• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas Muatan Perdes dan Partisipasi Masyarakat

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa i (Halaman 183-194)

Dalam menyusun peraturan desa terdapat batasan yang harus dijadikan acuan umum dalam penyusunan paraturan perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan pasal 5 UU No. 10/2004, dalam menyusun peraturan perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, meliputi:

a. Kejelasan tujuan, bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai;

b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, bila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang;

perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis perundang-undangannya;

d. dapat dilaksanakan, bahwa dalam setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan, bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara;

f. kejelasan rumusan; bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistimatika, dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interprestasi dalam pelaksanaannya; dan

g. keterbukaan; bahwa dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan, mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan.

Satu hal penting yang tidak boleh terlewatkan adalah partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam pasal 53 UU No. 10/2004 yang menyatakan bahwa masyarakat berhak memberi masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penetapan maupun pembahasan rancangan undang-undang dan rancangan peraturan daerah. Dari ketentuan ini kita dapat melihat apakah ruang bagi partisipasi masyarakat hanya terbuka bagi penyusunan dan penetapan Undang-undang dan peraturan daerah. Bagaimana dengan penyusunan dan penetapan produk hukum yang lain, seperti Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden yang juga seringkali membebani rakyat. Selain terbukanya ruang partisipasi, bagaimana dengan jaminan terhadap nasib masukan yang diberikan kepada pengambil kebijakan dalam arti tersediakah ruang bagi hak masyarakat untuk menanyakan argumentasi penolakan suatu masukan dari masyarakat terhadap suatu rancangan peraturan perundang-undangan.

Gagasan partisipasi memungkinkan keterlibatan masyarakat desa dalam proses politik di tingkat desa, terutama dalam proses pengambilan kebijakan publik di desa. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan politik ini merupakan upaya untuk melakukan pembatasan kekuasaan, untuk melakukan kontrol sosial terhadap praktek penyelenggara pemerintahan desa. Dengan adanya partisipasi dalam kegiatan politik, maka pemerintahan desa harus mempertimbangkan kepentingan rakyat desa sebagai dasar pengambilan keputusan publik.

Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Untuk mewujudkan good

governance, maka dipandang perlu diatur peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara.

Pemberian ruang kepada masyarakat untuk berperan serta ini sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi. Prinsip ini mengharuskan Penyelenggara Negara (pemerintahan) membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai Penyelenggaraan negara.

Sumber:Slamet Luwihono, 02 October 2007 dalam http://www.percik.or.id/index.php?option=com_ content&task=view&id=21&Itemid=38

Metode

Pemaparan Rancangan Perdes RPJM Desa.  Diskusi dan Tanya Jawab.

 Konsultasi dan asistensi.

Musyawah dan pengambilan keputusan.

Langkah-Langkah

1. rancangan Perdes RPJM Desa yang telah disetujui dalam forum musrenbang desa disampaikan kepada pemerintah desa untuk dilakukan pembahasan dengan melampirkan dokumen pendukung lainnya;

2. Tim Penyusun/Sekretaris Desa mempersiapkan surat Kepala Desa kepada pimpinan BPD guna menyampaikan rancangan perdes dan keterangan pemerintah desa mengenai rancangan Perdes RPJM Desa; 3. Rancangan Perdes RPJM Desa yang yang telah disampaikan oleh

kepala desa bersama BPD, paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak diterima BPD, harus dilakukan pembahasan. Tim yang diberikan tugas untuk melakukan pembahasan rancangan perdes wajib melaporkan perkembangan dan/atau permasalahan yang dihadapi dalam pembahasan rancangan perdes di BPD kepada kepala desa untuk memperoleh arahan;

4. pembahasan rancangan perdes RPJM Desa di BPD dilakukan oleh BPD bersama kepala desa yang diatur dalam peraturan tata tertib BPD;

5. mereview konsep rancangan perdes RPJM Desa dikaitkan dengan kesepakatan publik yang pernah dicapai pada tahap-tahap sebelumnya;

