• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASOSIASI ANTARA KEMATANGAN SEKSUAL DAN BESAR TUBUH ANAK ARFAK

Abstrak

Pada masa pubertas kematangan gonad pada anak perempuan dan anak laki- laki beriringan dengan perubahan kuantitas dan distribusi lemak tubuh (BF), perkembangan ciri kelamin sekunder, dan berkaitan dengan kejadian fisiologi. Menarke (kejadian menstruasi pertama kali) dan spermarke (kejadian mimpi basah pertama kali) biasanya digunakan sebagai indikator kematangan gonad. Median usia menarke anak perempuan Arfak di Manokwari, Provinsi Papua Barat adalah sebesar 12,2 tahun, sementara median usia spermarke anak laki-laki Arfak sebesar 13,6 tahun. Usia menarke yang lebih muda kemungkinan disebabkan oleh adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang tidak stabil karena resiko kematian yang tinggi oleh penyakit malaria selama masa anak-anak. Kejadian menarke dan spermarke dicapai satu tahun sesudah puncak laju tumbuh tinggi badan, dan sebelum atau bersamaan dengan laju tumbuh berat badan (BW), indeks massa tubuh (BMI), dan lemak tubuh (BF). Rata-rata BMI anak perempuan Arfak besar (21,9 kg/m2) pada saat kejadian menarke. Rata-rata BMI yang lebih besar kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan BH yang melambat pada masa prapubertas dibandingkan dengan pertumbuhan BW yang terus meningkat. Anak perempuan mengakumulasi BF untuk digunakan sebagai cadangan energi saat kejadian menarke. Pada saat perkembangan ciri kelamin sekunder, anak perempuan menggunakan lemak yang disimpan tersebut sehingga menurun dengan tajam setelah pubertas. Pada anak laki-laki, laju pertumbuhan BF berhenti diusia 11 tahun, kemudian bertumbuh secara negatif, karena anak laki-laki menggunakan massa lemak untuk kejadian spermarke. Laju pertumbuhan BF mencapai titik terendah di usia 16 tahun, kemudian meningkat secara linear menurut umur pada masa remaja hingga dewasa di usia 23 tahun.

Kata kunci: Arfak, menarke, spermarke, tinggi badan, berat badan, lemak tubuh

Abstract

Gonad maturation in pubertal girls and boys is accompanied with somatic growth spurt, changes in quantity and distribution of body fat (BF), development of secondary sex characters, and relevant physiological events. Menarche (first event of menstruation) and spermarche (first event of nocturnal sperm emission) are usually used as indicators of gonad maturation. We found that median age at menarche of Arfak girls in Manokwari, West Papua is 12.2 years, while median age at spermarche of boys is 13.6 years. A possible factor causing young age at menarche is due to adaptation to unstable environmental conditions because of high risk of mortality by malaria disease during childhood. The events of menarche and spermarche achieved one year after the peak body height (BH) velocity, and just before or at the same time with the time of maximum growth rate of body weight (BW), body mass index (BMI), and body fat (BF). The

average BMI of Arfak girls was big at 21.9 kg/m2 at the time of their menarche. Bigger average BMI might be caused by prepubertal slowing down of BH growth compare to growth of BW which is still increasing. Girls accumulate BF before puberty to be used as an energy reserve for the occurrence of menarche. At the time of development of secondary sexual characters, girls use the fat reserve so it decline sharply after puberty. In boys, growth rate of BF was stopped at 11 years old, and then growing negatively, presumably because boys use fat mass for the occurence of spemarche. BF growth rate reached the lowest point at the age 16 years old, and then increase linearly with age through adolescence until adulthood at age 23 years old.

