• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

D. ASPEK DAYA SAING

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi dan kabupaten/kota lainnya yang berdekatan, nasional atau internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

Gambaran umum kondisi Flores Timur pada bab II dan analisi SWOT di atas, melahirkan sejumlah permasalahan pembangunan dari aspek daya saing daerah, yaitu :

1. Rendahnya tingkat kesejahteraan Petani. Permasalahan pembangunan ini dapat dicermati dari sisi konsumsi rumah tanggah per kapita dan nilai tukar petani. Konsumsi rumah tangga per kapita tahun 2008 sebesar 186.019 meningkat menjadi 247.873 pada tahun 2009. Khusus pada konsumsi rumah tangga non pangan, tidak mengalami perubahan selama dua tahun yakni tahun 2007 dan 2008. Baru mengalami sedikit peningkatan yakni sebesar 0,39 persen pada tahun 2009 dan 0,36 persen pada tahun 2010. Sejalan dengan itu, nilai tukar petani tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun 2008 sebesar 98,99 meningkat menjadi 101,20 pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini mengindikasikan rendahnya tingkat kesejahteraan petani dalam kurun waktu tersebut di atas.

2. Rendahnya Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Flores Timur tergolong masih sangat rendah. Selama lima tahun terakhir kontribusi PAD terhadap total penerimaan Kabupaten Flores Timur berkisar antara 3%-5%. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi kapasitas fiscal daerah, Kabupaten Flores Timur memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana-dana transfer dari Pemerintah Pusat. Dengan demikian maka upaya meningkatkan PAD sejalan dengan upaya meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk membangun daya saing daerah melalui gerakan membangun ekonomi masyarakat Flores Timur dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada.

3. Belum memadainya aksesbilitas daerah. Pada aspek aksesibiltas daerah, rasio panjang jalan per jumlah kendaraan belum mengalami perubahan selama kurun waktu tahun 2007-2008. Pada tahun 2009 rasionya turun menjadi 0,04. Walaupun demikian, gambaran tentang tingkat kepadatan lalu lintas jalan belum bisa dipastikan karena jumlah kendaraan dan panjang ruas jalan yang ada tersebar di tiga pulau dengan tingkat aksesibilitas yang bervariasi. Sedangkan pada perhubungan laut, data BPS menunjukkan bahwa jumlah orang/barang melalui dermaga selalu mengalami penurunan dalam periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Tahun 2007 sebanyak 120.686

penumpang menurun menjadi 93.213 penumpang pada tahun 2008 dan 71.173 penumpang pada tahun 2009.

Selain itu ketersediaan Bank pada tahun 2007 sebanyak 11 buah kemudian meningkat menjadi 12 buah pada tahun 2008 hingga tahun 2010. Jumlah hotel pada tahun 2007 tercatat sebanyak 14 buah, berkurang menjadi 13 pada tahun 2008 dan berkurang lagi menjadi 12 pada tahun 2009 dan 2010.

Dari sisi ketersediaan listrik, rasio ketersediaan daya listrik mengalami penurunan sejak tahun 2008 yakni sebesar 0,92 menjadi 0,55 pada tahun 2009. Sejalan dengan itu persentase rumah tangga yang menggunakan listrik meningkat dari tahun 2007 sebesar 0,31 persen menjadi 0,34 persen pada tahun 2008 dan 0,35 persen pada tahun 2009.

4. Belum berkembangnya investasi di daerah. Sampai dengan desember 2010 terdapat 13 penanam modal yang terdiri dari 5 (lima) penanam modal asing (PMA) dan 8 (delapan) penanam modal dalam negeri (PMDN). Para investor tersebut mengembangkan usahanya di bidang perikanan dan perkebunan dengan total investasi sebesar Rp.82.696.540.000.- Dengan Potensi yang dimiliki Kabupaten Flores Timur, maka berkembangnya investasi akan mendorong kemajuan di sektor ekonomi sektor jasa. Dari sisi perijinan, pemerintah Kabupaten Flores Timur telah menerapkan sistem pelayanan satu pintu melalui Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP), namun perlu ditingkatkan kualitas manajemen pelayanan dari waktu ke waktu untuk menciptakan iklim yang semakin kondusif bagi tumbuh kembangnya investasi daerah.

