MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM
DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER
KEC. TENGARAN KA B. SEMARANG
TAHUN 2009
Diajukan dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan pada
Jurusan Tarbiyah
Disusun Oleh :
AHMAD YASIN
NIM: 111 050 42
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI SALATIGA
MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM
DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER
KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG
TAHUN 2009
Diajukan dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan pada
Jurusan Tarbiyah
Disusun Oleh :
AHMAD YASIN
NIM : 111 050 42
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI SALATIGA
D E P A R T E M E N A G A M A R I
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama
ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara;
Nama : AHMAD YASIN
NIM : 11105042
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / PAI
Judul : MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM
KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER KEC. TENGARAN. KAB. SEMRANG TAHUN 2009. Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut diatas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana semestinya.
W assalam u’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga,... Maret 2010 Pembimbing j
)U S l/
Jin. Stadion 02 Tip (0298)323706,323433 Salatiga 50721
PENGESAHAN
Skripsi saudara : Ahmad Yasin dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 050 42
yang berjudul MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA BENER. KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN 2009
Telah Dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu 13 Maret 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memporoleh gelar Sarjanah Dalam Ilmu Tarbiyah.
Panitia Ujian
24 Maret 2010 M Salatiga,
08 Ramadhan 1431
Kefrua Sidang Sekretaris
Yr . Imam Sutomo, M.Ag «P. 19580827 198303 1
IP. 197109232 00604 1 002
X T
Dr. Muh. Saeiozi. M.Ag NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji II
Drs. Kastolani, M.Ag NIP. 19690612 199403 1 003
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAIN) SALATIGA Jitu Stadion 03 Tip (0298)323706,323433 Salatiga 50721 Website : www. Stainsalatiga. Ac.id : administrasi@stainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
^
js* } \ S*
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan orang lain.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain
di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung
jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi
Salatiga, 06 Maret 2010
Penulis
NIM: 111 05 042
mempermudahkan kepadanya jalan menuju Surga ( !H% CM.usG.rn )
(Bepeganglah kalian kepada Agama adati dan janganlah kgGan6ercerai 6erai,
dan ingatlah kgGan nikmat A dah yang £ karuniakan kepada kgGan, ketika
dahaul(masa JahiGah ) kgGan 6ermusuhan ,lalu (Dia menjinakkan diantara hati
kaGan sehingga kgGan menjadi orang-omg 6ersaudra sehaS nikm atnya...
( AG 'imron;103)
T T R S T M B A X A N
X a r y a tufts in i A n a n d a p ersem b a h ka n kepada IftuncCa Sutim afi dan A yahanda M u n a w ir
“ m ereka senatiasa m em efthara dengan p e n u h kasih da n sayang m endidik p u tra jm tr in y a tetap fturus akidah dan disipftn “
( Jasam u tiada tara, semoga A d a h memhaCas dengan kehaikan yang m ufta )
“'Bapak X y a i A s ’adJ-faris N asution, Bapak X y a i p a tkh u rro h m a n dan Ihundd N y a i J a tik h a h 'Ulfah,
seCaku Tengasuh Ton-Tes A lM a n a r ”
( ya n g senantiasa yang kam i cadbng iftnu serta tetes a n harokahnya dan teCah m em berikan m otifasi herhentuk apapun daCampenyeCesaian skripsi in i)
K akak-kakak k u ; M as Issroq, M as Samsodien, M as Im ron, M hak Sri, M bak 7utik,M bak T ujiani
“ A d in d a banyak belajar d a ri kaftan, bersikap dan m engam biC keputusan tepat dan bijaksana. D isaat-saat kum puC bar sam a, itulah hari yang p a ftn g m em bahagiakan ”
Semoga diberikan ridho dan berkah oleh A lla h SJV dnanti qita dalam m enjalankan sunnah rosuftm engarungi bahterai rum ah tangga)sadina/i m aw adddA warraAmaA
A m ien. ”
"Shobat-shobatku kam pus”
M ahsun,pajarC em en,N asrudinC abulB angA ll'R ohm atdi,Sriyanto,A nam ,X riw ul(Sm tra, B johm adiJokoJrkham ,M urtadb,M isbakhulM unir,IkhsanJayuft,JV idiTurw ono,M effLS,N
itta ,
'RifaahNisa. 'U ftnuha, Cik Meme, A r ie f ” (Trim akasih atas kebersam aannya selam a ini),
“Shobat-shobat Tondok”
( Trim akasih atas kebersam aannya selam ini,Terus(ah berkarya ja d ila h cendekiaw an m uslim yang teta p konsisten da n kom itm en dalam b erfa sta b h ikid kh o iro t)
Ahmad Yasin NIM: (11105042). Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim di Lingkungan Pondok Pesantren Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
Pembimbing Zedi. Efriedi M.Ag.
Kata kunci: Model Pendidikan Islam dan Keluarga Muslim.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui: Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim di Lingkungan Pondok Pesantren. Pertanyaan yang ingin dijawab melaluai penelitian ini adalah 1. Bagaimana keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener 2. Bagaimana model pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren, desa Bener. 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Kualitatif, dan untuk mendapatkan data, maka digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyusunan data dan mengambil kesimpulan.
Setelah dianalisis disimpulkan bahwa keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener teijalinnya hidup yang rukun, tentram, dan harmonis. Model pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren desa Bener meliputi dua model yaitu: model yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Faktor pendukung yang meliputi: peran orang tua yang mempunyai kesadaran yang tinggi akan pentingnya suatu pendidikan bagi anaknya. Faktor penghambat yang meliputi: kurangnya interaksi antara orang tua dan anak dalam segi apapun khususnya dalam bidang pendidikan Islam (kurangnya memotivasi anak).
KATA PENGANTAR
J J j —» j 5 J #}L<ah j f j s &Cj *C»» ^ J iy 1»>*P~ «OiJ-ki-1
Segala puji bagi Allah dengan semua pujian yang mampu memenuhi
nikmat-nikmat-Nya dan mencukupi tambahan-Nya, dan Shalawat beserta salam
kiranya terlimpah kepada al Musthafa. Sang Rasul yang teijaga dan mulia,
berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat dan pengikut yang setia.
Berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, skripsi ini
dapat penulis selesaikan. Dalam kesempatan ini apabila dalam tulisan ini ada
kesalahan dan kekeliruan penulis mengharapkan kepada semua pembaca yang
budiman untuk dibenarkan supaya lebih baik, dan akhirnya semoga tulisan yang
sederhana ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengakhiri program studi
tingkat saijana (SI) pada Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, maka penulis
mengajukan skripsi yang berjudul : MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM
KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DESA
BENER. KEC. TENGARAN. KAB. SEMARANG TAHUN 2009.
Secara keseluruhan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan
petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis sampaikan banyak terima
kasih kepada yang terhormat:
memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi
3. Bapak. Suardi. M.Pd, selaku dosen PA, yang telah membantu memberikan
motifasi waktu kuliyah dan dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak. Yedi Efriadi. S Ag, selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan khusus dalam menyelesaikan skripsi dengan
kesabaran dan ketelitian.
