaklah selalu mudah, dan

seringkah adanya keruwetan yang merintanginya, maka keuletan dan

kesabaranlah yang sangat diperlukan (Tafsir, 1994 : 190).

Lebih jauh Ahmad Tafsir mengemukakan "bahwa materi

pendidikan yang diberikan Luqman kepada anak-anaknya tidak ada yang

mengandung pendidikan ketrampilan (psikomotor) dan juga pendidikan

pengetahuan (akal, kognitif)".

Luqman adalah orang yang bijaksana ia tahu bahwa pendidikan

psikomotor dan pendidikan kognitif itu tidak sulit, pendidikan efektif

itulah yang sulit, oleh karena itu ia tidak menekankan psikomotor dan

pendidikan kognitif tanpa diingatkan, manusia akan tahu dengan

sendirinya bahwa aspek psikomotor dan kognitif itu perlu dikembangkan

sedangkan aspek efektif perlu diingatkan (Tafsir, 1994 : 190).

Sejak kecil anak harus dikenalkan dengan hal-hal yang baik. Oleh

karena itu orang tua harus melaksanakan beberapa hal antara lain:

a. Menanamkan nilai tauhid yang pertama kali dilakukan orang tua

adalah menanamkan nilai tauhid misalnya, menanamkan rasa

(34)

21

juga mengajarkan agar meminta pertolongan dan beribadah semata-

mata kepada Allah SWT.

b. Membiasakan anak berlaku jujur dan adil baik perkataan maupun

perilaku. Hendaknya orang tua tidak pernah berbohong kepada mereka

sekalipun hanya bergurau.

Langkah yang harus ditempuh orang tua untuk menambah

kepribadian yang baik dalam jiwa anak agar menjadi anak tersebut

menjadi anak yang terbaik dalam kepribadiannya maka harus melalui

sebagai berikut:

a. Pembinaan ibadah, seperti membacakan kalimah tauhid pada anak,

menanamkan kecintaan mereka kepada Allah SWT, pada Rasulullah

Muhammad SAW, mengajarkan Al-Qur'an dan menanamkan nilai

peijuangan, serta pengorbanan pada mereka.

b. Pembinaan perasaan kejiwaan, maksudnya orang tua memberikan

kasih sayang dan perhatian yang cukup bagi anaknya.

c. Pembinaan intelektual, dilakukan dengan menambahkan kecintaan

anak kepada ilmu, misalnya anak dibimbing untuk menghafalkan ayat-

ayat Al-Qur'an.

Di dalam rumah tangga muslim, moral, tata krama, dan tata cara

keagamaan yang paling baik adalah diajarkannya dengan percontohan

berbagai materi dalam pendidikan Agama Islam bagi anak muslim, tentang

(35)

a. Thoharoh: prinip utama yang perlu dipelajari anak adalah kesucian

seperti wudhu sebelum sholat.

b. Menghormati orang tua yakni hormat kepada orang tua, kakak, dan

kerabat, guru, orang yang lebih tua usianya dan umumnya pada

manusia lainnya.

c. Adab berkaitan dengan akhlak yang baik, kepribadian dan moral yang

baik.

Memperhatikan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

materi pendidikan Islam yang diberikan oleh orang tua kepada anak

hendaknya meliputi pendidikan tentang ketauhidan, pendidikan tentang

akhlak, pendidikan tentang sholat dan pendidikan tentang amar ma'ruf

nahyi mungkar dan juga pendidikan ketabahan dan kesabaran.

4. Tujuan Pendidikan Islam dalam Keluarga

Orang tua mendidik anaknya karena sebuah kewajiban, karena

kodratnya selain itu juga karena cinta. Mengingat uraian di atas, maka

secara sederhana tujuan pendidikan anak dalam keluarga di lingkungan

pesantren adalah agar anak tersebut menjadi anak yang sholeh. Tujuan lain

yaitu: agar anak tersebut kelak tidak menjadi musuh terhadap orang tuanya

yang akan mencelakakan orang tuanya, agar tidak sewenang-wenang

dalam perkataan dan berperilaku (Tafsir, 1992 : 163).