Key words: Arfak, menarche, spermarche, body height, body weight, body fat

Pendahuluan

Pada masa pubertas, maturasi gonad pada anak-anak beriringan dengan lonjakan pertumbuhan somatik, perubahan dalam kuantitas dan distribusi lemak tubuh, perkembangan ciri kelamin sekunder, dan kejadian fisiologi lainnya (Marshall & Tanner 1969; Marshall & Tanner 1970; Marshall 1978; Biswas & Kapoor 2004; Hoffman et al. 2005). Oleh karena itu, pertumbuhan yang optimal sangat penting untuk menginisiasi proses spermarke dan menarke. Kedua hal ini, yaitu pertumbuhan dan maturasi seksual, berperan dalam menilai status sosial ekonomi dan kondisi kesehatan suatu populasi (Bagga & Kulkarni 2000; Keiser- Schrama & Mul 2001; Mitra et al. 2002; Reddy & Radhika 2003; Himes et al. 2004; Kamal et al. 2004; Khanna & Kapoor 2004; Prabhjot et al. 2005; Ofuya 2007).

Lonjakan pertumbuhan tinggi badan biasanya diukur berdasarkan usia dan laju pertumbuhan tinggi badan saat mulai meningkat dan mencapai puncak (Abbassi 1998; Malina et al. 2004). Tinggi badan sering kali menggambarkan kematangan skeleton (Loesch et al. 1995), sementara berat badan biasanya berkaitan dengan penambahan dan perubahan dimensi tubuh, yaitu perubahan massa lemak, otot, dan tulang (Malina et al. 2004). Pengukuran berat badan umumnya menjadi indikator akumulasi lemak tubuh (Bagga & Kulkarni 2000). Di lain pihak, menarke, yaitu kejadian menstruasi pertama pada anak perempuan dan spermarke, yaitu kejadian mimpi basah pertama pada anak laki-laki, biasanya

menjadi indikator maturasi seksual, yaitu pematangan gonad (Ammari et al. 2004; Malina et al. 2004; Dakshayani et al. 2007).

Terdapat beberapa hipotesis yang menjelaskan asosiasi pertumbuhan fisik dengan usia menarke. Hipotesis pertama yang cukup lama berkembang adalah hipotesis tinggi badan. Hipotesis ini diperkenalkan oleh Simmons dan Greulich pada tahun 1943. Studi Chang et al. (2000) dan Puspita (2004) mendukung hipotesis bahwa laju tinggi badan maksimal dicapai satu tahun setelah menarke, kemudian melambat setelahnya, dan berhenti satu tahun setelah menarke karena tertutupnya epifisis tulang panjang. Ini berarti, perkembangan skeletal dan usia menarke memiliki keterkaitan yang erat. Karena itu pertumbuhan skeletal sering kali digunakan sebagai prediktor yang akurat untuk usia menarke. Hipotesis kedua adalah hipotesis berat badan oleh Frisch dan Revelle pada tahun 1970. Studi Frisch dan Revelle (1971) dan Anderson et al. (2003) menunjukkan bahwa berat badan memiliki asosiasi yang lebih erat dengan menarke daripada tinggi badan. Kejadian menarke berkaitan dengan pencapaian berat badan kritis yang optimal. Implikasi dari hipotesis ini adalah kekurangan gizi memperlambat usia menarke (Frisch 1972; Kulin et al. 1982; Leenstra et al. 2005), sementara peningkatan berat badan mempercepat menarke (Anderson et al. 2003). Selain itu, hipotesis lain menjelaskan distribusi lemak tubuh lebih berkaitan dengan menarke (Lassek & Gaulin 2007). Studi tersebut menjelaskan bahwa lemak tubuh bagian gluteofemoral memiliki kadar leptin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya pada masa pubertas, namun kadar leptin pada anak laki-laki cenderung menurun selama masa pubertas. Oleh karena itu, kadar leptin tersebut lebih berperan dalam kejadian menarke dari pada spermarke.