5. Segenap karyawan Perpustakaan STAIN yang telah memberikan kemudahan
dalam peminjaman literatur untuk penulisan skripsi ini.
6. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Al-Manar, yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Salatiga, 06 Maret 2010
DAFTAR ISI
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
D. Penegasan Istilah... 7
E. Kajian Pustaka... 8
F. Metode Penelitian... 10
G. Metode Pengumpulan Data... 11
H. Sistematika Penulisan Skripsi... 12
BAB II. LANDASAN TEORI A. Asas-Asas Pendidikan Islam... 15
1. Pengertian Pendidikan Islam... 15
2. Pengertian Keluarga... 16
3. Materi Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 17
4. Tujuan Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 22
5. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 23
Keluarga... 25
C. Macam Macam Model Pendidikan Islam DalamKeluarga... 26
1. Dialog Qur’ani... 26
2. Dialog Khitabi... 27
D. Fungsi Model Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 41
E. Tujuan Model Pendidikan Islam Dalam Keluarga... 43
BAB III. LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian... 45
1. Kondisi Letak Geografis Desa Bener... 45
2. Keadaan Umum Desa Bener... 46
3. Keadaan Penduduk Desa Bener... 47
4. Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bener 48 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama.... 48
6. Keikut Sertaan Masyarakat dalam Organisasi... 48
7. Jumlah Kejadian Kriminal Penduduk Desa Bener .... 49
8. Keadaan Penduduk WNA/WNI Keturunan Desa Bener 49 9. Struktur Organisasi dan Tata Keija Pemerintahan Desa Bener... 50
B. Keberagaman Masyarakat Desa Bener... 50
1. Kegiatan Bapak-bapak dan Ibu-Ibu... 50
C. Deskripsi Model Pendidikan Keagamaan Anak Dalam Keluarga... 52
1. Keadaan Keluarga... 52
BAB IV. ANALISIS MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM
KELUARGA DI LINGKUNGAN PONDOK
PESANTREN PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA
BENER
A. Keberagaman Masyarakat Muslim Di Lingkungan Pondok
Pesantren Desa Bener... 61
B. Model Pendidikan Keagamaan Anak dalam Keluarga Di
Lingkungan Pondok Pesantren Desa Bener... 65
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan
Keagamaan Anak dalam Keluarga Di Lingkungan
Pondok Pesantren Desa Bener... 70
BAB V. PENUTUP...
A. Kesimpulan... 73
B. Saran-Saran... 76
C. Penutup... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam
membangun suatu bangsa, dan keberhasilan pembangunan suatu bangsa
sangat ditentukan oleh faktor manusia. Pendidikan Islam bertujuan untuk
membentuk manusia bertakwa, jujur, ikhlas, sadar akan tanggung jawab
terhadap masa depan bangsa dan umat manusia, masyarakat harus memiliki
kecakapan keterampilan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Upaya untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, maka diperlukan
pendidkan Islam. Zuharini mengemukakan: "Pelaksanaan pendidikan Islam
bertujuan untuk membimbing manusia agar mereka menjadi orang muslim
yang beramal soleh, dan berakhlak baik, serta berguna bagi masyarakat,
bangsa dan negara” (Zuharini, 1983 : 93). Guna mencapai tujuan tersebut,
maka pesantren harus sebagai subyek bagi keluarga muslim.
Menurut Hasbullah (1999 : 11), Pendidikan Islam adalah tuntunan di
dalam hidup tumbuhnya anak yang mempunyai tujuan menuntut segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
anggota msyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
Betapa pentingnya peran Pondok pesantren dalam menentukan
keberhasilan di masyarakat, maka dalam menjalankan tugasnya setiap
2
pesantren harus dapat memberikan model dalam pembelajaran pendidikan
Islam bagi anak didik, karena dalam model pendidikan Islam bagi anak
dipandang sebagai suatu proses yang membawa anak didik kearah
pengalaman belajar bermasyarakat.
Menurut Sutrisno (1994 : 22), model pembelajaran pendidikan Islam
berfungsi sebagai daya penggerak di dalam diri anak untuk belajar secara aktif
dan mandiri dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan.
Sedangkan menurut Nasution (1995 : 75-77), model mempunyai tiga
fungsi yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menentukan apa yang dibuat,
dan memberikan arah tujuan perbuatannya.
Memperhatikan model pendidikan Islam yang sangat besar faedahnya
bagi keluarga maupun masyarakat, maka orang tua perlu mengenal kebutuhan
dan minat anak, dan berperan untuk menghubungkan anak dengan dunia
kepesantrenan. Melihat fungsi model pendidikan Islam tersebut, Pesantren
merupakan salah satu penggerak yang menentukan tingkah laku anak dalam
keluarga, dan mendorong untuk melakukan belajar pendidikan Islam di dunia
pesantren. Mengingat juga dalam kehidupan dalam berkeluarga dan kehidupan
bermasyarakat banyak teijadi masalah, baik masalah kodisi fisik maupaun
masalah kondisi psikis, maka sangat diperlukan model pembelajaran
pendidikan Islam untuk mencapai kehidupan dalam keluarga dan
bermasyarakat yang baik.
Salah satu wujud pendidikan Islam yang ada di lingkungan masyarakat
hari, menghafal surat-surat pendek tidak diragukan lagi, dan anak-anak
tersebut juga mempunyai akhlak yang baik, menghormati orang tua dan
warga masyarakat sekitar.
Dari permasalahan tersebut di atas, mendorong penulis untuk memilih
dan membahas skripsi yang beijudul : ’’MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI LINGKUNGAN PONDOK
PESANTREN DESA BENER KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG.”
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang dan penegasan istilah tersebut di atas,
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok
pesantren Desa Bener?
2. Bagaimana model pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim di
imgkungan Pondok pesantren Desa Bener?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan anak
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan atau aktivitas yang disadari mempuyai tujuan yang
hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk
mengetahui:
a. Mengetahui keberagaman keluarga muslim di lingkungan Pondok
pesantren Desa Bener?
b. Mengetahui model pendidikan keagamaan anak pada keluarga muslim
di lingkungan Pondok pesantren Desa Bener?
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan
anak pada keluarga muslim di lingkungan Pondok pesantren Desa
Bener?
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Memberikan masukan bagi dunia pendidikan Islam dan
pengembangan bagi keluarga muslim di lingkungan Pondok
pesantren.
b. Berguna untuk mengangkat citra Pendidikan Islam kususnya dalam
keluarga muslim Desa Bener.
c. Memberikan sumbangan pikiran dan informasi khususnya keluarga
dalam memiliki anak agar selalu termotivasi untuk dapat mendidik
D. Penegasan Istilah.
Penegasan istilah ini dikemukakan untuk menghindari kesalah
pahaman dan kekaburan pengertian serta memberikan gambaran mengenai
ruang lingkup dalam penelitian adalah sebagai berikut:
L Model
Model adalah program yang dioperasionalkan menurut
instruksional yang disusun atau dibuat oleh guru sebagai kegiatan belajar
mengajar (KBM) di suatu ruang lingkup tertentu. Model tersebut meliputi
tujuan instruksional bahan pengajaran uraian kegiatan belajar anak serta
alat evaluasi yang digunakan (Ramayulis, 1994 : 176).