Secara praktis anak harus mendapat pengarahan dan pendidikan

agar pada usia dewasanya menjadi anak yang baik dengan harapan agama.

(36)

23

mengasuh, membimbing, dan mendidiknya yang secara alami menjadi

tanggung jawab orang tua.

Menurut Buseri (1990 : 29), Pendidikan kodrati maksudnya adalah

tanggung jawab yang melekat pada orang dalam rangka menghantarkan

anak menjadi anak muslim yang berkepribadian muslim (baik). Tujuan

akhir pendidikan Islam adalah kedewasaan baik jasmani maupun rohani.

Sedangkan pendidikan agama bertujuan untuk membentuk kepribadian

anak sesuai dengan ajaran agama Islam (Drajat, 1987 : 107).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

agama dalam keluarga di lingkungan pesantren adalah membentuk

kepribadian anak dan membimbingnya agar menjadikan seseorang (anak)

yang taat menjalankan perintah sesuai dengan syariat Agama Islam.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Islam dalam

Keluarga muslim.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan

Islam dalam keluarga muslim, yaitu:

a. Faktor pendidik (orang tua)

Pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sangat penting karena

pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan

kepribadian anak.

b. Faktor anak didik (anak)

Merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting karena

(37)

c. Faktor tujuan pendidikan

Tujuan umum pendidikan Islam adalah bimbingan anak menjadi

seorang mulim sejati (baik), beriman teguh, beramal shalih, dan

berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.

d. Faktor alat pendidikan

Adapun yang dimaksud alat pendidikan adalah segala sesuatu yang

dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan Islam seperti

AI-Qur'an dan buku-buku Pendidikan Islam.

e. Faktor lingkungan keluarga

Yang merupakan lingkungan yang mempunyai peran yang sangat

penting terhadap berhasil dan tidaknya pendidikan Islam, karena

perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi keadaan lingkungan.

(Zuhairini, 1993 : 22)

Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pendidikan Islam dalam keluarga adalah

faktor pendidik (orang tua), anak didik (anak), sarana pendidikan, cara

(38)

25

B. Pengertian Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim.

Berbicara mengenai model pendidikan Islam dalam keluarga muslim,

maka terlebih dahulu harus dipahami maksud dari model tersebut.

Model yang berarti: gambaran atau cara, sistem atau ketertiban dalam

mengerjakan sesuatu dan merupakan suatu sistem atau yang mengatur suatu

cita. Dan kata model memiliki macam-macam pengertian diantaranya: pola,

acuan, ragam dan sebagainya.

Model Stimulus Respons yang merupakan: pola yang menunjukkan

komunikasi sebagai satu proses "aksi-reaksi" yang sangat sederhana.

Model interaksional ini merupakan sebuah anggapan manusia jauh

lebih aktif dan menggambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran

atas peran atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi (Djamarah,

2004 :42).

Istilah model banyak dipakai oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk

bidang ilmu pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, pemakaian

istilah model dimaksudkan sebagai daya upaya pendidikan dalam menciptakan

suatu sistem lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses pendidikan.

Maksudnya agar tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dapat tercapai

secara berdaya guna dan berhasil guna (Ahmad, 1997 : 11).

Kemudian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pendidikan Islam dalam keluarga adalah suatu siasat atau taktik yang dipakai

oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya dan dipakai untuk menata

(39)

C. Macam-Macam Model Pendidikan Islam dalam Keluarga muslim.

Berbicara tentang macam-macam model pendidikan Islam dapat

dilihat dari sudut pandang sebagai berikut:

1. Dialog Qur'ani

Menurut An-Nahlawi (1996 : 284), Dialog (hiwar) dapat diartikan

sebagai percakapan pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih

yang dilakukan melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah

kepada suatu tujuan, pembicaraan. Dengan demikian, dialog merupakan

lembaran yang menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain.

Sebuah dialog akan melahirkan paling tidak dua kemungkinan: kedua

belah pihak terpuaskan, yaitu si penyimak dan si terdidik, lewat dialog

seorang terdidik yang betul-betul memperhatikan materi dialog akan

memperoleh nilai lebih baik berupa penambahan wawasan atau penegasan

identitas diri.

