• Tidak ada hasil yang ditemukan

RADIO START SRASI SWARA KABUPATEN MANDAILING NATAL

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrak dan Penyiaran 1. Pengertian Kontrak dan Penyiaran

5. Asas dan Tujuan Kontrak

Semua persetujuan yang dibuat sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya atau dikatakan perjanjian yang sah berkekuatan sebagai undang-undang, ketentuan ini disebutkan dalam pasal 1338 KUHPerdata yang bunyinya yaitu: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.57

Kesepakatan atau persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh uuntuk undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Dengan istilah “semua” maka pembetuk undang-undang menunjukkan bahwa perjanjian yang dimaksud bukanlah hanya semata-mata perjanjian bernama, tetapi juga meliputi perjanjian yang tidak bernama. Di dalam istilah “semua” itu terkandung suatu asas yang dikenal dengan asas partij autonomie. Dengan istilah “secara sah” pembentuk undang-undang

57Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1338

menunjukkan bahwa pembuatan perjanjian harus menurut hukum. Semua persetujuan perjanjian yang dibuat menurut hukum secara sah adalah mengikat.

Dimaksud secara sah disini ialah pembuatan perjanjian atau kontrak ketentuan pasal 1320 KUHPerdata harus diikuti yaitu syarat sahnya suatu perjanjian. 58

Dalam hukum kontrak atau perjanjian dalam Sistem Hukum Perdata Nasional terdapat beberapa asas yaitu sebagai berikut:

Perjanjian yang telah dibuat secara sah mempunyai kekuatan atau mengikat pihak-pihak sebagai undang-undang. Disini tersimpul ada satu asas lagi didalam ayat 1 pasal 1320 KUHPerdata yaitu asas kepastian hukum. Kadang-kadang didalam pembuatan perjanjian, undang-undang mengharuskan pihak-pihak terikat kepada ketentuan-ketentuan tentang bentuk dari perjanjian, misalnya harus dengan akta otentik. Akibat dari apa yang diuraikan pada ayat 1 pasal 1320 tadi dapat melahirkan apa yang tersebut pada ayat 2 pasal 1320 KUHPerdata yaitu perjanjian itu tidak daapat ditarik kembali secara sepihak kecuali dengan sepakat antara keduanya.

59

a. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak (Partijk autonomi, freedom of contract, contractvijheid) yang mengakibatkan sistem hukum perjanjian terbuka.

Peraturan-peraturannya bersifat melengkapi (aanvullen, regulatory).

Kebebasan berkontrak artinya bebas menentukan isi perjanjian dan dengan siapa mengadakan perjanjian.

Sepakat mereka yang mengikatkan diri adalah asas esensial dari Hukum Perjanjian. asas ini dinamakan asas partij autonomi, yang menentukan adanya (raisond’etre, het bestaanwaarde) dari suatu perjanjian.

58Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata buku III hukum perikatan dengan penjelasannya ( Bandung : PT. Alumni, 2005), hal 107

59Ibid.

Asas kebebasan berkontrak bersifat universal yang merujuk pada adanya kehendak yang bebas dari setiap orang untuk membuat kontrak atau tidak membuat kontrak, pembatasannya hanyalah untuk kepentingan umum dan didalam kontrak itu harus ada keseimbangan yang wajar.

Asas ini merupakan salah satu asas yang sangat penting didalam hukum perjanjian. kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia.

Adanya kebebasan berkontrak maka sistem hukum perjanjian terbuka. Pihak-pihak bebas untuk mengadakan perjanjian sepanjang memenuhi syarat sahnya perjanjian yang di atur dalam pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan bahwa syarat sahnya yaitu:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3) Suatu hal tertentu;

4) Suatu sebab yang halal.

Dalam perkembangannya asas kebebasan berkontrak ini semakin sempit dilihat dari beberapa segi, yaitu:

1) Dari segi kepentingan umum;

2) Dari segi perjanjian baku;

3) Dari segi perjanjian dengan pemerintah (perjanjian publik).

b. Asas konsensualisme (persesuain kehendak)

Asas ini dapat ditemukan dalam pasal 1320 KUHPerdata yang merefleksikan asas kebebasan berkontrak dan merupakan dasar-dasar dari sistem hukum perjanjian yang bersifat terbuka.

Arti “kemauan”, “kehendak” (will) disini ialah bahwa ada kemauan untuk saling mengikatkan diri. Kemauan ini di dasarkan pada kepercayaan (trust, vertrouwen) bahwa perjanjian itu dipenuhi. Asas kepercyaan ini merupakan nilai etis yang bersumber pada moral.

c. Asas kepercayaan (vertrouwensbeginsel)

Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, menumbuhkan kepercayaan (trust) diantara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya. Dengan kata lain, akan memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan tersebut, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak.