Menurut Djamarah (2004 : 42), model Interaksional manganggap
manusia jauh lebih aktif. Komunikasi disini digambarkan sebagai
pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain
oleh para peserta orang lain.
Model Stimulus-Respon adalah model yang menunjukkan
komunikasi sebagai suatu proses ”aksi-reaksi” yang sangat sederhana.
2. Pendikan Islam.
Pendidikan Islam ialah berupa bimbingan jasmani rohani
berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam (Marimba, 1989 : 23).
Sedangkan pendidikan agama Islam adalah suatu pendidikan yang
melatih perasaan anak sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan
atau pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka
dipengaruhi oleh jenis spiritual dan sangat sadar akan etis Islam (An-
7
3. Keluarga.
Keluarga adalah pusat pendidikan pertama dan utama. Dikatakan
sebagai pusat pendidikan pertama, karena anak mulai diperkenalkan
dengan nilai-nilai yang baik dan nilai-nilai yang buruk dari kedua orang
tuanya. Sedangkan dikatakan sebagai pusat pendidikan utama, karena yang
lebih bertanggung jawab atas pendidikan dan pembentukan kepribadian
anak (Hasbullah, 1999 : 127).
Keluarga adalah lingkungan pertama di mana manusia hidup dan
mendapatkan bimbingan. Dalam keluarga tumbuh berbagai bakat,
terbentuk pemikiran, dan pemuda beraktivitas dalam keluarga. Keluaga
adalah institusi pendidikan utama untuk membentuk generasi dan
membentuk pemuda. Entah itu dengan pendidikan yang baik atau buruk,
yang akan menghasilkan kebaikan atau keburukan, perasaan tertata atau
tersesat, masyarakat akan membaik atau rusak, umat akan menguat atau
justru melemah (Zuhaili, 2002 : 167).
4. Lingkungan Pondok Pesantren.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidihan dan pengajaran
pendidikan Islam umumnya dengan cara non klasikal dimana seorang kyai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya yang berdasarkan
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan,
dan para santri biasanya tinggal (bermukim) didalam Pondok pesantren
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian seperti ini pernah
dilakukan oleh peniliti sebelumnya, diantaranya:
Ninik wahyuni FAI-UMS (2004), dalam skripsinya yang beijudul
’’Pendidikan Islam diluar sekolah bagi anak yatim ( Studi kasus di Panti
Asuhan Nurussalam Tengaran)” yang mengungkapkan bahwa pendidikan
Islam luar sekolah di Panti Asuhan adalah untuk membentuk akhlak dan budi
pekerti yang mulia pada anak yatim serta membekali mereka dengan
pengetahuan dan kerampilan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka di masa
depan. Seluruh progam pendidikan di panti tersusun secara teratur melalui
kegiatan panti. Adapun faktor pendukung, yaitu letak panti yang stategis
sehingga menimbulkan kenyamanan, keseriusan dari pengasuh dalam
mengelola panti serta adanya dukungan dari masyarakat muslim sekitarnya.
Sedangkan yang merupakan faktor penghambat yaitu minimnya sumber daya
menusia pengelola, masalah anak didik yang tidak semuanya memiliki
semangat dan keinginan untuk maju serta keterbatasan waktu pendidikan.
Ade wibowo PAI-STAIN Salatiga (2003), dalam skripsinya yang
beijudul “Model Pendidikan Spiritual Di Pondok Pesantren Jombang Jawa
Timur". Yang mengungkapkan bahwa pendidikan spiritual pesantren harus
diperhatikan dengan hati-hati atau waspada dengan apa yang ditawarkan oleh
zaman modem, kama dibalik kegemerlapan dan kemegahannya terhadap
suatu watak yang disebut matrealisme. Bila manusia terus mengikuti arus
9
Spiritualitas yang berdampak pada kehidupan timpang karena penafikannya
terhadap pemenuhan fitroh atau hak asasi yang telah dibawa manusia sejak
lahir yaitu kebutuhan sepiritual.
Ninik Fitriyalina FAI-UMS (2005), dalam skripsinya beijudul “Stategi
Pendidikan Kurikulum Di Pondok Pesantren Nurul Huda Kajen Margoyoso
Pati’’ tahun 1980-2004, menyimpulkan bahwa perkembangan kurikulum
dibagi menjadi dua periode: periode pertama tahun 1980-1990 disebut periode
tradisional, karena dalam periode pembelajaran menerapkan sistem sorogan
dan bandungan. Periode kedua: antara tahun 1991-2004 di sebut sistem
klasikal. Pada periode ini ditandai dengan adanya kelas-kelas dalam
pembelajaran dan semakin banyaknya buku acuan yang digunakan Pondok
pesantren.
Sa’adatul Khalimah PAI STAIN Salatiga (2004), dalam skripsinya
beijudul “ Model Pendidikan Orang Tua siswa Madrasah Aliah Islamiyah
Assorkati Salatiga Dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah ”
menyimpulkan bahwa Pendidikan Orang Tua siswa Madrasah Aliah Islamiyah
Assorkati ternyata cukup besar dalam pendanaan terbukti dalam jumlah dana
yang dimiliki 48% berasal dari orang tua. Orang tua siswa MAI juga ikut serta
berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan.
M. Sukron PAI STAIN Salatiga (2006), dalam skripsinya beijudul
“Pendidikan Partisipatif Di Pesantren” (studi atas fenomena Bahsul Masai 1
di Pon-Pes Tremas Pacitan Jawa Timur), menyimpulkan perencanaan program
pembelajaran yang telah terlaksana, bahwa setiap pendidikan itu harus ada
evaluasi.
Berpijak pada penelitian-penelitian sejenis yang sempat dikemukakan
penulis tampak belum pernah ada penelitian tentang “Model Pendidikan Islam
Dalam Keluarga muslim Di Lingkungan Pondok Pesantren Desa Bener”.
Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini memiliki
kriteria kebaharuan dalam pendidikan Islam dalam keluarga muslim.
F. Metode Penelitian. 1. Jenis Penelitian
Dari bebrapa permasalahan yang penulis bahas, dalam tulisan ini
maka harus menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian ini adalah
penyelidik yang hati-hati testematik, dan terus menerus terhadap suatu
masalah dengan tujuan tetentu dan keperluan tertentu (Nasir, 1985 : 27).
2. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini penulis menggunakan pendekatan atau
metode deskriptif yang merupakan sebuah penelitian kelompok manusia
atau suatu objek, Set, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas
istimewa (Nasir, 185: 63).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, lukisan secara sistematik, faktual dan akurat, mengenal fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Ciri penelitian
11
mengenai situasi atau kejadian Dan penelitian ini tergolong jenis penelitian
deskriptif survai, yang merupakan penyelidikan yang ada dan mencari
keterangan-keterangn secara faktual baik tentang institusi sosial, ekonomi atau
politik dari suatu kelompok daerah tertentu.
G. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi atau Pengamatan
Adalah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
mengenai fenomena yang diteliti (Hadi, : 131). Metode ini digunakan
untuk mendapatkan data keadaan lokasi umum penelitian, keadaan
masyarakat muslim Desa Bener sehingga dapat diperoleh deskripsi umum
mengenai keadaan lembaga pendidikan keagamaan Islam dalam keluarga
di lingkungan pesantren.
b. Metode Interview atau Wawancara.
Adalah metode pengumpulan data dengan proses tanya jawab
dengan cara lisan di mana dua oiang atau lebih saling berhadapan secara
fisik (Surakhmad, 1985 : 132). Dengan metode ini penulis mendapatkan
informasi ataupun data tentang keberagaman masyarakat, tentang model
pendidikan keagamaan Islam anak, dan faktor-faktor pendukung dan
penghambatnya.
c. Metode Dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk
mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip buku,
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran
keberagaman masyarakat, struktur organisasi model pendidikan
keagamaan Islam.
D Metode Analisis Data.
Dalam menganalisis data penulis menggunakan kualitatif deskriptif
yang terdiri dari kegiatan, yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verikasi (Habermen, 1992 :
16). Pertama setelah pengumulan data selesai, maka tahap selanjutnya
melakukan reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilih. Kedua data
yang telah direduksi akan dibentuk dalam narasi. Ketiga penarikan
kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.
H. Sistimatika Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian
yang sestematis untuk pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan
yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi :
Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, penegasan istilah, kajian pustaka, metode
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi..
BAB II : MODEL PENDIDIKAN ISLAM, yang pertama meliputi:
Pengertian pendidikan Islam, pengertian keluarga, materi
13
Islam dalam keluarga, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pandidikan Islam dalam keluarga muslim.
MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA
MUSLIM.Yang akan membahas tentang:
Pengertian model pendidikan Islam dalam keluarga muslim,
macam-macam pendidikan Islam dalam keluarga muslim,
fungsi pendidikan Islam dalam keluarga muslim, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan model pandidikan Islam dalam
keluarga muslim, tujuan model pendidikan Islam dalam
keluarga muslim.
BAB III : MODEL PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA
MUSLIM DI LINGKUNGAN PESANTREN, dalam bab ini
yang meliputi:
Gambaran umum Desa Bener, yang terdiri atas letak
geografis, strutur organisasi, keadaan agama penduduk,
keberagaman keluarga keluarga Desa Bener dan pelaksanaan
pendidikan Islam dalam keluarga keluarga muslim, model
pendidikan keagamaan anak dalam keluarga, keluarga
muslim
BAB IV : ANALISIS DATA TENTANG MODEL PENDIDIKAN
ISLAM DALAM KELUARGA MUSLIM DI
LINGKUNGAN PESANTREN DESA BENER, yang akan
Keberagaman keluarga muslim Desa Bener, model
pendidikan keagamaan anak dalam keluarga muslim, faktor
pendukung dan penghambat pendidikan keagamaan anak
dalam keluarga muslim.
BAB V : PENUTUP, yang meliputi:
Kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, daftar riwayat hidup
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Asas-Asas Pendidikan Isiam 1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan
anak sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan atau pendekatan
mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilai
spiritual dan sangat sadar akan etis Islam (An- Nahlawi, 1995 : 26).
Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan
yang berpedoman pada syariat Allah. Sejalan dengan hal tersebut
pendidikan Islam adalah segala usaha untuk mengembangkan fitrah
manusia dan sumber daya insani menuju terbentuknya insan kamil, yang
dimaksud insan kamil disini adalah muttaqin yang terefleksikan dengan
perilaku baik, dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama maupun
dengan alam sekitarnya (Achmadi, 1987 : 10).
Oleh karena itu pendidikan Islam bukan sekedar transfer o f
knowledge ataupun transfer o f training, tetapi lebih merupakan yang
terkait secara langsung dengan Tuhan.
Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang
mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan
dengan nilai-nilai Islam. Sosok pendidikan Islam digambarkan sebagai
suatu sistem yang membawa manusia kearah kebahagiaan dunia dan
akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa
manusia untuk kebahagiaan dunia akhirat, maka yang harus diperhatikan
adalah nilai-nilai Islam tentang manusia, hakekat dan sifat-sifatnya,
manusia dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti, hak dan
kewajibannya, sebagai individu dan anggota masyarakat, Al-Qur'an dan
As-Sunnah (Isna, 2001 : 40).
Jadi persepsi pendidikan Islam, tidak hanya melihat bahwa
pendidikan itu sebagai upaya mencerdaskan semata (pendidikan
intelektual, kecerdasan), melainkan sejalan dengan konsep Islam,
pendidikan Islam tentang manusia dan hakikat eksistensinya. Pendidikan
Islam sebagai suatu pranata sosial juga sangat terkait dengan pandangan
Islam tentang hakekat keberadaan eksistensi manusia. Oleh karena itu
pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah, perbedaannya adalah
kadar ketakwaan, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif, karena
pendidikan berupaya untuk menumbuhkan dan kesadaran pada manusia,
maka sangat urgen sekali memperhatikan konsep atau pandangan Islam
tentang manusia sebagai makhluk yang diproses kearah kebahagiaan dunia
dan akhirat.
2. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena
ikatan perkawinan. Di dalam hidup bersama pasangan suami istri secara
17
dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad
atau cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan
batin (Djamarah, 2004 : 16).
Menurut Buseri (1990 : 4), keluarga adalah satu pusat pendidikan
kelembagaan tempat berlangsungnya pendidikan. Dengan demikian,
keluarga sebagai pusat pendidikan alamiah dibandingkan dengan pusat
pendidikan lainnya, dan diperkirakan pendidikan dalam keluarga
berlangsung, dengan kewajaran, keluarga juga merupakan kelembagaan
masyarakat yang memegang peran kunci dalam proses sosialisasi. Jadi
peran orang tua dan seluruh anggota keluarga adalah hal yang sangat
penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi yang ada
di dalamnya.
Keluarga pada hakekatnya merupakan hubungan seketurunan
maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan
bersama (Khoeruddin, 1997 : 4)
Dilihat pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu, anak, yang di dalamnya
terjadi proses pembentukan dan pengembangan kepribadian anak.
3. Materi Pendidikan Islam dalam Keluarga
Dalam pelaksanaan tugas orang tua sebagai pendidik utama dan
pertama, lebih-lebih dalam melaksanakan inti pendidikan yaitu berupa
pendidikan keimanan, sebaiknya orang tua terlebih dahulu untuk
dalam Al-Qur'an, maksudnya sebagai berikut untuk dijadikan contoh
dalam cara mendidik anak.
Para ahli sejarah mengajukan berbagai pendapat tentang siapa
Luqman Al Hakim yang diceritakan dalam Al-Qur'an itu. Sekalipun ada
perbedaan pendapat, mereka sependapat dalam hal bahwa Luqman itu
orang yang alim dan bukan Nabi. Al-Qur'an surat Luqman ayat : 1 2 - 1 4
sebagai berikut:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu : "bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri : dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadnaya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
19
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Luqman diberi Al Hikmah
oleh Allah artinya Luqman itu orang yang bijak, ciri kebijakannya antara
lain terlihat dalam materi pendidikan yang diberikan kepada anaknya.