Adapun tujuan dialog Qur’ani adalah melahirkan anak didik yang

memiliki pengalaman behavioristik yaitu pengalaman yang menggiring

orang yang diseru untuk membenci keburukan dan mencintai kebaikan.

Dialog yang bersifat peringatan itu memiliki banyak tujuan diantaranya

adalah:

a. Mengungkapkan kemantepan wahyu dan risalah, mengingatkan

anak didik dari masalah yang sangat besar seperti teijadinya

(40)

27

b. Mengingatkan anak didik pada kaidah-kaidah umum dan

sunnah Ilahiah.

Kejelasan tentang aspek dialog di atas ditujukan agar pendidik

dapat memetik manfaat dari setiap bentuk dialog tersebut dan dapat

mengembangkan afeksi, penalaran, perilaku kebutuhan anak didik. Selain

itu, seorang pendidik dapat memanfaatkan dialog untuk melengkapi

metode pengajaran ilmu-ilmu lainnya.

2. Dialog Khitabi atau Ta 'abbudi

AI-Qufan di turunkan untuk menjadi petunjuk dalam sebagai kabar

gembira bagi orang bertakwa di dalamnya pada puluhan tempat, Allah

menyeru kepada hamba-hamba-Nya yang beriman melalui seruan ya

ayyuhalladzina amanu.

Seseorang mukmin yang membaca surat tersebut, niscaya akan

menjawab: ya Tuhan, aku memenuhi seruanmu. Hubungan antara seruan

Allah dan tanggapan seorang mukmin itulah yang melahirkan sebuah

dialog, kondisi tersebut berlangsung sebaliknya jika seseorang mukmin

berdialog dengan Tuhannya melalui doa, Allah Yang Maha Kuasa akan

menjawabnya sesuai dengan konteks doa hambanya.

> <

. > °

s ' , s ' t s ' a & s ' ^ S ' - 3 .

(41)

Hadits di atas menunjukkan pada dialog khitabi atau Ta’abbudi

yang di dalamnya mencakup jawaban Allah atas hambanya dan jawaban

hamba atas seruan Tuhannya. Kebenaran dalam Al-Qur'an yang membina

jiwa anak didik melalui dialog khitabi atau Ta’abbudi harus disadari

setiap pendidik, sehingga mampu mendeteksi sejauh mana pengaruh

dialog tersebut dalam jiwa anak didik.

Hal-hal yang dapat dijadikan indikasi dalam melihat tersebut

adalah:

a. Senantiasa merentangkan pertanyaan yang dilontarkan Al-Qur'an dan

menjawabnya sesuai dengan bisikan nurani.

b. Berpengaruhnya makna-makna yang tersirat dalam Al-Qur'an terhadap

emosional dan kehidupan pribadi Nabi SAW.

c. Mengalahkan perilaku dan perbuatan selaras dengan tuntutan al-

Qur'an. Sikap seperti itu merupakan hasil alami dari emosional dan

kepuasan penalaran yang ditimbulkan oleh metode dialog. Tentu saja

seseorang si terdidik akan menanggapi segala pertanyaan, deskripsi,

janji, ancaman atau azab Allah melalui perilaku sehari-hari.

Allah menurunkan sebagai bentuk seruan dialog khitabi atau

Ta’abbudi kepada manusia. Demikian juga halnya dengan bentuk

pertanyaan umum yang ditujukan bagi kaum mukminin dan seluruh

makhluknya, kadang-kadang dialog khitabi atau Ta’abbudi pun ditujukan

Rasulullah SAW, yang kemudian beliau serukan kembali kepada seluruh

(42)

29

Bentuk-bentuk dialog khitabi, diantaranya yaitu:

a. Dialog afektif yang bertumpu pada pengutamaan afeksi kemanusiaan

atau afeksi pengalaman yang membiasakan dampak afektif untuk

berperilaku baik dan beramal shaleh, seperti rasa takut, harapan,

kesenangan dan khawatir, hal tersebut dirinci sebagai berikut:

1) . Khusyuk kepada Allah dan merasakan keagungannya.

