• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan dalam urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.22 di bawah ini:

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah

2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi suatu daerah antara lain dapat terlihat dari perkembangan produktivitas sektor-sektor pembentuk PDRB. Kemampuan ekonomi Kota Semarang di lima tahun terakhir ini yang tertinggi adalah lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor.

Tabel 2.57

Kontribusi Lapangan Usaha PDRB ADHK Kota Semarang Tahun 2012-2016

No Lapangan Usaha Harga Konstan 2010 (Milyar Rupiah)

2012 2013 2014 2015 2016* 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 919,39 958,83 990,32 1.041,93 1.085,32 2. Pertambangan dan Penggalian 173,03 179,40 181,45 183,86 188,40 3. Industri dan Pengolahan 23.700,81 25.647,85 27.501,82 28.738,97 30.908,29 4. Pengadaan Listrik, Gas 114,15 123,48 128,49 123,69 129,87 5. Pengadaan Air 99,15 99,28 102,77 104,15 104,25 6. Konstruksi 24.467,35 25.695,37 26.845,87 28.462,91 29.859,58 7. Perdagangan besar &

eceran, reparasi & perawatan mobil & sepeda motor

14.404,60 14.967,11 15.684,78 16.392,74 17.154,52

8. Transportasi &

Pergudangan 3.099,05 3.410,91 3.751,62 3.932,57 4.229,93 9. Penyediaan

Akomodasi & Makan Minum 2.866,79 3.047,91 3.281,19 3.488,72 3.741,14 10. Informasi & Komunikasi 7.826,30 8.413,22 9.422,90 10.341,28 11.301,88 11. Jasa Keuangan 3.809,63 3.978,33 4.145,96 4.468,35 4.664,31 12. Real Estate 2.640,25 2.843,51 3.050,69 3.285,25 3.513,56 13. Jasa Perusahaan 497,32 552,63 599,07 657,81 717,02 14. Adm Pemerint, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib

3.117,27 3.202,26 3.246,38 3.413,77 3.490,86 15. Jasa Pendidikan 1.946,15 2.126,23 2.339,22 2.510,83 2.801,96 16. Jasa Kesehatan &

Keg. Sosial 597,81 641,18 712,98 765,70 836,35 17. Jasa Lainnya 1.002,97 1.096,27 1.189,92 1.229,00 1.290,20

Jumlah 91.282,03 96.983,37 103.175,43 109.141,55 116.017,47

Sumber: BPS Kota Semarang, 2015 *) Angka proyeksi (data diolah)

2.1.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Ketersediaan fasillitas wilayah/infrastruktur Kota Semarang meliputi aksesibilitas wilayah, penataan wilayah, ketersediaan air bersih, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon, fasilitas perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kota Semarang dalam meningkatkan daya saing daerah.

a. Aksesibilitas Daerah

Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Ketersediaan sarana yang memadai dalam mendukung aksesibilitas daerah di Kota Semarang antara lain:

1) Sarana jalan di Kota Semarang terdiri dari Jalan Nasional, Provinsi dan Pemerintah Kota dengan panjang total sepanjang 2.690,00 km dengan rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan sebesar 6,3% serta rasio kondisi jalan baik mencapai di atas 53% dan rasio jalan rusak ringan mencapai diatas 42% (Bappeda Kota Semarang, 2016).

2) Bandar Udara Internasional Ahmad Yani yang dapat melayani penumpang domestik antar pulau juga dapat melayani penumpang internasional pada tahun 2012 jumlah kedatangan penumpang dari pintu domestik mencapai 1.366.938 penumpang meningkat dari tahun 2011 sebesar 1.212.191 penumpang sedangkan dari sektor keberangkatan mencapai 1.425.328 penumpang meningkat dibanding tahun 2011 lalu yang sejumlah 1.188.853 penumpang. Sedangkan jika dilihat dari pintu kedatangan internasional mencapai 59.335 penumpang, meningkat dibandingkan tahun 2011 lalu yaitu sebanyak 15.201 penumpang, begitu juga yang melalui pintu keberangkatan internasional meningkat dari 17.055 penumpang di tahun 2011 menjadi 56.738 penumpang di tahun 2012 (Bappeda Kota Semarang, 2016).

3) Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan pelayaran nusantara untuk melayani penumpang kapal antar Provinsi, namun demikian beberapa kapal pesiar internasional juga dapat singgah dipelabuhan ini. Selain itu pelabuhan Tanjung Emas juga untuk melayani angkutan barang yaitu dengan adanya Terminal Peti Kemas untuk melayani bongkar muat muatan baik nasional maupun internasional. Pada tahun 2012 jumlah kunjungan kapal untuk pelayaran nusantara mencapai 871 kapal, untuk pelayaran rakyat mencapai 575 kapal, untuk pelayaran khusus (non pelayaran) sejumlah 141 kapal, untuk pelayaran luar negri mencapai sebesar 716 kapal (Bappeda Kota Semarang, 2016).

4) Terminal bus untuk melayani angkutan bus didalam kota, antar kota bahkan antar Provinsi. Beberapa terminal di Kota Semarang berdasarkan tipe pelayanan yaitu: Tipe A terminal berada di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, terminal penumpang B di kelurahan Terboyo Kecamatan Genuk dan Terminal tipe B penggaron di kecamatan Pedurungan. Terminal dengan Tipe C yaitu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen, di kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati, di Kelurahan Tanjung Mas kecamatan Semarang Utara dan Meteseh Kecamatan Tembalang (Bappeda Kota Semarang, 2016).

5) Stasiun kereta api di Kota Semarang untuk melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk pelayanan angkutan kelas Eksekutif dan Bisnis pelayanan di utamakan di Stasiun Tawang, sedangkan pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi dan bisnis dipusatkan di Stasiun Poncol (Bappeda Kota Semarang, 2016).

b. Penataan Wilayah

Penataan wilayah Kota Semarang terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan lindung, meliputi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40% yang tersebar di wilayah bagian selatan. Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan

kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah. Kawasan budidaya, merupakan kawasan yang secara karakteristik wilayah dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah adalah sebagai berikut:kawasan perdagangan dan jasa, kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, kawasan pendidikan, kawasan pemerintahan dan perkantoran, kawasan industri, kawasan olahraga, kawasan wisata /rekreasi, kawasan perumahan dan permukiman, kawasan pemakaman umum, kawasan khusus dan kawasan terbuka non hijau. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan kota banyak timbul pusat-pusat kegiatan baru seperti kawasan industri, perdagangan/jasa dan tumbuhnya kawasan-kawasan permukiman di daerah pinggiran kota.

c. Ketersediaan Air Minum

Untuk pelayanan umum terhadap fasilitas air minum di Kota Semarang dapat dikatakan mengalami peningkatan lebih baik (Bappeda Kota Semarang, 2016). Jumlah pemakaian air melalui PDAM kota Semarang pada tahun 2015 tercatat 45,99 juta M3. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 3,39 %. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan Rumah Tangga sebanyak 37,50 juta M3 atau sekitar 81,52 % dari seluruh pemakaian air minum. Kalau dilihat dari jumlah pelanggan / sambungan, mengalami peningkatan sebesar 5,53 % dari tahun sebelumnya.

Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.57.

Tabel 2.57

Perkembangan Banyaknya Pelanggan, Pemakaian & Penjualan Air Minum PDAM Tahun 2011 – 2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah Pelanggan 138.775 141.563 144.626 152.014 160.427

2. Pemakaian Air ( Ribu M3 ) 39.888,90 42.059,15 43.162,54 44.488,54 45.996.714

3. Penjualan Air ( Juta Rp ) 137.414,92 147.106,34 156.163,91 163.453,65 170.330,48

Sumber : BPS Kota Semarang, 2016; Kota Semarang Dalam Angka 2016

d. Fasilitas Listrik, Telepon

Salah satu indikator dari kinerja PLN adalah dari banyaknya laporan gangguan listrik sebagai bagian dari pelayanan masyarakat. Selama tahun 2015 terdapat 1.144 laporan gangguan untuk berbagai jenis gangguan listrik. Bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2014, dimana tercatat 1.840 laporan gangguan, maka hal ini berarti mengalami penurunan sekitar 37,83 %. Sedangkan untuk fasilitas telepon seiring dengan perkembangan teknologi untuk jaringan tetap (jaringan telepon lokal, SLI, SLJJ, dan tertutup) mengalami kecenderungan menurun. Tetapi untuk jaringan bergerak yakni satelit dan telepon seluler mengalami perkembangan cukup pesat. Jangkauan komunikasi saat ini tidak menjadi suatu permasalahan, melalui layanan jaringan bergerak yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia jaringan telepon antara lain Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, dll pelanggan secara cepat dapat menggunakannya (BPS Kota Semarang, 2016).

e. Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa, dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas hotel, penginapan, restoran/rumah makan, pasar modern dan pasar tradisional. Sampai dengan tahun 2016 jumlah fasilitas perdagangan dan jasa

mengalami peningkatan, jumlah restoran/rumah makan/kedai sebanyak 345 buah. Perkembangan fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Semarang pada tahun 2016 mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah hotel dari tahun 2015 sebanyak 14 buah, Restoran/rumah makan sebanyak 43 buah. Jumlah hotel berbintang sebanyak 68 buah, hotel non bintang 75 buah. Disamping itu juga terdapat fasilitas pendidikan, tempat wisata alam dan wisata religus. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memilki daya tarik bagi investor untuk investasi dan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung di Kota Semarang.