Materi pendidikan yang diberikan Luqman itu perlu diperhatikan oleh
orang tua yang juga berkewajiban mendidik anaknya (Tafsir, 1994 : 189 —
190).
Adapun materi pendidikan Islam mencakup lima hal yaitu:
a. Pendidikan ketauhidan: artinya anak-anak harus didampingi agar
bertuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Materi ini mencakup
mensyukuri nikmat, meyakini hari pembalasan, dan melarang keras
syirik. Materi ini sebenarnya merupakan harapan utama dalam
pendidikan yang mendasari materi pendidikan lainnya.
b. Pendidikan akhlak: maksudnya anak-anak itu harus dilatih agar
memiliki akhlak terpuji. Materi ini mencakup: akhlak kepada Tuhan,
orang tua, dan masyarakat. Hal ini nanti akan mendasari akhlak anak
kepada gurunya.
c. Pendidikan sholat: artinya anak-anak harus dilatih dan dibiasakan
mengerjakan sholat sebagai salah satu tanda kepatuhan kepada (Allah).
Pendidikan shalat itu kelak akan menjadi dasar bagi amal-amal shalih,
dan apabila shalatnya baik, maka amal-amal lainnya akan baik pula
dan sebagainya.
d. Pendidikan amar ma'ruf nahi mungkar: artinya anak harus dibimbing
Hal ini tidak akan dapat dilakukan bila materi pertama dan ketiga
belum dimiliki.
e. Pendidikan ketabahan dan kesabaran: artinya anak harus ulet dan
sabar, dua sifat yang memang tidak dapat dipisahkan. Sifat konstruktif
pada butir keempat tidak mudah untuk memerlukan keuletan dan
kesabaran. Dalam mencapai cita-cita tidaklah selalu mudah, dan
seringkah adanya keruwetan yang merintanginya, maka keuletan dan
kesabaranlah yang sangat diperlukan (Tafsir, 1994 : 190).
Lebih jauh Ahmad Tafsir mengemukakan "bahwa materi
pendidikan yang diberikan Luqman kepada anak-anaknya tidak ada yang
mengandung pendidikan ketrampilan (psikomotor) dan juga pendidikan
pengetahuan (akal, kognitif)".
Luqman adalah orang yang bijaksana ia tahu bahwa pendidikan
psikomotor dan pendidikan kognitif itu tidak sulit, pendidikan efektif
itulah yang sulit, oleh karena itu ia tidak menekankan psikomotor dan
pendidikan kognitif tanpa diingatkan, manusia akan tahu dengan
sendirinya bahwa aspek psikomotor dan kognitif itu perlu dikembangkan
sedangkan aspek efektif perlu diingatkan (Tafsir, 1994 : 190).
Sejak kecil anak harus dikenalkan dengan hal-hal yang baik. Oleh
karena itu orang tua harus melaksanakan beberapa hal antara lain:
a. Menanamkan nilai tauhid yang pertama kali dilakukan orang tua
adalah menanamkan nilai tauhid misalnya, menanamkan rasa
21
juga mengajarkan agar meminta pertolongan dan beribadah semata-
mata kepada Allah SWT.
b. Membiasakan anak berlaku jujur dan adil baik perkataan maupun
perilaku. Hendaknya orang tua tidak pernah berbohong kepada mereka
sekalipun hanya bergurau.
Langkah yang harus ditempuh orang tua untuk menambah
kepribadian yang baik dalam jiwa anak agar menjadi anak tersebut
menjadi anak yang terbaik dalam kepribadiannya maka harus melalui
sebagai berikut:
a. Pembinaan ibadah, seperti membacakan kalimah tauhid pada anak,
menanamkan kecintaan mereka kepada Allah SWT, pada Rasulullah
Muhammad SAW, mengajarkan Al-Qur'an dan menanamkan nilai
peijuangan, serta pengorbanan pada mereka.
b. Pembinaan perasaan kejiwaan, maksudnya orang tua memberikan
kasih sayang dan perhatian yang cukup bagi anaknya.
c. Pembinaan intelektual, dilakukan dengan menambahkan kecintaan
anak kepada ilmu, misalnya anak dibimbing untuk menghafalkan ayat-
ayat Al-Qur'an.
Di dalam rumah tangga muslim, moral, tata krama, dan tata cara
keagamaan yang paling baik adalah diajarkannya dengan percontohan
berbagai materi dalam pendidikan Agama Islam bagi anak muslim, tentang
a. Thoharoh: prinip utama yang perlu dipelajari anak adalah kesucian
seperti wudhu sebelum sholat.
b. Menghormati orang tua yakni hormat kepada orang tua, kakak, dan
kerabat, guru, orang yang lebih tua usianya dan umumnya pada
manusia lainnya.
c. Adab berkaitan dengan akhlak yang baik, kepribadian dan moral yang
baik.
Memperhatikan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
materi pendidikan Islam yang diberikan oleh orang tua kepada anak
hendaknya meliputi pendidikan tentang ketauhidan, pendidikan tentang
akhlak, pendidikan tentang sholat dan pendidikan tentang amar ma'ruf
nahyi mungkar dan juga pendidikan ketabahan dan kesabaran.
4. Tujuan Pendidikan Islam dalam Keluarga
Orang tua mendidik anaknya karena sebuah kewajiban, karena
kodratnya selain itu juga karena cinta. Mengingat uraian di atas, maka
secara sederhana tujuan pendidikan anak dalam keluarga di lingkungan
pesantren adalah agar anak tersebut menjadi anak yang sholeh. Tujuan lain
yaitu: agar anak tersebut kelak tidak menjadi musuh terhadap orang tuanya
yang akan mencelakakan orang tuanya, agar tidak sewenang-wenang
dalam perkataan dan berperilaku (Tafsir, 1992 : 163).
Secara praktis anak harus mendapat pengarahan dan pendidikan
agar pada usia dewasanya menjadi anak yang baik dengan harapan agama.
23
mengasuh, membimbing, dan mendidiknya yang secara alami menjadi
tanggung jawab orang tua.
Menurut Buseri (1990 : 29), Pendidikan kodrati maksudnya adalah
tanggung jawab yang melekat pada orang dalam rangka menghantarkan
anak menjadi anak muslim yang berkepribadian muslim (baik). Tujuan
akhir pendidikan Islam adalah kedewasaan baik jasmani maupun rohani.