2) . Merasa sangat menyesal ketika Allah mencela dan kembali

mengulang perintahnya.

3) . Takut terhadap azab Allah pada hari (pembalasan) dan

kekhawatiran dalam menghadapinya.

4) . Mengutamakan rasa syukur kepada Allah dan merasakan kebaikan

dan karunianya.

b. Dialog yang bersifat mengingatkan dan menjelaskan.

Dialog ini ditandai dengan datangnya pertanyaan dari Allah

dan disertai jawabannya. Penerapan dialog ini bertujuan untuk

mengarahkan pola pikir pada suatu pokok permasalahan sehingga

permasalahannya menjadi jelas.

Allah berfirman:

(43)

Demikian metode ini sangat menakjubkan dan mirip dengan

metode tanya jawab yang digunakan dalam sistem pendidikan modem

namun bagaimanapun metode dialog Qur'ani tetap lebih unggul,

c. Dialog yang bersifat peringatan akan nikmat-nikmat Allah

Melalui pengambilan pelajaran dari kelompok orang yang

dihukum karena dosa dan penyimpangan yang mereka lakukan, seperti

peringatan terhadap Bani Israil.

■« z ' z ' ^ | z ' | ✓

“Hr! Cj * (J-!

t- ' ' "

JU JLJm 4h l C» JL*J

"Tanyakanlah kepada Bani Israil: "Berapa banyak tanda-tanda (kebenaran) tyang nyata, yang telah kami berikan kepada mereka". Dan barang siapa yang menukar nikmat Allah, setelah datang ni’mat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya" (QS. Al Baqarah [2]: 211).

Dampak psikologis dialog di atas sanggup membangkitkan

pengakuan atas diri dan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah, pada

gilirannya bentuk-bentuk di ataspun akan mampu membina rasa

ketundukan dan kepatuhan kepada perintah-perintah Allah. Dengan

demikian kesiapan itu merupakan perasaan yang dibiasakan. Perasaan

itu pun harus menjadi kekuatan yang mendorong pemiliknya untuk

melakukan pengamalan, pengorbanan, dan perbuatan yang lurus

(baik).

Bentuk-bentuk metode pendidikan Islam dalam keluarga,

(44)

31

a. Mendidik dengan keteladanan

Kurikulum yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang

jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematisasi bakat,

psikologi, emosi, mental dan potensi manusia. Namun, tidak dapat

dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum seperti itu masih

tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang dicontohkan oleh

seorang pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan yang dia

perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap beijuang pada landasan,

metode dan tujuan kurikulum pendidikan. Untuk kebutuhan itulah

Allah mengurus Muhammad SAW sebagai hamba dan Rasul-Nya

menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan

Islam (An Nahlawi, 1996 : 269).

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rauslullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmad) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al Ahzab [33] : 21)

Pada dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok

teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan

kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang

menjelaskan cara mengamalan syariat Allah.

Dalam psikologi, kepentingan penggunaan keteladanan sebagai

(45)

beridentifikasi dalam diri setiap manusia yang merupakan suatu

dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan tokoh identifikasi

(An-Nahlawi, 1979 : 231).

Sedangkan menurut Aly (1987 : 180), identifikasi sebagai

berikut: identifikasi ialah nama yang kami pilih untuk menunjukkan

proses apapaun berlangsung ketika anak mengadopsi cara berperan,

yaitu berlaku seakan-akan ia sedang melakukan peranan orang lain.

Identifikasi menurut pengertian di atas mencakup segala bentuk

peniruan peranan yang dilakukan seseorang terhadap tokoh

identifikasinya dengan perkataan, identifikasi merupakan mekanisme

penyesuaian diri yang teijadi melalui kondisi interaksional dalam

hubungan sosial antara individu dan tokoh identifikasinya (Rachmad,

1986 : 12).

Tokoh identifikasi dapat ditemukan di dalam kelompok atau

institut sosial. Diantara yang berperan penting ialah keluarga,

kelompok sebaya, sekolah dan kelompok keagamaan. Di lingkungan

keluarga, tokoh-tokoh yang hendak dinamai anak biasanya adalah ayah

atau ibu. Dalam proses identifikasi ini, anak tidak saja ingin menjadi

identik secara lahiriah, tetapi terutama justru secara batiniah. Anak

mengambil alih (biasanya dan tidak disadari oleh anak itu sendiri)

sikap-sikap, norma, nilai dari tokoh identifikasinya.