Penelitian tentang asosiasi usia spermarke dengan pertumbuhan fisik masih jarang dilakukan. Sejumlah studi di Cina, Denmark, Perancis, Hungaria, dan Copenhagen melaporkan tentang kurva pertumbuhan besar tubuh, usia spermarke, dan urinary excretion of spermatozoa. Namun, studi tersebut tidak menunjukkan hubungan antara usia spermarke dan pertumbuhan besar tubuh (Schaefer et al. 1990; Pedersen et al. 1993; Yan et al. 1999; Rochebrochard 2000; Ji 2001; Bodzsar & Zsakai 2007; Janssen 2007; Zhu et al. 2009). Di lain pihak, di Sragen (Jawa Tengah) dilaporkan usia puncak laju pertumbuhan BH dicapai bersamaan

dengan spermarke, sedangkan puncak laju tumbuh berat badan dicapai sebelumnya (Suratno 2009). Oleh karena itu, BW dapat digunakan sebagai indikator awal usia spermarke.

Daerah Papua (mulanya disebut Netherlands New Guinea, kemudian berganti nama menjadi Irian Jaya) meliputi setengah daerah New Guinea bagian barat (Miedema & Reensik 2004). Papua terkenal akan keragamam suku dan kultur budayanya. Sekitar 269 bahasa ditemukan di daerah Papua (Mansoben 2007). Karena itu, diperkirakan Papua memiliki sekitar 269 kelompok suku yang berbeda. Suku-suku di Papua digolongkan ke dalam ras Australoid. Suku Arfak termasuk salah satu suku di Papua yang menghuni daerah Manokwari, Provinsi Papua Barat. Suku ini terbagi menjadi empat subsuku, yaitu Hattam, Meyah, Sougb, dan Moile. Kehidupan orang Arfak adalah semi nomaden dengan tempat tinggal semi permanen, dan sering melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Mata pencahariannya adalah berburu, meramu, dan bercocok tanam subsisten dengan sistem ladang berpindah. Suku Arfak memiliki sistem kepemimpinan kepala suku, alat transaksi adat dalam perkawinan, yaitu mas kawin, memiliki sistem denda dalam masalah pertikaian dan sistem pewarisan (Laksono et al. 2001; Hastanti & Yeni 2009). Penelitian usia menarke dan spermarke belum pernah dilakukan pada Suku Arfak, termasuk asosiasinya dengan maturasi somatik. Padahal, setiap suku dan bangsa memiliki variasi dalam proses dan laju pertumbuhan fisik dan perkembangan seksual.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan usia menarke dan usia spemarke anak Arfak, dan mempelajari asosiasi antara kematangan gonad dan kematangan somatik pada anak Arfak

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai bulan April 2011 di daerah Manokwari, Provinsi Papua Barat, yaitu dengan mengunjungi beberapa lokasi permukiman Suku Arfak, sekolah-sekolah tingkat

SD, SMP, SMU, dan asrama mahasiswa Suku Arfak. Analisis data dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Subjek

Penelitian ini dilakukan pada anak dan remaja Suku Arfak dengan kirasan usia anak laki-laki antara 6-23 tahun dan anak perempuan antara 6-19 tahun. Total subjek sebanyak 231 anak perempuan dan 283 anak laki-laki.

Sebelum pengambilan data, pernyataan persetujuan (informed consent) dari setiap subjek dilakukan dengan memberi penjelasan tentang tujuan, manfaat dan gambaran secara umum dari penelitian ini. Bila mereka bersedia secara sukarela maka mereka dijadikan sampel, kemudian diwawancarai berdasarkan pertanyaan kuesioner. Pengambilan data kuesioner mengenai identitas subjek dan orang tua, data demografi penduduk, dan data yang berkaitan dengan perkembangan seksual dilakukan melalui wawancara dengan berpedoman pada daftar pertanyaan kuesioner (Lampiran 6).

Metode

Metode yang digunakan dalam pengukuran pertumbuhan antropometri dan pengamatan perkembangan seksual adalah metode cross-sectional terhadap umur. Artinya, pengukuran mewakili antropometri dan status reproduksi kelas umur tertentu dalam populasi. Umur (dalam tahun) ditentukan dengan menghitung perbedaan antara tanggal pengukuran dengan tanggal lahir, kemudian perbedaan tersebut dibagi 365,25 hari.