Sedangkan pendidikan agama bertujuan untuk membentuk kepribadian
anak sesuai dengan ajaran agama Islam (Drajat, 1987 : 107).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
agama dalam keluarga di lingkungan pesantren adalah membentuk
kepribadian anak dan membimbingnya agar menjadikan seseorang (anak)
yang taat menjalankan perintah sesuai dengan syariat Agama Islam.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Islam dalam
Keluarga muslim.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan
Islam dalam keluarga muslim, yaitu:
a. Faktor pendidik (orang tua)
Pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sangat penting karena
pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan
kepribadian anak.
b. Faktor anak didik (anak)
Merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting karena
c. Faktor tujuan pendidikan
Tujuan umum pendidikan Islam adalah bimbingan anak menjadi
seorang mulim sejati (baik), beriman teguh, beramal shalih, dan
berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.
d. Faktor alat pendidikan
Adapun yang dimaksud alat pendidikan adalah segala sesuatu yang
dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan Islam seperti
AI-Qur'an dan buku-buku Pendidikan Islam.
e. Faktor lingkungan keluarga
Yang merupakan lingkungan yang mempunyai peran yang sangat
penting terhadap berhasil dan tidaknya pendidikan Islam, karena
perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi keadaan lingkungan.
(Zuhairini, 1993 : 22)
Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan Islam dalam keluarga adalah
faktor pendidik (orang tua), anak didik (anak), sarana pendidikan, cara
25
B. Pengertian Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim.
Berbicara mengenai model pendidikan Islam dalam keluarga muslim,
maka terlebih dahulu harus dipahami maksud dari model tersebut.
Model yang berarti: gambaran atau cara, sistem atau ketertiban dalam
mengerjakan sesuatu dan merupakan suatu sistem atau yang mengatur suatu
cita. Dan kata model memiliki macam-macam pengertian diantaranya: pola,
acuan, ragam dan sebagainya.
Model Stimulus Respons yang merupakan: pola yang menunjukkan
komunikasi sebagai satu proses "aksi-reaksi" yang sangat sederhana.
Model interaksional ini merupakan sebuah anggapan manusia jauh
lebih aktif dan menggambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran
atas peran atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi (Djamarah,
2004 :42).
Istilah model banyak dipakai oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk
bidang ilmu pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, pemakaian
istilah model dimaksudkan sebagai daya upaya pendidikan dalam menciptakan
suatu sistem lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses pendidikan.
Maksudnya agar tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dapat tercapai
secara berdaya guna dan berhasil guna (Ahmad, 1997 : 11).
Kemudian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pendidikan Islam dalam keluarga adalah suatu siasat atau taktik yang dipakai
oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya dan dipakai untuk menata
C. Macam-Macam Model Pendidikan Islam dalam Keluarga muslim.
Berbicara tentang macam-macam model pendidikan Islam dapat
dilihat dari sudut pandang sebagai berikut:
1. Dialog Qur'ani
Menurut An-Nahlawi (1996 : 284), Dialog (hiwar) dapat diartikan
sebagai percakapan pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih
yang dilakukan melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah
kepada suatu tujuan, pembicaraan. Dengan demikian, dialog merupakan
lembaran yang menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain.
Sebuah dialog akan melahirkan paling tidak dua kemungkinan: kedua
belah pihak terpuaskan, yaitu si penyimak dan si terdidik, lewat dialog
seorang terdidik yang betul-betul memperhatikan materi dialog akan
memperoleh nilai lebih baik berupa penambahan wawasan atau penegasan
identitas diri.
Adapun tujuan dialog Qur’ani adalah melahirkan anak didik yang
memiliki pengalaman behavioristik yaitu pengalaman yang menggiring
orang yang diseru untuk membenci keburukan dan mencintai kebaikan.
Dialog yang bersifat peringatan itu memiliki banyak tujuan diantaranya
adalah:
a. Mengungkapkan kemantepan wahyu dan risalah, mengingatkan
anak didik dari masalah yang sangat besar seperti teijadinya
27
b. Mengingatkan anak didik pada kaidah-kaidah umum dan
sunnah Ilahiah.
Kejelasan tentang aspek dialog di atas ditujukan agar pendidik
dapat memetik manfaat dari setiap bentuk dialog tersebut dan dapat
mengembangkan afeksi, penalaran, perilaku kebutuhan anak didik. Selain
itu, seorang pendidik dapat memanfaatkan dialog untuk melengkapi
metode pengajaran ilmu-ilmu lainnya.
2. Dialog Khitabi atau Ta 'abbudi
AI-Qufan di turunkan untuk menjadi petunjuk dalam sebagai kabar
gembira bagi orang bertakwa di dalamnya pada puluhan tempat, Allah
menyeru kepada hamba-hamba-Nya yang beriman melalui seruan ya
ayyuhalladzina amanu.
Seseorang mukmin yang membaca surat tersebut, niscaya akan
menjawab: ya Tuhan, aku memenuhi seruanmu. Hubungan antara seruan
Allah dan tanggapan seorang mukmin itulah yang melahirkan sebuah
dialog, kondisi tersebut berlangsung sebaliknya jika seseorang mukmin
berdialog dengan Tuhannya melalui doa, Allah Yang Maha Kuasa akan
menjawabnya sesuai dengan konteks doa hambanya.
> <
. > °
s ' , s ' t s ' a & s ' ^ S ' - 3 .
Hadits di atas menunjukkan pada dialog khitabi atau Ta’abbudi
yang di dalamnya mencakup jawaban Allah atas hambanya dan jawaban
hamba atas seruan Tuhannya. Kebenaran dalam Al-Qur'an yang membina
jiwa anak didik melalui dialog khitabi atau Ta’abbudi harus disadari
setiap pendidik, sehingga mampu mendeteksi sejauh mana pengaruh
dialog tersebut dalam jiwa anak didik.
Hal-hal yang dapat dijadikan indikasi dalam melihat tersebut
adalah:
a. Senantiasa merentangkan pertanyaan yang dilontarkan Al-Qur'an dan
menjawabnya sesuai dengan bisikan nurani.
b. Berpengaruhnya makna-makna yang tersirat dalam Al-Qur'an terhadap
emosional dan kehidupan pribadi Nabi SAW.
c. Mengalahkan perilaku dan perbuatan selaras dengan tuntutan al-
Qur'an. Sikap seperti itu merupakan hasil alami dari emosional dan
kepuasan penalaran yang ditimbulkan oleh metode dialog. Tentu saja
seseorang si terdidik akan menanggapi segala pertanyaan, deskripsi,
janji, ancaman atau azab Allah melalui perilaku sehari-hari.
Allah menurunkan sebagai bentuk seruan dialog khitabi atau
Ta’abbudi kepada manusia. Demikian juga halnya dengan bentuk
pertanyaan umum yang ditujukan bagi kaum mukminin dan seluruh
makhluknya, kadang-kadang dialog khitabi atau Ta’abbudi pun ditujukan
Rasulullah SAW, yang kemudian beliau serukan kembali kepada seluruh
29
Bentuk-bentuk dialog khitabi, diantaranya yaitu:
a. Dialog afektif yang bertumpu pada pengutamaan afeksi kemanusiaan
atau afeksi pengalaman yang membiasakan dampak afektif untuk
berperilaku baik dan beramal shaleh, seperti rasa takut, harapan,
kesenangan dan khawatir, hal tersebut dirinci sebagai berikut:
1) . Khusyuk kepada Allah dan merasakan keagungannya.
2) . Merasa sangat menyesal ketika Allah mencela dan kembali
mengulang perintahnya.
3) . Takut terhadap azab Allah pada hari (pembalasan) dan
kekhawatiran dalam menghadapinya.