Pada anak-anak identifikasi mempunyai arti sangat penting

(46)

33

terpecah belah, atau anak yang yatim piatu, tidak mempunyai tokoh

identifikasi tertentu, konisi yang demikian bisa menyebabkan

perkembangan kepribadiannya kurang sempurna.

J » jv » J I 1 JL A1

UlajT j j P ^ l i p C— 1

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". (QS. Al Faatihah [1]: 5-7)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang

pendidik hendaknya memerintah dalam berbagai hal sebagai berikut:

Mengarahkan identifikasi tersebut kepada tujuan pendidikan Islam,

mempersiapkan atau menciptakan tokoh identifikasi dan tujuan

pendidikan Islam, baik tokoh sejarah maupun tokoh cerita baik

gambar, hiasan atau penulisan,

b. Mendidik melalui pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan yang

dimaksud dengan pembiasaan {habit) ialah cara-cara bertindak yang

konsisten, dan hampir-hampir otomatis, hampir-hampir tidak disadari

oleh pelakunya. Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan

yang sangat penting, terutama bagi anak-anak, mereka belum

menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila, apalagi

pada anak yang baru lahir, dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan

(47)

Tindakan praktis mempunyai pendidikan penting dalam Islam.

Islam bukan materi-materi dan jampi-jampi, segala penjelasan

ajarannya menurut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, instink,

bahkan hidupnya untuk merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara

praktis (An-Nahlawi, 1979 : 239)

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu, tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. An-Nuur [24]: 58 - 59)

Pembentukan kebiasaan, kebiasaan terbentuk melalui

pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai

dengan kepuasan. Anak yang sering mendengar orang tuanya

(48)

35

itu kemudian mendorong tumbuhnya jiwa keagamaan pada anak

tersebut (Daradjat, 1976 : 87)

Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan

kesadaran atau pengertian telur menelur akan maksud dari tingkah laku

yang dibicarakan. Sebab pembiasaan digunakan guru untuk memaksa

peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis seperti robot,

melainkan agar ia dapat melaksanakan segala dengan mudah tanpa

merasa berat hati. Sabda Rasulullah SAW:

y

"Sesungguhnya amal-amal yang terhitung sah hanyalah dengan niatnya, dan sesungguhnya apa yang telah diniatkan itulah hasil yang akan diperoleh".

Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban dari manusia

atas segala amal perbuatannya sesuai dengan kadar keterkaitan

perbuatan itu dengan niat, dengan niat, dengan atas dasar itulah

pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanitik, hendaknya

diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (hendak

dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila

pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-

penjelasan dengan nasihat-nasihat sehingga makin lama timbul

(49)

c. Mendidik melalui nasihat

Allah berfirman:

^

uj i

bjj Lgiil J l

IjSji

o

1

Oj

otr ST oj % J^Lu 6u i i oj

o'

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat" (QS. An Nisa’ [4]: 58).

Nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan

dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta

menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan

manfaat (An-Nahlawi, 1979 : 253).

Memberi nasihat merupakan salah satu metode yang penting

dalam pendidikan Islam. Dengar metode ini pendidikan Islam dapat

menanamkan pengaruh yang baik kedalam jiwa apabila digunakan

dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang

tepat. Bahkan dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan

yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan

kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.

Dalam Al-Qur'an ditemukan banyak ayat yang bertalian dengan

(50)

37

tetapi nilai pelajaran yang terkandung didalamnya berlaku bagi semua

manusia. Nasihat dapat pula diberikan dengan membuat perumpmaan.

Al-Qur'an telah menyajikan banyak perumpamaan yang dapat

digunakan sebagai model dalam menyampaikan nasihat.

"Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?" (QS. AnNahl [16]: 76).