Prosedur pengukuran tubuh mengacu kepada NHANES III (1988). Bagian tubuh yang diukur meliputi berat badan (BW) dalam satuan kilogram (kg) dan tinggi badan (BH) dalam satuan sentimeter (cm). Sebagai indikator massa lemak tubuh, digunakan formula stándar WHO (1995), yaitu Indeks Massa Tubuh = berat badan/(tinggi badan)2 (BMI, kg/m2). Persen lemak tubuh (BF) dan kategorinya diukur menggunakan alat pengukur Bio Impedance Analysis (BIA). Pada análisis awal, data pencilan yang berada di luar kisaran persentil 2,3%- 97,7% sudah dikeluarkan, dan tidak disertakan dalam análisis untuk mendapatkan pola pertumbuhan.

Usia menarke dan spermarke ditentukan berdasarkan metode status quo (Malina et al. 2004). Dua informasi yang diperlukan dalam metode ini, yaitu (1) umur yang pasti dari setiap anak perempuan dan anak laki-laki, dan (2) apakah mereka sudah atau belum mengalami menarke dan spermarke.

Analisis Data

Usia rata-rata saat menarke dan spermarke dihitung menggunakan analisis Probit GLM (Generalized Linear Model) (Venables & Ripley 1999). Garis horizontal yang ditarik dari probabilitas 50% memotong kurva probit di suatu titik. Umur titik ini adalah perkiraan median usia menarke dan spermarke.

Kurva pertumbuhan BW, BH, BMI, dan BF ditampilkan dalam 11 persentil (2,3%, 3%, 5%, 10%, 25%, 50%, 75%, 85%, 95% dan 97%, 97,7%) menggunakan Generalized Additive Models for Location, Scale and Shape (GAMLSS) (Rigby & Stasinopolous 2005). Kurva ini mengacu pada kurva baku dengan persentil 3% hingga 97% yang direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan secara internasional dalam menilai status pertumbuhan fisik dan status gizi seorang anak (Kuczmarski et al. 2002). Pada studi pendahuluan, pencilan, yaitu individu-individu yang berada di luar persentil 2,3 % dan 97,7%, dieliminasi untuk mendapatkan norma pola pertumbuhan. Perhitungan laju pertumbuhan BH, BW, BMI, dan BF diperoleh dari persentil 50% kurva pertumbuhan. Dengan menggunakan kurva tersebut, laju pertumbuhan diukur sebagai peningkatan besar tubuh dalam satu tahun.

Status nutrisi berdasarkan BMI dan BF ditentukan berdasarkan klasifikasi Kuczmarski et al. (2002) dan McCarty et al. (2006). Seorang anak dikategorikan kekurangan berat badan bila BMI kurang dari persentil 5%, risiko kekurangan berat badan bila BMI berada dalam kisaran persentil 5% hingga 15%, normal bila kisaran BMI 16%-84% persentil, overweight bila kisaran BMI 85%-94% persentil, dan obesitas bila BMI lebih besar dari 95% persentil (Kuczmarski et al. 2002). Berdasarkan BF, McCarty et al. (2006) menentukan 2% persentil sebagai batas atas kekurangan lemak, dan 85% dan 95% persentil untuk batas atas kelebihan lemak dan obesitas. Keseluruhan prosedur statistik dilakukan menggunakan program R versi 2.10.0 (R Development Core Team 2007).

Hasil

Anak perempuan Arfak mengalami menarke di usia 12,15 tahun, sementara anak laki-laki mengalami spermarke di usia 13,60 tahun (Gambar 18). Hubungan antara usia menarke atau spermarke dengan BH, BW, BMI, dan BF pada anak laki-laki Arfak usia 6-23 tahun dan perempuan Arfak usia 6-19 tahun disajikan pada Gambar 19-22.