5. Rendahnya Kualitas Tenaga Kerja Flores Timur. Hal ini dapat dicermati dari rasio lulusan S1/S2/S3 pada tahun 2007 sebesar 1,78 menurun manjadi 1,36 pada tahun 2009. Data BPS menunjukkan bahwa dari 66,92 persen angkatan kerja yang bekerja bila dirinci menurut tingkat pendidikan, maka pekerja dengan tingkat pendidikan Diploma/Universitas sebanyak 4.510 orang; SLTA Umum 6.825 orang; SLTP Sederajat 10.281 orang; SD 46.186 orang; tidak tamat SD 18.488 orang; dan tidak memiliki pendidikan formal 5.582 orang. Data tersebut menggambarkan bahwa angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Flores Timur didominasi oleh tenaga kerja tamatan SD, drop out SD dan yang tidak memiliki pendidikan formal.

Dalam rangka membangun daya saing daerah, maka permasalahan-permasalahan pembangunan dari aspek ini perlu ditanggulangi dalam pembangunan lima tahun ke depan. Daya saing daerah ini, sesungguhnya merupakan akumulasi hasil pembangunan di semua sektor. Dengan demikian maka semua isu strategis yang telah dikemukakan di atas merupakan isu-isu strategis yang harus mendapat perhatian pemerintah dalam pembangunan lima tahun ke depan.

4.2 ISU-ISU STRATEGIS

Isu-isu strategis pembangunan merupakan sejumlah tantangan nyata

pembangunan, yang eksistensinya memberikan potret tentang perbedaan antara kondisi saat ini dengan cita-cita yang ingin dicapai sesuai pernyataan visi.

Isu-isu strategis pembangunan tersebut harus diintervensi secara baik melalui strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah, dalam upaya pencapaian visi dan misi pembangunan daerah. Berdasarkan gambaran umum kondisi Flores Timur dan kritalisasi permasalahan pembangunan daerah dari empat aspek utama, sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka isu-isu strategis pembangunan Flores Timur tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut :

1. Otonomi Daerah yang semakin berdaya dari aspek kelembagaan dan kapasitas anggaran, perencanaan dan penganggaran yang pro public serta dukungan SDM aparatur yang berkualitas dan bermoral dalam melaksanakan pelayanan public;

2. Aksesibilitas dan pelayanan pendidikan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;

3. Aksesibilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat, PHBS dan Lingkungan Sehat;

4. Peran pemuda dalam pembangunan, kesetaraan gender dan perlindungan terhadap anak;

5. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah;

6. Kesiagaan penanganan bencana alam, pengendalian pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas lingkungan hidup;

7. Penanganan kemiskinan melalui gerakan pemberdayaan ekonomi masyarakat;

8. Revitalisasi pertanian dan koperasi usaha mikro kecil dan menengah; 9. Perikanan dan kelautan menjadi sektor unggulan daerah;

10. Apresiasi dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya daerah serta pengembangan Pariwisata daerah sebagai pemicu tumbuh-kembangnya sektor riil.

BAB V

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI

Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan yang belum terselesaikan, juga untuk mengantisipasi perubahan yang muncul dimasa yang akan datang.

Berbagai isu global dan nasional, perlu dipertimbangkan dalam menyelesaikan isu yang bersifat lokal dan berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi Flores Timur antara lain kemiskinan, penataan ruang dan lingkungan hidup, pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, terbatasnya kesempatan kerja, mitigasi bencana serta kesenjangan sosial. Dalam mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penguatan kepemimpinan yang didukung oleh rakyat dan aspek politis. Arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan kerja, peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang, budaya yang hidup dalam masyarakat, serta pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan maka Visi Pemerintahan Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun 2012–2016 adalah visi besar Kabupaten Flores Timur sebagaimana tertuang di dalam RPJPD Flores Timur Tahun 2005 – 2025 dan juga telah dilaksanakan di dalam RPJMD Flores Timur tahap 1 Tahun 2005-2010 yakni:

“ TERWUJUDNYA MANUSIA DAN MASYARAKAT