Dalam firman tersebut Allah memgungkapkan orang mukmin

dengan orang yang mampu beijalan di atas jalan yang lurus, dan

mengungkapkan orang kafir dengan orang yang tidak mampu

mengeijakan apapun, malah menjadi beban bagi orang lain,

d. Mendidik melalui motivasi dan intimidasi

Metode motivai dan intimidasi telah digunakan masyarakat

secara luas: orang tua terhadap anak, pendidikan terhadap murid,

bahkan masyarakat luar dalam interaksi antar sesamanya. Al-Qur'an

ketika menggambarkan surga dan segala kenikmatan dan neraka dan

(51)

"Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (QS. Al Zalzalah, [99] : 6-8)

Motivasi dan intimidasi digunakan sesuai dengan perbedaan

tabiat dengan kadar kepatuhan, manusia terhadap prinsip-prinsip dan

kaidah-kaidah Islam, sebab pengaruh yang dihasilkan tiap-tiap metode

itu tidaklah sama. Metode motivasi lebih baik ketimbang metode

intimidasi, yang pertama bersifat positif dengan pengaruhnya, relatif

lebih lama karena bersandar pada pembangkit dorong instrinsik

manusia. Sementara itu, metode yang kedua bersifat negatif dan

pengaruhnya relatif tempora (sementara) karena bersandar pada rasa

takut.

Ajaran agama Islam memberikan prioritas pada upaya

menggubah suasana gembira dengan ancaman dan hukuman. Dalam

pelaksanaan prinip ini hendaknya guru atau pendidik tanggap akan

adanya berbagai iklim dan kondisi yang didasari peserta didik selama

proses belajar (Jalai, 1988 : 182-184).

Pendidikan Islam lebih mengutamakan penggunaan metode

(52)

39

baru digunakan apabila metode-metode lain seperti pemberian nasihat,

petujuk dan bimbingan, tidak hasil untuk mewujudkan tujuan.

e. Mendidik melalui hukuman

Hukuman sebagai salah satu metode pendidikan mendapatkan

perhatian berat dari para filosof dan pendidik muslim, seprti Ibnu Sina,

Al Gozal, Al Arabi, Ibnu Kaldun (Athiyah, 1969 : 155- 161).

Oleh sebab mereka menyeru para pendidik untuk menggunakan

berbagai metode dalam mendidik anak agar mereka mempunyai

kebiasaan-kebiasaan baik ketika besar, sehingga ketika itu tidak

diperlukan metode hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk,

tetapi kondisi tertentu harus digunakan. Oleh karena itu, hendaknya

diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman.

f. Mendidik dengan metode persuasi

Metode persuasi ialah meyakinkan peserta didik tentang suatu

ajaran dengan kekuatan akal. Penggunaan metode persuasi didasarkan

atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Dalam

Al-Qur'an menunjukkan penghargaan Islam terhadap akal, serta

kepada manusia untuk menggunakan akal dalam membedakan antara

yang benar dan yang salah serta antara yang baik dan buruk (An-

Nahlawi, 1996 :283).

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

(53)

yang tersesat dari jalannya dan dialah yang mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk" (QS. An Nahl, [16]: 125)

Dengan metode persuasi, pendidik Islam menekankan

pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis segala

persoalan yang dimasukkan kepada peserta didik. Mereka dihindarkan

dari meniru segala pengetahuan secara baru, tanpa memahami

hakikatnya atau dengan realitas, baik individual maupun sosial.

Salah satu yang mungkin dapat digunakan pendidikan untuk

meyakinkan peserta didik dalam persoalan Agama, terutama persoalan

gaib, ialah menjelaskan kepada mereka tentang adanya bermacam-

macam pengetahuan seperti pengetahuan mistis transendental dari

generasi terdahulu.

Di samping itu, manusia itu tidak selamanya hidup dengan

dasar-dasar rasional, kadang-kadang dapat mencapai keyakinan

rasional, tetapi ia sering kali terbelenggu oleh kebiasaannya. Contoh:

banyak yang yakin bahaya rokok, tetapi ia tidak mampu mencegah

kebiasaannya. Oleh sebab itu, pendidikan Islam berusaha membimbing

manusia muslim agar mampu menguasai perasan dan menjauhkan diri

dari fanatisme buta: kemudian dasar rasional ditanamkan agar dapat

memberikan penyesuaian perasaan yang mulia, serta nilai-nilai

kebenaran, kebaikan dan keadilan.