4) . Mengutamakan rasa syukur kepada Allah dan merasakan kebaikan
dan karunianya.
b. Dialog yang bersifat mengingatkan dan menjelaskan.
Dialog ini ditandai dengan datangnya pertanyaan dari Allah
dan disertai jawabannya. Penerapan dialog ini bertujuan untuk
mengarahkan pola pikir pada suatu pokok permasalahan sehingga
permasalahannya menjadi jelas.
Allah berfirman:
Demikian metode ini sangat menakjubkan dan mirip dengan
metode tanya jawab yang digunakan dalam sistem pendidikan modem
namun bagaimanapun metode dialog Qur'ani tetap lebih unggul,
c. Dialog yang bersifat peringatan akan nikmat-nikmat Allah
Melalui pengambilan pelajaran dari kelompok orang yang
dihukum karena dosa dan penyimpangan yang mereka lakukan, seperti
peringatan terhadap Bani Israil.
■« z ' z ' ^ | z ' | ✓
“Hr! Cj * (J-!
t- ' ' "
JU JLJm 4h l C» JL*J
"Tanyakanlah kepada Bani Israil: "Berapa banyak tanda-tanda (kebenaran) tyang nyata, yang telah kami berikan kepada mereka". Dan barang siapa yang menukar nikmat Allah, setelah datang ni’mat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya" (QS. Al Baqarah [2]: 211).
Dampak psikologis dialog di atas sanggup membangkitkan
pengakuan atas diri dan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah, pada
gilirannya bentuk-bentuk di ataspun akan mampu membina rasa
ketundukan dan kepatuhan kepada perintah-perintah Allah. Dengan
demikian kesiapan itu merupakan perasaan yang dibiasakan. Perasaan
itu pun harus menjadi kekuatan yang mendorong pemiliknya untuk
melakukan pengamalan, pengorbanan, dan perbuatan yang lurus
(baik).
Bentuk-bentuk metode pendidikan Islam dalam keluarga,
31
a. Mendidik dengan keteladanan
Kurikulum yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang
jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematisasi bakat,
psikologi, emosi, mental dan potensi manusia. Namun, tidak dapat
dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum seperti itu masih
tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang dicontohkan oleh
seorang pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan yang dia
perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap beijuang pada landasan,
metode dan tujuan kurikulum pendidikan. Untuk kebutuhan itulah
Allah mengurus Muhammad SAW sebagai hamba dan Rasul-Nya
menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan
Islam (An Nahlawi, 1996 : 269).
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rauslullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmad) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al Ahzab [33] : 21)
Pada dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok
teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan
kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang
menjelaskan cara mengamalan syariat Allah.
Dalam psikologi, kepentingan penggunaan keteladanan sebagai
beridentifikasi dalam diri setiap manusia yang merupakan suatu
dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan tokoh identifikasi
(An-Nahlawi, 1979 : 231).
Sedangkan menurut Aly (1987 : 180), identifikasi sebagai
berikut: identifikasi ialah nama yang kami pilih untuk menunjukkan
proses apapaun berlangsung ketika anak mengadopsi cara berperan,
yaitu berlaku seakan-akan ia sedang melakukan peranan orang lain.
Identifikasi menurut pengertian di atas mencakup segala bentuk
peniruan peranan yang dilakukan seseorang terhadap tokoh
identifikasinya dengan perkataan, identifikasi merupakan mekanisme
penyesuaian diri yang teijadi melalui kondisi interaksional dalam
hubungan sosial antara individu dan tokoh identifikasinya (Rachmad,
1986 : 12).
Tokoh identifikasi dapat ditemukan di dalam kelompok atau
institut sosial. Diantara yang berperan penting ialah keluarga,
kelompok sebaya, sekolah dan kelompok keagamaan. Di lingkungan
keluarga, tokoh-tokoh yang hendak dinamai anak biasanya adalah ayah
atau ibu. Dalam proses identifikasi ini, anak tidak saja ingin menjadi
identik secara lahiriah, tetapi terutama justru secara batiniah. Anak
mengambil alih (biasanya dan tidak disadari oleh anak itu sendiri)
sikap-sikap, norma, nilai dari tokoh identifikasinya.
Pada anak-anak identifikasi mempunyai arti sangat penting
33
terpecah belah, atau anak yang yatim piatu, tidak mempunyai tokoh
identifikasi tertentu, konisi yang demikian bisa menyebabkan
perkembangan kepribadiannya kurang sempurna.
J » jv » J I 1 JL A1
UlajT j j P ^ l i p C— 1
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". (QS. Al Faatihah [1]: 5-7)
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang
pendidik hendaknya memerintah dalam berbagai hal sebagai berikut:
Mengarahkan identifikasi tersebut kepada tujuan pendidikan Islam,
mempersiapkan atau menciptakan tokoh identifikasi dan tujuan
pendidikan Islam, baik tokoh sejarah maupun tokoh cerita baik
gambar, hiasan atau penulisan,
b. Mendidik melalui pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan yang
dimaksud dengan pembiasaan {habit) ialah cara-cara bertindak yang
konsisten, dan hampir-hampir otomatis, hampir-hampir tidak disadari
oleh pelakunya. Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan
yang sangat penting, terutama bagi anak-anak, mereka belum
menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila, apalagi
pada anak yang baru lahir, dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan
Tindakan praktis mempunyai pendidikan penting dalam Islam.
Islam bukan materi-materi dan jampi-jampi, segala penjelasan
ajarannya menurut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, instink,
bahkan hidupnya untuk merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara
praktis (An-Nahlawi, 1979 : 239)
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu, tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. An-Nuur [24]: 58 - 59)
Pembentukan kebiasaan, kebiasaan terbentuk melalui
pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai
dengan kepuasan. Anak yang sering mendengar orang tuanya
35
itu kemudian mendorong tumbuhnya jiwa keagamaan pada anak
tersebut (Daradjat, 1976 : 87)
Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan
kesadaran atau pengertian telur menelur akan maksud dari tingkah laku
yang dibicarakan. Sebab pembiasaan digunakan guru untuk memaksa
peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis seperti robot,
melainkan agar ia dapat melaksanakan segala dengan mudah tanpa
merasa berat hati. Sabda Rasulullah SAW:
y
"Sesungguhnya amal-amal yang terhitung sah hanyalah dengan niatnya, dan sesungguhnya apa yang telah diniatkan itulah hasil yang akan diperoleh".
Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban dari manusia
atas segala amal perbuatannya sesuai dengan kadar keterkaitan
perbuatan itu dengan niat, dengan niat, dengan atas dasar itulah
pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanitik, hendaknya
diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (hendak
dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila
pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-
penjelasan dengan nasihat-nasihat sehingga makin lama timbul
c. Mendidik melalui nasihat
Allah berfirman:
^
uj ibjj Lgiil J l
IjSji
o1
Oj
otr ST oj % J^Lu 6u i i oj
o'
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat" (QS. An Nisa’ [4]: 58).
Nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan
dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta
menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan
manfaat (An-Nahlawi, 1979 : 253).
