2.1.3 Aspek Pelayanan Umum
2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar a. Urusan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota Semarang. Kinerja daerah Urusan Pendidikan sampai dengan tahun 2016 sebagai berikut :
Tabel 2.15
Kinerja Daerah Urusan Pendidikan Tahun 2011-2016
No Indikator Kinerja Daerah Realisasi Capaian
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.1 Pendidikan dasar:
a. RasioKetersediaan Sekolah
(%) 38.77 38.59 38.37 38.22 38.53 42,10 b. Rasio guru/ murid 1:20 1:17 1:18 1:16 1:18 1:18 c. Rasio guru/ murid
1:20:40 1:17:36 1:18:32 1:16:32 1:20:32 1:20:32 per kelas rata-rata
1.2 Pendidikan Menengah
a. Rasio ketersediaan
28.99 28.26 27.88 27.52 27.8 31,24 sekolah terhadap penduduk
usia sekolah (%)
b. Rasio guru terhadap murid 1:11 1:11 1:11 1:11 1:17 1:17 c. Rasio guru terhadap murid
per kelas rata-rata 1:11:39 1:11:34 1:11:32 1:11:32 1:17:30 1:17:30 d. Penduduk yang berusia > 15
tahun melek huruf (tidak
buta aksara) (%) 99.97 99.95 99.91 99.96 99.96 99.96
1.3 PAUD
89.47 90.23 93.75 95.76 44.571 45.798
Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA
1.4 Angka Putus Sekolah
a. SD/MI 43 65 47 32 32 0,01 b. SMP/MTs 68 44 61 48 48 0,04 c. SMA/SMK/MA 311 273 272 138 138 0,15 1.5 Angka Kelulusan a. Angka Kelulusan 99.99 99.99 99.99 100 100 99,98 SD/MI (%) b. Angka Kelulusan 97.2 99.36 99.59 99.89 99.89 99,95 SMP/MTs (%) c. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA (%) 99.62 99.86 98.13 99.89 99.89 99,9 d. Angka Melanjutkan dari
SD/MI ke SMP/MTs (%) 102.69 102.95 102.89 100.57 100.587 102,38 e. Angka Melanjutkan dari
SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA (%) 116.4 112.85 116.71 116.58 116.58 116,06 f. Guru yang memenuhi
83.67 86.67 88.76 93.07 93.07 88,74 Kualifikasi S1/D-IV (%)
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2016
b. Kesehatan
Pada urusan kesehatan, dari sejumlah 14 indikator, jika dibandingkan dengan target RPJMD 2016-2021, ada beberapa indikator yang menunjukkan peningkatan capaian. Berikut kinerja Pemerintah Kota Semarang pada urusan kesehatan selama periode 2011-2016.
Tabel 2.16
Kinerja Daerah Urusan Kesehatan Tahun 2011-2016 No
Indikator Kinerja Daerah Kota Semarang
Realisasi Capaian
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Rasio Puskesmas,poliklinik, pustu
per satuan penduduk x 1000 0,11 0,11 0,11 0,11 0,23 0,23 2 Rasio Rumah Sakit per 100.000
penduduk 1,47 1,47 1,47 1,47 1,47 1,53
3 Rasio dokter per satuan penduduk 1,12 1,18 1,29 1,40 1,53 1,67 4 Rasio tenaga medis per satuan
penduduk x 1000 1,90 1,93 2,01 2,08 2,12 1,97 5 Cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani (%) 100 100 100 100 100 100
6 Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan (%) 96,08 98,20 98,33 97,87 97,53 97,58 7 Cakupan kelurahan UCI (%) 100 100 100 100 100 100 8 Cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan (%) 100 100 100 100 100 100
9
Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA, DBD (%)
61 70 69,5 73 60
78
10
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (%)
100 100 100 100 100 100
11 Cakupan kunjungan bayi (%) 99,57 99,3 98,72 98,89 98,03 98,1 12 Cakupan puskesmas (%) 231,25 231.25 231,25 231,25 231,25 231,35 13 Cakupanpembantu puskesmas 19,15 19,22 19,30 19,45 19,45 19,45
Sumber: Badan Pusat Statistik& Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016 c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
Titik berat pembangunan pada urusan pekerjaan umum adalah pada peningkatan infrastruktur, serta penanganan rob dan banjir. Untuk pelaksanaan infrastruktur bidang jalan, sejak tahun 2015 ditetapkan Keputusan Walikota Semarang tentang Penetapan Status Jalan yang merupakan landasan hukum bagi penetapan jalan yang merupakan kewenangan Pemerintah Kota Semarang. Berdasarkan surat keputusan tersebut ditetapkan total panjang jalan yang merupakan kewenangan Pemerintah Kota Semarang adalah sepanjang 722, 456 kilometer, data ini berbeda dengan data panjang jalan di tahun 2014 yang masih tertulis 2.690,342 kilometer. Dari total panjang jalan tersebut terbagi atas jenis-jenis perkerasan yang berbeda dan terbanyak jalan di Kota Semarang didominasi oleh perkerasan aspal dengan proporsi mencapai 54,41 %, disusul dengan perkerasan jenis hotmix sebesar 36,27% dan perkerasan beton 6,76%. Kondisi tersebut terbagi kedalam wilayah kecamatan seperti terlihat pada profil sebagai berikut:
Gambar 2.17
Jenis Perkerasan Jalan Kota Semarang Tahun 2015
Sumber: Dinas Binamarga Kota Semarang, LKPJ Th. 2014
Dari total panjang jalan sesuai surat keputusan Walikota tentang status jalan sepanjang 722,456 kilometer, jalan yang dalam kondisi baik mencapai 379,367 kilometer (52,51%), kondisi sedang sepanjang 256,895 kilometer (52,59%) dan sisanya adalah kondisi rusak (ringan dan berat) sebesar 11,93%. Sedangkan jika dilihat secara kewilayahan, kondisi jalan rusak banyak terjadi di wilayah-wilayah dengan kondisi tanah yang cenderung labil dan intensitas yang cukup tinggi antara lain: Kecamatan Mijen (9,63 % dari total panjang jalan), Gunungpati (6,12%), dan Semarang Tengah (4,83%) dan Tugu (4,11%) untuk itu hal tersebut akan menjadi pertimbangan Pemerintah Kota Semarang dalam pengalokasikan program dan kegiatan selanjutnya.