Dengan kepercayaan ini, kedua pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang.

d. Asas kekuatan mengikat (pacta sunt servanda)

Demikianlah seterusnya dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat. Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, tetapi

juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral, kepatutan, dan kebiasaan yang mengikat para pihak.

e. Asas persamaan hukum

Asas ini menempatkan para pihak didalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan, dan lain-lain.

Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.

f. Asas keseimbangan

Asas ini menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjan itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditur memunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur.

Namun, kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan iktikad baik. Dapat dilihat disini bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan iktikad baik sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang.

g. Asas kepastian hukum

Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum.

Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai undang-undang bagi para pihak.

h. Asas moral

Asas ini terlihat dalam perikatan wajar, di mana suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitur. Juga, hal ini terlihat di dalam mengurus kepentingan orang lain (zaakwaarneming), di mana seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sukarela (moral) yang bersangkutan mempunyai kewajiban (hukum) untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya.

Asas ini terdapat dalam pasal 1338 KUHPerdata. Faktor-faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu berdasarkan “kesusilaan” (moral), sebagai panggilan dari hati nuraninya.

i. Asas kepatutan

Asas ini dituangkan dalam pasal 1338 KUHPerdata. Asas kepatutan disini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Menurut hemat penulis, asas kepatutan ini harus dipertahankan karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat.

j. Asas kebiasaan

Asas ini diatur dalam pasal 1338 jo. 1347 KUHPerdata, yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas dinyatakan.

Asas hukum bersifat abstrak, yang terdiri dari nilai (value) yang merupakan akar dari hukum positif lembaga legislatif dan pengadilan wajib berupaya menentukan bahwa hukum positif berupa perundang-undangan dan putusan pengadilan wajib mampu mewujudkan asas-asas tersebut.

Harlien Budiono.60

Menurut Salim H.S dalam bukunya hukum kontrak teori dan teknik penyusunan kontrak dikenal beberapa asas yaitu:

mengemukakan adanya hubungan timbal balik antara asas-asas hukum dan aturan-aturan hukum. Dapat dikatakan bahwa asas hukum diakui keberadaan dan pengaruhnya oleh pembuat undang-undang.

61

1) Asas iktikad baik

Asas ini dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

2) Asas personalitas

Asas personalitas merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1315 dan pasal 1340 KUHPerdata.

Adapun hubungannya antara asas-asas tersebut diatas dengan skripsi ini adalah bahwa dalam suatu pembuatan kontrak kerja sama antara pemesan iklan dengan PT. Radio Start Srasi Swara harus berdasarkan ketentuan yang berlakuyaitu diantaranya para pihak bebas dalam menentukan atau membuat suatu isi dari kontrak tersebut apa saja yang akan disepakati para pihak. Pada umumnya suatu perjanjian tidak terikat pada bentuk tertentu, para pihak bebas memilih bentuk perjanjian yang mana yang akan dipilih oleh para pihak, baik itu bentuk tertulis ataupun perjanjian dalam bentuk lisan Kemudian dalam suatu pembuatan isi kontrak tersebut harus ada yang namanya persesuian kehendak yang artinya bahwa para pihak harus mempunyai kemauan yang didasari dengan kepercayaan antara para pihak, dalam pembuatan kontrak tersebutmenyesuaikan apa yang

60Harlien Budiono, Asas keseimbangan bagi hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Ditya Bakti, 2006), hal 89

61Salim H.S, Op.,Cit, hal 9

menurut kehendak para pihak perlu untuk dimasukkan dalam suatu kontrak tersebut dan harus disetujui oleh PT. Radio Start Srasi Swara dan pemesan iklan tujuannya untuk menghindari suatu sengketa yang akan ada dikemudian hari. Jika keseluruhan asas yang sudah disebutkan diatas telah terlaksana dalam kontrak kerjasama atau kontrak bisnis yang terdapat antara pemasang iklan dengan PT.

Radio Start Srasi Swara, maka akan menjamin kepastian hukum yang akan dijalankan nantinya ketika suatu waktu ada timbul suatu permasalahan ataupun terjadi sengketa antara para pihak. Jadi pada kesimpulannya suatu asas dan tujuan kontrak itu adalah harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian terlebih dahulu yang disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata.

B. EKSISTENSI PT. RADIO START SRASI SWARA KABUPATEN