Memberi nasihat merupakan salah satu metode yang penting
dalam pendidikan Islam. Dengar metode ini pendidikan Islam dapat
menanamkan pengaruh yang baik kedalam jiwa apabila digunakan
dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang
tepat. Bahkan dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan
yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan
kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.
Dalam Al-Qur'an ditemukan banyak ayat yang bertalian dengan
37
tetapi nilai pelajaran yang terkandung didalamnya berlaku bagi semua
manusia. Nasihat dapat pula diberikan dengan membuat perumpmaan.
Al-Qur'an telah menyajikan banyak perumpamaan yang dapat
digunakan sebagai model dalam menyampaikan nasihat.
"Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?" (QS. AnNahl [16]: 76).
Dalam firman tersebut Allah memgungkapkan orang mukmin
dengan orang yang mampu beijalan di atas jalan yang lurus, dan
mengungkapkan orang kafir dengan orang yang tidak mampu
mengeijakan apapun, malah menjadi beban bagi orang lain,
d. Mendidik melalui motivasi dan intimidasi
Metode motivai dan intimidasi telah digunakan masyarakat
secara luas: orang tua terhadap anak, pendidikan terhadap murid,
bahkan masyarakat luar dalam interaksi antar sesamanya. Al-Qur'an
ketika menggambarkan surga dan segala kenikmatan dan neraka dan
"Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (QS. Al Zalzalah, [99] : 6-8)
Motivasi dan intimidasi digunakan sesuai dengan perbedaan
tabiat dengan kadar kepatuhan, manusia terhadap prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah Islam, sebab pengaruh yang dihasilkan tiap-tiap metode
itu tidaklah sama. Metode motivasi lebih baik ketimbang metode
intimidasi, yang pertama bersifat positif dengan pengaruhnya, relatif
lebih lama karena bersandar pada pembangkit dorong instrinsik
manusia. Sementara itu, metode yang kedua bersifat negatif dan
pengaruhnya relatif tempora (sementara) karena bersandar pada rasa
takut.
Ajaran agama Islam memberikan prioritas pada upaya
menggubah suasana gembira dengan ancaman dan hukuman. Dalam
pelaksanaan prinip ini hendaknya guru atau pendidik tanggap akan
adanya berbagai iklim dan kondisi yang didasari peserta didik selama
proses belajar (Jalai, 1988 : 182-184).
Pendidikan Islam lebih mengutamakan penggunaan metode
39
baru digunakan apabila metode-metode lain seperti pemberian nasihat,
petujuk dan bimbingan, tidak hasil untuk mewujudkan tujuan.
e. Mendidik melalui hukuman
Hukuman sebagai salah satu metode pendidikan mendapatkan
perhatian berat dari para filosof dan pendidik muslim, seprti Ibnu Sina,
Al Gozal, Al Arabi, Ibnu Kaldun (Athiyah, 1969 : 155- 161).
Oleh sebab mereka menyeru para pendidik untuk menggunakan
berbagai metode dalam mendidik anak agar mereka mempunyai
kebiasaan-kebiasaan baik ketika besar, sehingga ketika itu tidak
diperlukan metode hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk,
tetapi kondisi tertentu harus digunakan. Oleh karena itu, hendaknya
diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman.
f. Mendidik dengan metode persuasi
Metode persuasi ialah meyakinkan peserta didik tentang suatu
ajaran dengan kekuatan akal. Penggunaan metode persuasi didasarkan
atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Dalam
Al-Qur'an menunjukkan penghargaan Islam terhadap akal, serta
kepada manusia untuk menggunakan akal dalam membedakan antara
yang benar dan yang salah serta antara yang baik dan buruk (An-
Nahlawi, 1996 :283).
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
yang tersesat dari jalannya dan dialah yang mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk" (QS. An Nahl, [16]: 125)
Dengan metode persuasi, pendidik Islam menekankan
pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis segala
persoalan yang dimasukkan kepada peserta didik. Mereka dihindarkan
dari meniru segala pengetahuan secara baru, tanpa memahami
hakikatnya atau dengan realitas, baik individual maupun sosial.
Salah satu yang mungkin dapat digunakan pendidikan untuk
meyakinkan peserta didik dalam persoalan Agama, terutama persoalan
gaib, ialah menjelaskan kepada mereka tentang adanya bermacam-
macam pengetahuan seperti pengetahuan mistis transendental dari
generasi terdahulu.
Di samping itu, manusia itu tidak selamanya hidup dengan
dasar-dasar rasional, kadang-kadang dapat mencapai keyakinan
rasional, tetapi ia sering kali terbelenggu oleh kebiasaannya. Contoh:
banyak yang yakin bahaya rokok, tetapi ia tidak mampu mencegah
kebiasaannya. Oleh sebab itu, pendidikan Islam berusaha membimbing
manusia muslim agar mampu menguasai perasan dan menjauhkan diri
dari fanatisme buta: kemudian dasar rasional ditanamkan agar dapat
memberikan penyesuaian perasaan yang mulia, serta nilai-nilai
kebenaran, kebaikan dan keadilan.
Metode-metode yang telah dikemukakan di atas hanya
41
dalam pendidikan Islam dalam keluarga : pendidikannya tidak fanatik
terhadap suatu metode, setiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangan, kadang-kadang pendidikan cukup menggunakan satu
metode dalam mendidik anak-anak didiknya, tetapi kadang-kadnag
perlu memadukan berbagai macam metode, sebelum menggunakan
suatu metode hendaknya seseorang pendidik memperhatikan metode
apa yang tepat untuk dipakai dalam mendidik anak-anaknya, agar
tujuan yang telah dirancang dapat tercapai.
D. Fungsi Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim.
Tentang fungsi model pendidikan Islam secara umum dapat
dikemukakan sebagai pemberian jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi
pelaksana operasional dari ilmu pendidikan. Sedangkan dalam konteks lain
fungsi model pendidikan Islam merupakan sarana untuk menemukan,
menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam menyampaikan pendidikan Islam kepada anak didik perlu
diterapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam
menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal,
dan jiwa yang mengarahkannya agar menjadi orang yang sempurna (iman
kamit). Karena itu materi-materi pendidikan Islam yang disajikan oleh Al-
Qur'an senantiasa mengarah kepada pengembangan jiwa, sehingga dijumpai
> 0' ^ ^ 3
p 4ij3
{^ f|
Qljju£ .i T
^ S ^j j ^ 4J
"Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir". (QS. Al Anfaal [8] : 7)
Metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada
tujuan penciptaannya sebagai khalifah dimuka bumi dengan melaksanakan
pendekatan di mana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki
potensi dan rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan sebagai
saluran penyampaian materi pendidikan, karenanya terdapat suatu prinsip
yang umum dalam mefungsikan metode, yaitu prinsip agar pendidikan Islam
dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh
dorongan dan motivasi sehingga pendidikan Islam atau materi pendidikan
Islam itu dapat dengan mudah diberikan.
Banyaknya metode yang ditawarkan oleh para ahli sebagai dalam
buku-buku kependidikan lebih mengharapkan usaha, mempermudah atau
mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa si anak dalam