Gambar 2.18
Kondisi Jalan Kota Semarang Tahun 2015 per Wilayah Kecamatan
Sumber: Dinas Binamarga Kota Semarang, LKPJ Th. 2015
Untuk penanganan rob dan banjir menjadi tugas yang sangat berat bagi Pemerintah Kota Semarang terutama saat datangnya musim penghujan. Potensi letak Kota Semarang yang berada di pinggir pantai menjadikan Kota Semarang sebagai daerah berpotensi mengalami banjir dan rob.
0 20 40 60 80 100 120 Makadam Asphalt Hotmix Beton Paving 0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 baik sedang rusak rusak berat
Tabel 2.17
Pengendalian Banjir dan Rob Tahun 2014-2015
No Keterangan satuan 2014 2015
1 Berkurangnya tinggi air rob &banjir pada elevasi minimal
70 msl msl %
29,50 32 2 Persentase Luas Wilayah yang mengalami rob/banjir persen 25 20
Luas wilayah yang terkena dampak rob/banjir
Luas wilayah Kota Semarang
3 Persentase Penurunan Luas wilayah yang mengalami
rob/banjir persen 25 20
Luas Wilayah yang mengalami banjir Luas Wilayah yang mengalami banjir tahun lalu
5 Menurunnya Luas Genangan banjir dan rob
- Lama Genangan Menit 650 540
- Tinggi Genangan Cm 50 30
- Lebar Genangan Cm 12000 8300
6 Meningkatnya cakupan layanan penanganan banjir dan rob
- Jumlah dan Kondisi Polder Unit 6 6
- Kapasitas Total Polder Liter 12.000.000 12.001.200 - Jumlah dan Kondisi Pompa Air Unit 116 118 - Kapasitas total pompa air liter 76.405 77.605
Sumber: Dinas PSDA & ESDM Kota Semarang, LKPJ Th. 2016
Namun begitu berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi hal tersebut. Dari data sektoral SKPD terlihat penambahan jumlah pompa dan kapasitas pompa yang meningkat, selain itu untuk meminimalisir terjadinya banjir dan rob dilakukan kegiatan-kegiatan perawatan sungai-sungai secara berkala. Usaha-usaha tersebut terbukti efektif dalam menurunkan genangan banjir dan rob. Salah satu usaha yang dapat ditempuh Kota Semarang terkait dana penataan sungai yang sangat besar, pemerintah Kota Semarang bisa memanfaatkan dana-dana yang bersumber dari dana non-APBD, seperti APBD provinsi maupun pemerintah Pusat. Hasil positif yaitu dengan menurunnya lama genangan dari semula 650 menit menjdi 540 menit, tinggi genangan dari 50 cm menjadi 30 cm serta lebar genangan dari 12.000 cm menjadi 8.300 cm di tahun 2015.
Tabel 2.18
Kondisi PJU Kota Semarang
Tahun 2012-2016
NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah titik LPJU baru yang terpasang titik 1.266 1.425 1.425 1.698 1.655 2 Jumlah seluruh LPJU yang terpasang
dan terpelihara sampai tahun berjalan
titik 66.715 68.140 68.140 69.838 71.493
3 Persentase lampu penerangan jalan umum yang dalam kondisi baik
%
Jumlah lampu penerangan jalan umum yang dalam kondisi baik Jumlah lampu penerangan jalan umum di wilayah Kota Semarang
Lampu 62.180 65.449 65.000 68.500 n/a 68.140 69.838 69.838 71.493 71.493 4 Kegiatan pemasangan LPJU di daerah
pinggiran dan permukiman
kegiatan 52 60 60 65 43
Sumber: Dinas PJPR Kota Semarang, LKPJ Th. 2016
Kondisi infrastruktur Kota Semarang dilihat dari Penerangan Jalan Umum menunjukkan peningkatan yang cukup baik seperti terlihat pada tabel diatas. Yang masih perlu diperhatikan yaitu penerangan wilayah pinggiran karena hal ini juga sedikit banyak akan mengurangi potensi kerawanan kejahatan di wilayah pinggiran.