Gambar 18. Rata-rata usia menarke anak perempuan Arfak (kiri). Rata-rata usia spermarke anak laki-laki Arfak (kanan)

Laju tumbuh BH anak perempuan relatif menurun di usia 6 hingga 8 tahun, kemudian mulai meningkat di usia 9 tahun hingga mencapai laju tertinggi di usia sekitar 11 tahun, kemudian menurun hingga mencapai laju yang sama saat mulai meningkat di usia 14 tahun. Anak perempuan di usia 17 tahun telah terhenti pertumbuhan tinggi badannya dan ada kecenderungan terjadi pertumbuhan negatif di usia 18-19 tahun. Laju BH anak laki-laki cenderung stabil di usia 7 hingga 9 tahun, mulai meningkat di usia 10 tahun, kemudian mencapai puncaknya di usia sekitar 13 tahun, selanjutnya menurun hingga mencapai laju yang sama saat mulai meningkat di usia 14 tahun, dan cenderung berhenti bertumbuh di usia 22-23 tahun. Selain itu, kurva tersebut memperlihatkan anak perempuan dan laki-laki mencapai usia pubertas setelah satu tahun puncak laju tumbuh tinggi badan tercapai. Age at menarche Age (year) P ro b a b il it y 9 10 11 12 13 14 15 16 0% 50% 100% 12.2 Age at spermarche Age (year) P ro b a b il it y 9 10 11 12 13 14 15 16 17 0% 50% 100% 13.6

Gambar 19. Laju pertumbuhan BH anak perempuan dan usia menarke (kiri). Laju pertumbuhan BH anak laki-laki dan usia spermarke (kanan)

Gambar 20. Laju pertumbuhan BW anak perempuan dan usia menarke (kiri). Laju pertumbuhan BW anak laki-laki dan usia spermarke (kanan)

Laju tumbuh BW anak perempuan relatif menurun di usia 6-8 tahun, kemudian mulai meningkat di usia 9 tahun, dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya di usia sekitar 12 tahun. Pada usia selanjutnya, laju BW cenderung menurun hingga mencapai laju yang sama saat mulai meningkat di usia 15 tahun, namun belum berhenti pertumbuhannya di usia 19 tahun. Laju pertumbuhan BW anak laki-laki mulai meningkat di usia 9 tahun, dan mencapai puncaknya di usia

Age (year) B o d y h e ig h t ve lo ci ty (cm /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 -1 0 1 2 3 4 5 6 Girl Age at menarche Age (year) B o d y h e ig h t ve lo ci ty (cm /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 -1 0 1 2 3 4 5 6 Boy Age at spermache Age (year) B o d y w e ig h t ve lo ci ty (kg /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 0 1 2 3 4 5 Girl Age at menarche Age (year) B o d y w e ig h t ve lo ci ty (kg /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 0 1 2 3 4 5 Boy Age at spermache

sekitar 14 tahun. Selanjutnya, laju pertumbuhan BW menurun hingga mencapai laju yang sama saat mulai meningkat di usia 18 tahun, namun belum berhenti pertumbuhannya di usia 23 tahun. Usia spermarke dan menarke anak Arfak cenderung tercapai bersamaan dengan puncak laju tumbuh BW.

Gambar 21. Laju pertumbuhan BMI anak perempuan dan usia menarke (kiri). Laju pertumbuhan BMI anak laki-laki dan usia spermarke (kanan)

Pada anak perempuan, laju BMI mulai meningkat di usia 9 tahun, dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya di usia sekitar 12 tahun. Pada usia selanjutnya, laju BMI terus menurun hingga mencapai laju yang sama saat mulai meningkat di usia 15 tahun. Pada anak laki-laki, usia laju tumbuh BMI saat mulai meningkat, mencapai puncak, dan menurun sama dengan usia laju tumbuh BW, yaitu berturut-turut 9 tahun, 14 tahun, dan 18 tahun. Usia spermarke anak laki-laki cenderung dicapai bersamaan dengan laju maksimal BMI, sementara usia menarke anak perempuan dicapai sebelum BMI mencapai puncak laju tumbuh. Secara keseluruhan, distribusi BMI anak Arfak sebagian besar berada di antara persentil 16 hingga 84. Ini berarti anak Arfak dikategorikan sehat.