Metode-metode yang telah dikemukakan di atas hanya

(54)

41

dalam pendidikan Islam dalam keluarga : pendidikannya tidak fanatik

terhadap suatu metode, setiap metode memiliki kelebihan dan

kekurangan, kadang-kadang pendidikan cukup menggunakan satu

metode dalam mendidik anak-anak didiknya, tetapi kadang-kadnag

perlu memadukan berbagai macam metode, sebelum menggunakan

suatu metode hendaknya seseorang pendidik memperhatikan metode

apa yang tepat untuk dipakai dalam mendidik anak-anaknya, agar

tujuan yang telah dirancang dapat tercapai.

D. Fungsi Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim.

Tentang fungsi model pendidikan Islam secara umum dapat

dikemukakan sebagai pemberian jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi

pelaksana operasional dari ilmu pendidikan. Sedangkan dalam konteks lain

fungsi model pendidikan Islam merupakan sarana untuk menemukan,

menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.

Dalam menyampaikan pendidikan Islam kepada anak didik perlu

diterapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam

menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal,

dan jiwa yang mengarahkannya agar menjadi orang yang sempurna (iman

kamit). Karena itu materi-materi pendidikan Islam yang disajikan oleh Al-

Qur'an senantiasa mengarah kepada pengembangan jiwa, sehingga dijumpai

(55)

> 0' ^ ^ 3

p 4

ij3

{^ f|

Qljju

£ .i T

^ S ^j j ^ 4

J

"Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir". (QS. Al Anfaal [8] : 7)

Metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada

tujuan penciptaannya sebagai khalifah dimuka bumi dengan melaksanakan

pendekatan di mana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki

potensi dan rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan sebagai

saluran penyampaian materi pendidikan, karenanya terdapat suatu prinsip

yang umum dalam mefungsikan metode, yaitu prinsip agar pendidikan Islam

dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh

dorongan dan motivasi sehingga pendidikan Islam atau materi pendidikan

Islam itu dapat dengan mudah diberikan.

Banyaknya metode yang ditawarkan oleh para ahli sebagai dalam

buku-buku kependidikan lebih mengharapkan usaha, mempermudah atau

mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa si anak dalam

Gambar

JUMLAH PENDUDUK DESA BENER BERDASARKANTABEL I
TABEL IIIKEADAAN TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK DESA BENER
TABEL VIJUMLAH KEJADIAN KRIMINAL PENDUDUK DESA BENAR
TABEL VISTRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH

Referensi

Dokumen terkait

Ada 3 (Tiga) aspek yang diamati atau dinilai pada siswa dalam melakukan gerak dasar Tolak Peluru yaitu sikap permulaanatau awal gerakan Tolak Peluru, pelaksanaan gerakan

Aplikasi sistem informasi akuntansi ini dibuat dengan tujuan untuk memudahkan perusahaan melakukan pencatatan transaksi-transaksi keuangan, mengontrol keluar masuk barang,

Abang tidak gemar akan makanan yang pahit seperti peria.. Menurut abang, dia tidak gemar akan rasa pahit

diperoleh suatu koperasi sehingga usaha dalam koperasi tersebut akan semakin.. maju

When an application attempts to send outbound traffic that requires IPsec protection, IPsec sends an SADB_ACQUIRE message with a unique sequence number to IKE and all other

Keluarga buruh yang memiliki pendidikan yang terbatas membuat mereka kesusahan melakukan pembelajaran pada anak (Praditta, 2017:50).. Hal ini lambat laun membuat orang

p ikan, hal ini dikarenakan n akan keamanan mereka Nelayan di Desa Lopana anti alat tangkap yang an alat tangkap yang lebih at tangkap yang dapat seperti soma dampar dan nelayan

Hasil dari Intensitas serangan penyakit juga menunjukkan bahwa dari tujuh kecambah klon tebu yang diuji, klon tebu dengan ketahanan tertinggi terdapat pada kecambah klon Kidang