6. seluruh komponen masyarakat dapat memantau dan menjaga agar pembahasan tidak menyimpang dari substansi RPJM Desa yang tertuang di dalam rancangan perdes RPJM Desa;

7. dalam situasi tertentu, tim yang dibentuk oleh pemerintah desa dapat membantu dalam menjelaskan dan mengklarifikasi konsep atau rumusan yang tertuang dalam rancangan perdes RPJM Desa;

9. menetapkan perdes RPJM Desa secara resmi dan menuangkannya dalam Lembaran Desa;

10. pemerintah desa mensosialisasikan perdes RPJM Desa kepada masyarakat.

Informasi dan Bahan Pendukung

 Rancangan Perdes RPJM Desa.

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389).

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Dalam pembahasan Rancangan Perdes RPJM Desa perlu diperhatikan berbagai aspek aturan perundang-undangan agar proses penetapan Rancangan Perdes RPJM Desa benar-benar dilakukan secara partisipatif melibatkan pemangku kepentingan terutama masyarakat agar kebijakan yang dikeluarkan dapat diterima semua pihak. Tahap Pelembagaan Dokumen RPJM Desa, merupakan proses legislasi penetapan dokumen RPJM Desa ke dalam Peraturan Desa. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi Peraturan Desa tentang RPJM Desa tersebut kepada masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan (desa, kecamatan, Unit Pelaksana Teknis Daerah [UPTD] atau kepanjangan SKPD di kecamatan). Dokumen publik wajib disebarluaskan kepada masyarakat.

Lembar 20.1: Contoh Format Perdes RPJM Desa PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ... KECAMATAN ... DESA ... Jalan. ... ______________________________________________________________________________ KEPALA DESA ... KECAMATAN ..., KABUPATEN/KOTA ... PERATURAN DESA NOMOR : ... TAHUN ... TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-DESA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA ...

Menimbang : a. bahwa dalam rangka RPJM-Desa perlu dibuat peraturan desa yang merupakan landasan hukum untuk mengatur kebijakan-kebijakan perencanaan pembangunan desa; b. bahwa untuk menetapkan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud huruf a, diperlukan adanya peraturan desa; c. bahwa untuk menjabarkan dan melengkapi peraturan tersebut diperlukan keputusan kepala desa; d. bahwa dalam menjalankan kebijakan tertentu, diperlukan rekomendasi dan petunjuk teknis. Mengingat: 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007, tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, tentang Kader Pemberdayaan masyarakat; 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa/Kelurahan; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, tentang Perencanaan Pembangunan Desa; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, tentang Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan; 6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota..., Nomor : ...

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DAN KEPALA DESA MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG ... ...

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :

(1) Pemerintahan Desa adalah pemerintahan desa ... dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)...

(2) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan perangkat desa.

(3) Peraturan desa adalah semua peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD. (4) (4). Keputusan Kepala Desa adalah semua keputusan yang bersifat mengatur dan

merupakan pelaksanaan dari peraturan desa dan kebijaksanaan Kepala Desa yang menyangkut pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

(5) Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat RPJM-Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, program, program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas ke wilayahan, disertai dengan rencana kerja.

(6) Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP-Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbang-kan kerangka pendanaan yang dimutahirmempertimbang-kan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

(7) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa yang selanjutnya disingkat LPM/LKMD adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.

(8) Kader Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat KPM adalah anggota masyarakat desa yang memiliki pengetahuan, kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif.

(9) Profil Desa adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa.