Laju tumbuh lemak tubuh anak perempuan mencapai puncaknya di usia sekitar 12 tahun, kemudian menurun dengan tajam di usia selanjutnya. Laju pertumbuhan lemak tubuh anak laki-laki cenderung negatif dari usia 11 hingga 16 tahun, selanjutnya terus meningkat. Usia spermarke anak laki-laki dicapai

Age (year) B M I ve lo ci ty (kg /m ^ 2 /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 0 1 2 Girl Age at menarche Age (year) B M I ve lo ci ty (kg /m ^ 2 /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 0 1 2 Boy Age at spermache

sebelum puncak laju penurunan lemak tubuh dicapai, sementara usia menarke anak perempuan dicapai bersamaan dengan puncak laju peningkatan lemak tubuh.

Gambar 22. Laju pertumbuhan BF anak perempuan dan usia menarke (kiri). Laju pertumbuhan BF anak laki-laki dan usia spermarke (kanan)

Tabel 8. Klasifikasi BF anak Suku Arfak berdasarkan Bio Impendance

Klasifikasi BF Laki-laki Perempuan

n=217 Persentase (%) n=148 Persentase (%) Kurus 30 13,82 30 20,27 Kurus berlemak 5 2,30 - - Normal 73 33,64 76 51,35 Normal berlemak 95 44,24 18 12,16 Gemuk berlemak 13 5,99 24 16,22

Berdasarkan klasifikasi BF, sebagian besar anak laki-laki dan perempuan (lebih dari 60%) berada dalam kategori normal/sehat, dan sisanya berada dalam kategori kurus dan gemuk. Walaupun demikian, anak laki-laki cenderung normal berlemak (44,24%), sementara anak perempuan normal kecenderungan berlemak hanya 12,16%. Kategori gemuk berlemak lebih banyak pada anak perempuan (16,22%) dibandingkan anak laki-laki (5,99%). Sekitar 20% anak perempuan dan 16% anak laki-laki dikategorikan kurus.

Age (year) B o d y fa t ve lo ci ty (% /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Girl Age at menarche Age (year) B o d y fa t ve lo ci ty (% /yr ) 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Boy Age at spermache

Pembahasan Usia Menarke dan Usia Spermarke

Variasi usia menarke yang besar di antara populasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik (Zacharias & Wurtman 1969; Graham et al. 1999; Thomas et al. 2001; Sun et al. 2002; Malina et al. 2004; Mokha et al. 2006). Rata- rata usia menarke anak Arfak (12,2 tahun) cenderung bersamaan atau lebih muda dari pada usia menarke anak perempuan Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan/pedesaan dan data referensi NCHS/WHO (Tabel 9). Populasi di daerah perkotaan cenderung memiliki kondisi kehidupan dan nutrisi yang lebih baik dibandingkan di daerah pedesaan sehingga mereka mencapai usia menarke yang lebih muda. Di lain pihak, malnutrisi dan standar hidup yang rendah berasosiasi dengan lingkungan pedesaan menunjukkan usia menarke yang lebih lambat.

Hal yang menarik dari studi ini adalah meskipun sekitar 20,27% remaja Arfak (usia 10-19 tahun) dikategorikan kurus berdasarkan klasifikasi BF (hal ini menggambarkan kondisi kekurangan gizi), status sosial ekonomi Suku Arfak termasuk rendah karena sekitar 79% pekerjaan orang tuanya adalah petani subsisten, dan kondisi tempat tinggal mereka relatif masih tertinggal dan semipermanen, akan tetapi usia menarke anak perempuan Arfak cenderung lebih cepat atau bersamaan dengan populasi Jawa dan Sunda. Secara teori, kekurangan

Tabel 9. Variasi usia menarke

Populasi Usia

Menarke (th)