2.1.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi

Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antara lain kondisi keamanan dan ketertiban wilayah serta kemudahan proses perijinan.

a. Keamanan dan Ketertiban

Kondisi keamanan dan ketertiban Kota Semarang relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur Pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya. Pada tahun 2016 jumlah anggota Linmas yang telah terdaftar dan memiliki KTA (Kartu Tanda Anggota) adalah sebanyak 7.812 orang, meningkat dibandingkan tahun 2015 sebanyak 7.768 orang. Sedangkan sampai dengan tahun 2016, Jumlah ormas dan lembaga nirlaba yang berada bermanfaat bagi masyarakat,bangsa dan Negara sebanyak 50 organisasi, hal ini meningkat dibandingkan tahun 2015 sebanyak 30 organisasi.

. Sedangkan untuk stabilitas bidang sosial politik juga dipengaruh oleh aktivitas kelompok masyarakat. Untuk menjalankan fungsi Linmas sebagai garda terdepan pelayanan dan pintu awal informasi bidang keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di setiap RT/RW telah berdiri Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) yang dioperasionalkan dengan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) sebanyak 5.603 unit.

b. Kemudahan Perijinan

Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu, melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang. Penyelesaian ijin usaha bagi investor dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan publik. Kondisi iklim usaha Kota Semarang pada tahun 2016 sangat kondusif sehingga berpengaruh secara langsung pada perkembangan penanaman modal (Bappeda Kota Semarang, 2016).

c. Pengenaan Pajak

Pengenaan pajak daerah di Kota Semarang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10 Tahun 2007 tentang biaya pemungutan pajak daerah yang terbagi kedalam 3 kelompok yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, serta bagi hasil pajak & bukan pajak. Penyumbang terbesar dari sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2016 berasal dari pajak, yang terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam & batuan, pajak parkir, bea perolehan hak atas tanah & bangunan, pajak sarang burung walet, pajak air tanah serta pajak bumi & bangunan pedesaan & perkotaan.

Dan pos pajak terbesar berasal dari pos bea perolehan hak atas tanah dan bangunan serta dari pos pajak bumi dan bangunan pedesan dan perkotaan (Bappeda Kota Semarang, 2016).

2.1.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia

Sejak tahun 2010 hingga 2016, persentase penduduk Kota Semarang kategori usia muda, usia produktif dan usia lansia tidak banyak berubah. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, baik di tahun 2010 maupun 2016, komposisi penduduk usia produktif di Kota Semarang memiliki persentase terbesar yaitu mencapai 71%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Kota Semarang sudah memasuki tahapan bonus demografi (demographic dividend). Bonus demografi adalah suatu keadaan kependudukan dimana ketergantungan penduduk berada pada rentang yang terendah. Secara numerik dapat dilihat dengan angka ketergantungan yang berada di bawah 50. Artinya penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sedikit penduduk usia non produktif (<15 dan >64 tahun).; dimana kualitas penduduk (baik tingkat pendidikan, skill, profesionalitas dan kreativitas) mampu menekan beban ketergantungan sampai tingkat terendah yang berguna untuk mendongkrak pembangunan ekonomi.

Bonus demografi dapat dianggap sebagai peluang (windows opportunity) jika diiringi dengan peningkatan kesempatan kerja. Terlebih dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persiapan yang matang seperti menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas perlu dilakukan sehingga kehadiran MEA di Kota Semarang akan menjadi peluang Kota Semarang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun sebaliknya, jika persiapan yang dilakukan untuk menghadapi MEA kurang matang, maka bukan tidak mungkin peluang bonus demografi dapat berubah bencana demografi. Kehadiran MEA akan menjadi tantangan terbesar baik bagi Pemerintah Kota Semarang maupun bagi warganya untuk meningkatkan kesejahteraan kota. Oleh karena itu, perlu bagi seluruh pelaku pembangunan untuk lebih memprioritaskan pembangunan manusia sebagai akhir tujuan dari seluruh pembangunan yang dilakukan di Kota Semarang.

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2016 KOTA SEMARANG TAHUN