BAB II

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RPJM-DESA Pasal 2

(1) Rencana RPJM-Desa dapat diajukan oleh pemerintahan desa;

(2) Dalam menyusun rancangan RPJM-Desa, pemerintahan desa harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang di masyarakat yang diwadahi oleh LPM/LKMD;

(3) Rancangan RPJM-Desa yang berasal dari pemerintahan desa disampaikan oleh kepala desa kepada pemangku kepentingan yaitu LPM/LKMD, LK, PKK-Desa, KPM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan sebagainya;

(4) Setelah menerima rancangan RPJM-Desa, pemerintahan desa melaksanakan Musrenbang desa untuk mendengarkan penjelasan kepala desa tentang perencanaan pembangunan desa;

(5) Jika rancangan RPJM-Desa berasal dari pemerintahan desa, maka pemerintahan desa mengundang LPM/LKMD, lembaga-lembaga kemasyarakatan, Tokoh Agama, Tokoh; (6) Masyarakat, dan lain-lain untuk melakukan Musrenbang-Desa membahas RPJM Desa; (7) Setelah dilakukan Musrenbang-Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan (5), maka

pemerintahan desa menyelenggarakan rapat paripurna yang dihadiri oleh BPD dan pemerintah desa serta LPM/LKMD dan lembaga kemasyarakatan dalam acara penetapan persetujuan BPD atas rancangan RPJM-Desa menjadi RPJM-Desa yang dituangkan dalam Peraturan Desa; dan

(8) Setelah mendapat persetujuan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka kepala desa menetapkan RPJM-Desa, serta memerintahkan sekretaris desa atau kepala urusan yang ditunjuk untuk mengundangkannya dalam lembaran desa.

BAB III

MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENETAPAN RPJM-DESA

Pasal 3

(1) Pemerintahan Desa wajib mengembangkan nilai-nilai demokrasi, para anggotanya untuk mengambil keputusan yang dikoordinir oleh LPM/LKMD atau sebutan lain dalam forum Musrenbang-Desa;

(2) Mekanisme pengambilan keputusan dalam forum Musrenbang-Desa dalam perencanaan pembangunan desa berdasarkan musyawarah dan mufakat.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 4

Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan RPJM-Desa ini akan diatur oleh keputusan kepala desa.

Pasal 5

Peraturan Desa tentang RPJM-Desa ini mulai berlaku pada saat diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Desa ini dengan menempatkannya dalam lembaran desa.

Ditetapkan di Desa ... pada tanggal ... KEPALA DESA ... Diundangkan di Desa Pada tanggal ... Sekretaris Desa (………..)

bagian

[Tiga]

Pelembagaan

PJM Desa yang telah disahkan harus disosialisasikan kepada masyarakat agar mereka memahami substansi perencanaan dan berkomitmen untuk melaksanakannya. RPJM Desa merupakan cetak biru (blue print) yang tidak akan bermakna, jika tidak dijadikan acuan bagi pemerintah desa dan komponen masyarakat lainnya untuk mewujudkannya. Proses yang cukup panjang dan melelahkan dalam menyusun RPJM Desa jangan sampai kandas hanya sebatas menghasilkan dokumen saja tetapi tidak diintegrasikan dalam kehidupan pemerintahan desa. Oleh karena itu, sosialisasi diperlukan agar seluruh pemangku kepentingan menyadari betapa pentingnya RPJM Desa sebagai kerangka acuan dalam merumuskan program dan kegiatan tahunan termasuk dalam menetapkan besaran anggaran yang diperlukan. Dalam RPJM Desa sudah jelas ditetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan termasuk target capaiannya selama 5 (lima) tahun ke depan untuk mencapai visi dan misi desa.

Sosialisasi sangat diperlukan agar masyarakat memahami apa yang telah direncanakan sejak awal akan membantu membangun perubahan kehidupan mereka ke depan yang lebih baik. Disamping itu untuk mengartikulasikan kembali beberapa arah pembangunan penting yang perlu mendapat perhatian dan dukungan masyarakat. Menghindari kesimpang-siuran informasi terkait perubahan dan perbaikan dari rancanagan awal hingga rancangan akhir yang telah disahkan sebagai dokumen resmi perencanaan melalui perdes RPJM Desa.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa i (Halaman 183-194)