Gaya

Hidup Suku Ras Sumber

Arfak 12,2 Petani

subsisten

Arfak Australoid Studi saat ini

Baduy 15,05 Petani

Subsisten

Sunda Mongoloid Rohmatullayaly

2012

Naga village 14,5 Perdesaan Sunda Mongoloid Vidiawati 2009

Pekalongan 13,3 Perdesaan Jawa Mongoloid Ulinnuha 2008

Bogor 12,2 Perkotaan Sunda Mongoloid Suhartini 2007

Bogor 11,9 Perkotaan Sunda Mongoloid Puspita 2004

Bogor 12,0 Perkotaan Sunda Mongoloid Ayumi 2002

Jogjakarta 12,3 Perkotaan Jawa Mongoloid Hernawati 2002

Jogjakarta 12,4 Perkotaan Jawa Mongoloid Rahman 2002

NCHS/WHO 12,8 Perkotaan - Caucasoid

Negroid

gizi, faktor sosial ekonomi yang rendah, dan lingkungan tempat tinggal di daerah perdesaan (rural) cenderung memperlambat usia pubertas.

Usia menarke yang cepat pada anak perempuan Arfak ini kemungkinan merupakan adaptasi terhadap kematian yang disebabkan oleh penyakit dan malnutrisi (Walker et al. 2006; Migliano et al. 2007). Populasi Arfak cenderung hidup dengan risiko tingkat kematian yang tinggi oleh penyakit malaria (Murtihapsari & Chasanah 2010). Berdasarkan peta global endemisitas malaria (Hay et al. 2009), Papua termasuk zona prevalensi tertinggi di Indonesia. Walker et al. (2006) berpendapat, kondisi lingkungan yang tidak stabil akan mendorong perkembangan yang cepat pada masa anak dan yuwana untuk mencapai masa pubertas, yaitu menarke di usia yang lebih muda. Dalam strategi adaptif, manusia akan memperpendek siklus hidupnya dengan mengoptimalkan kemampuan reproduksi (Buunk et al. 2009). Strategi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesempatan menyumbangkan gennya ke generasi berikutnya.

Penelitian Freedman et al. (2002) dan Anderson et al. (2003) pada populasi Amerika memperlihatkan bahwa pengaruh perbedaan rasial pada usia menarke berkaitan dengan kadar leptin. Usia menarke orang kulit hitam (Ras Negroid) cenderung lebih cepat bila dibandingkan dengan ras kulit putih (Ras Kaukasoid). Kadar leptin yang lebih tinggi pada orang kulit hitam daripada orang kulit putih juga menjadi faktor yang mempercepat usia menarke, seperti dilaporkan oleh Wong et al. (1998). Konsentrasi leptin dalam serum meningkatkan perkembangan seksual anak perempuan, termasuk juga meningkatkan massa lemak tubuh (BMI dan BF) (Matkovic et al. 1997; Blum et al. 1997; Ahmed et al. 1999; Lassek & Gaulin 2007). Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar leptin pada anak Arfak sehingga kesimpulan ini masih merupakan spekulasi.

Rata-rata usia spermarke anak Arfak (13,60 tahun) lebih lambat bila dibandingkan dengan usia spermake di daerah Jawa, yaitu 12,60 tahun (Suratno 2009). Anak-anak di daerah Jawa berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi yang tinggi. Faktor sosial ekonomi yang baik itu kemungkinan mempercepat pencapaian perkembangan masa pubertas dan pertumbuhan fisik anak. Bila dibandingkan dengan usia spermarke di Shaanxi China (13,8 tahun daerah perkotaan dan 14,2 tahun di daerah perdesaan, Yan et al. 1999), Perancis

(14,2 tahun, Rochebrochard 2000), dan Denmark (14,7 tahun, Zhu et al. 2009) maka usia spermarke anak Arfak tergolong cepat. Populasi anak-anak di Shaanxi- Cina, Perancis, dan Denmark berasal dari daerah perkotaan/perdesaan, dan latar belakang sosial ekonominya bervariasi. Koleksi data di Shaanxi-Cina dilakukan pada tahun 1995, di Perancis tahun 1975-1978, dan di Denmark dari tahun 1984

Dokumen terkait