Tujuan penataan ruang adalah terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala internasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Selama ini penataan ruang di Kota Semarang mengacu kepada dokumen tata ruang yang ada yaitu Perda Kota Semarang No. 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031.
Sedangkan untuk penataan ruang khususnya yang berkaitan dengan penataan bangunan dikendalikan dengan pengeluaran ijin mendirikan bangunan (IMB). Dari data sementara yang diperoleh, jumlah bangunan ber-IMB per seluruh jumlah bangunan seluruhnya di tahun 2016 mencapai angka 53,35% dan lebih tinggi dari angka tahun 2015 yaitu sebesar 53,25%. Meskipun terdapat peningkatan, namun pemerintah harus lebih serius dalam penataan ruang ini, selain itu yang perlu diperhatikan yaitu ketepatan/ presisi bangunan dengan IMB yang dikeluarkan, terkait perijinan tersebut yang harus dilakukan pemerintah yaitu menjadikan proses perijinan menjadi murah, mudah dan tepat. Perubahan-perubahan fungsi ruang kota yang tidak sesuai dengan Perda RTRW harus ditindaklanjuti dan dilakukan penindakan tegas sesuai peraturan berlaku.
Perkembangan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang dijabarkan berdasarkanbeberapa variabel yang ditunjukkan pada tabel 2.19 berikut ini :
Tabel 2.19
Realisasi Kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
No Uraian 2010 2011 2012 2013 Tahun 2014 2015 2016
a Pekerjaan Umum :
1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam
kondisi baik (%) 77,10 78,81 81,37 81,78 82,60 88,07 88,07 2 Rasio Jaringan Irigasi
(%) 75,00 76,00 77,00 78,00 79,00 80,00 80,5 3 Penyediaan air baku 65,5% 66% 66,5% 67% 67,5% 68% 87,5 4 Rasio tempat
pembuangan sampah (TPS) per 1000 penduduk (%)
2,21 2,26 2,31 2,35 2,40 2,45 2,5
5 Panjang jalan dalam kondisi baik (> 40
KM/Jam ) 345,5 349,2 353,5 357,8 360,2 364,7 722,456 6 Jumlah titik reklame
yang tertata dan
terpelihara dengan baik 915 1.932 1.061 1.025 1.119 435 623 7 Jumlah kegiatan
penertiban reklame 54 60 60 60 60 60 60 8 Jumlah reklame ilegal
yang dibongkar/
ditertibkan 4.732 5.091 27.228 35.891 39.400 27.031 28.867 9 Sempadan sungai yang
dipakai bangunan liar
(%) 55,00 50,00 48,70 47,10 46,00 44,20 44,1 10 Drainase dalam kondisi
baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat (%)
74,00 75,00 76,00 77,00 78,00 79,00 80,5
11 Luas irigasi dalam
kondisi baik 1781 1836 1896 1961 2031 2106 3062 12 Persentase penanganan sampah 77 79 81 83 85 87 87,5 13 Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan pddk (%) 0,221 0,226 0,231 0,235 0,240 0,245 0,25 14 Rumah tangga pengguna air minum
(%) 87,2 87,4 87,6 87,8 88
87 89
No Uraian Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
B Penataan Ruang
1 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas
Wilayah Kota Smg (%) - - - - - 43,26 43,31 2 Rasio bangunan ber-
IMB per satuan
bangunan (%) 52,04 52,62 52,80 52,93 53,04 53,25 53.35 3 Simpangan dalam tata
ruang (%) 0 0 0 0 0 5,54 5,4
Sumber : Badan Pusat Statistik, Binamarga, D.PSDA, DKP, D. PJPR & DTKP Kota Semarang, 2016
Identifikasi permasalahan pemanfaatan ruang berupa Simpangan Pemanfaatan Ruang terhadap rencana pola ruang mencapai 5,4%, jika dilihat dari wilayah per kecamatan, yang terbesar justru terjadi di kecamatan Gunungpati mencapai 10% dari total luas simpangan yang ada.
Jumlah daya tampung sampah apabila menggunakan open damping dalam kajian Masterplan Persampahan adalah 330.723,05 M3 yang akan tercapai pada 2015. Namun karena pelaksanaan pembuangan sampah di TPA saat ini merupakan campuran antara opendumping dan sanitarylandfill sehingga umur TPA jadi bisa lebih lama.
Terlaksananya peningkatan pengelolaan reklame di Kota Semarang, dimana di sepanjang tahun 2010-2016 telah dilaksanakan melalui intensifikasi penagihan tunggakan reklame, penandaan reklame, dan penertiban reklame ilegal yang jumlahnya meningkat secara signifikan sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2012 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-bagian Jalan, dimana tidak diperbolehkan lagi memasang reklame melintang di jalan (bando), di median jalan termasuk delta, baik di Jalan Nasional, Provinsi, maupun Kota.
d. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP)