• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar a. Tenaga Kerja

Perkembangan dalam urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.22 di bawah ini:

2.1.3.2 Fokus Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar a. Tenaga Kerja

Selaras dengan kondusifnya Kota Semarang pembangunan pada urusan ketenagakerjaan mengalami pertumbuhan yang positif. Upah Minimum Kota Semarang pada tahun 2015 mengalami peningkatan cukup besar mencapai 18,37% menjadi sebesar Rp. 1.685.000,- dari UMK tahun 2014 yang sebesar Rp. 1.423.500,-. Sedangkan tahun 2016 terjadi kenaikan sebesar 13,29 % dari UMK tahun 2015. UMK Semarang tahun 2015 sebesar Rp.1.685.000,- perbulan atas dasar Surat Keputusan Gubernur Jateng nomor 560/85/2014, tanggal 20 Nopember 2014. Sedangkan UMK Semarang tahun 2016 sebesar Rp.1.909.000,- per bulan atas dasar Surat Keputusan Gubernur Jateng nomor 560/66 tahun 2015, tanggal 20 Nopember 2015.

Tabel 2.24

UMK dan KHL Kota Semarang Tahun 2012-2016

UMK DAN KHL 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) 2016 (Rp)

Upah Minimum

Kota Semarang 991.500 1.209.100 1.423.500 1.685.000 1.909.000 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, LKPJ 2016

Dari tahapan penyelesaian kasus perselisihan hubungan industrial cukup bervariasi, dimana dengan penyelesaian dalam bentuk PB/ Persetujuan Bersama sebesar: 98 kasus diartikan masih rendahnya tingkat pemahaman baik pekerja maupun pengusaha tentang regulasi penyelesaian perselisihan hubungaan industrial, dengan asumsi masih diperlukan mediasi untuk mewujudkan penyelesaian secara PB/ Persetujuan Bersama.

Data kasus perselisihan hubungan industrial dalam 4 tahun terakhir. Adapun data sesuai tabel di bawah ini:

Tabel 2.25

Data Penyelesaian Kasus Perselisihan Hubungan Industrial Tahun 2013-2016

NO URAIAN 2013 2014 2015 2016

Jumlah kasus yang ditangani : 211 214 175 213

Penyelesaian :

1 Dalam bentuk PB 42 71 72 98

2 Tahap anjuran mediator 24 92 56 52

3 Secara bipartite usai mediasi 15 25 26 30

4 Diasumsikan selesai bipartite tidak melapor.

130 22 21 33

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, LKPJ 2016

Pembinaan terhadap lembaga ketenagakerjaan bagi pekerjan mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini diperlihatkan dengan semakin menurunnya angka perselisihan hubungan industrial, jumlah kecelakaan kerja serta semakin meningkatnya jumlah perusahaan dan jumlah perusahaan yang menerapkan K3 di Kota Semarang pada tahun 2015 seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.26

Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2014-2015

NO URAIAN satuan 2014 2015

1 Cakupan pekerja yang aktif mengikuti program jaminan sosial/ BPJS ketenagakerjaan (pelayanan kepesertaan jamsos bagi pekerja/ buruh); IKK.

Orang 311.994 288.115 2 Menurunnya angka perselisihan hubungan

industrial (PHI/PHK) & unjuk rasa % 214 185 3 Jumlah perusahaan yang menerapkan K3 : 570

perusahaan (45,6 %) % 13.15 14.36

4 Jumlah kecelakaan kerja kejadian 411 367 5 Jumlah SP/SB di Kota Semarang (kumulatif) unit

kerja 858 890 6 Jumlah SP/SB di Kota Semarang yang dibina

Disnakertrans

unit

kerja 779 811 7 Jumlah perusahaan di Kota Semarang persh 3.735 3.990 8 Jumlah kasus perselisihan pengusaha-pekerja kasus 214 180 9 Jumlah kasus PHI yang berhasil ditangani kasus 214 175

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, LKPJ 2015

b. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Pemerintah Kota Semarang sangat peduli terhadap permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terlihat dari jumlah cakupan pengaduan kekerasan yang tertangani serta menurunnya jumlah rasio KDRT yang cukup signifikan di tahun 2016 ini dibandingkan tahun lalu.

Untuk kesetaraan gender semakin menunjukkan peningkatan perbaikan terlihat meningkatnya jumlah partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta. Selain itu pemerintah juga sudah serius dalam memperhatikan kepentingan/ kebutuhan anak dalam kehidupan masyarakat terlihat dari sudah cukup banyaknya forum-forum anak yang terbentuk.

Tabel 2.27

Kinerja Daerah Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2014- 2016

NO INDIKATOR KINERJA TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016

1 Angka Gender Empowerment Measure 71,85 71,85 95,56 2 Jumlah Forum Anak Kota Semarang yang terbentuk 17 17 17 3 Jumlah Komposisi Gugus Tugas Layak Anak 74 74 74 4 Jumlah Lokasi Taman bermain Anak dlm rangka KLA 5 9 1 5 Penurunan Rasio KDRT

Jumlah KDRT

Jumlah rumahh tanggax100

0,21 0,056 0,058

6 Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

Jumlah pengaduan perlindungan perempuan dan anak yang terselesaikan

Jumlah pengaduan perlindungan perempuan dan anak

x100%

90% 90% 100%

7 Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Pekerja perempuan di lembaga pemerintahJumlah pekerja perempuan x100

6 6,1 2,79

8 Partisipasi perempuan di lembaga swasta

Pekerja perempuan di lembaga swasta Jumlah pekerja perempuan x100

94% 93,9 97,21

9 Partisipasi angkatan kerja perempuan

Jumlah partisipasi angkatan kerja perempuan

Jumlah angkatan kerja perempuan x100%

55,47 2,86 63,05

10 Tingkat keterwakilan perempuan di DPRD  Jumlah anggota DPRD

 Jumlah anggota DPRD perempuan

50

12 48 11 48 12 11 Tingkat partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

 Jumlah PNS perempuan yang menjabat eselon II di Pemerintah Kota Semarang

 Jumlah PNS perempuan yang menjabat eselon III di Pemerintah Kota Semarang

 Jumlah PNS perempuan yang menjabat eselon IV di Pemerintah Kota Semarang

9 50 698 8 50 734 8 47 711

Sumber: Bapermasper & KB Kota Semarang, LKPJ Th. 2016 c. Pangan

Kinerja pelayanan urusan pangan dapat terlihat dari beberapa indikator ketersediaan pangan utama, skor pola pangan harapan, dan jumlah keluarga rawan pangan yang dibantu. Kelurahan mandiri pangan tahun 2016 terkendala oleh kelompok masyarakat yang belum berbadan hukum sehingga tidak dapat mengajukan bansos-hibah. Begitu juga dengan kelancaran akses pangan masyarakat miskin, juga terhambat dari prosedur kegiatan yang harus melalui pengajuan bansos-hibah. Selebihnya dapat terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.28

Kinerja Daerah Urusan Pangan Tahun 2014-2016

No Indikator Kinerja Daerah Kota Semarang Satuan 2014 2015 2016

1 Ketahanan pangan dan kelancaran distribusi bahan pangan pokok (RPJMD)

Kg /1000/

penduduk 227.075 191.760 193.114 2 Jumlah warung desa/lumbung pangan

masyarakat (RPJMD)

Warung

Kelurahan 46 52

52

3 Produk pangan/olahan pangan yang

memenuhi standar mutu (RPJMD) PIRT 191 191

191

4 Penanganan daerah rawan pangan Daerah 74 80 89

5 Fasilitasi warung desa KK 598 623 623

6 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) (RPJMD) angka 90,6 90,9 91

7 Penguatan Cadangan Pangan % 40 30 29

d. Pertanahan

Pada urusan pertanahan yang telah dilaksanakan meliputi kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum melalui Tim P2T (Panitia Pengadaan Tanah) Pemerintah Kota Semarang, Fasilitasi penyelesaian konflik tanah negara dan upaya tertib administrasi pertanahan melalui penyediaan data base pertanahan di 177 kelurahan.

Selain itu indikator kinerja yang digunakan lainnya adalah Tertib Administrasi Pertanahan berupa data kepemilikan bidang tanah (%), Fasilitasi Penyelesaian Kasus Tanah Negara (%), serta Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Pengadaan tanah tersebut diantaranya digunakan untuk Normalisasi Kali Bringin, Pelebaran Jalan Kartini–Jolotundo - Gajah, Pembangunan Under Pass Jatingaleh, Pembangunan Jalur Ganda Rel Kereta Api Lintas Tegal – Pekalongan – Semarang, Pembangunan Jalur Ganda Rel Kereta Api Lintas Semarang – Bojonegoro, dan Pembangunan Jalan Tol Batang-Semarang II.

Realisasi kinerja pada Urusan Pertanahan dapat dilihat pada tabel 2.29 berikut:

Tabel 2.29

Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan

No Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Tertib Administrasi Pertanahan (%) (peningkatan

Data Base Pertanahan) 19,17 21.46 23.37 25.64 26,27 30 2 Penyelesaian kasus tanah Negara (%) 100% /20

kasus 100% /19 kasus 100% /25 kasus 100% /20 kasus 100% /20 kasus 100%/20 kasus

Sumber : BPN dan Bag. Tapem Kota Semarang , 2016

e. Lingkungan Hidup

Kinerja pembangunan pada urusan lingkungan hidup dapat dilihat dari cakupan penanganan terhadap lahan yang kritis di Kota Semarang, tingkat cakupan pelayanan persampahan, serta konservasi terhadap kawasan pesisir.

Tabel 2.30

Kinerja Daerah Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2011-2015

NO INDIKATOR KINERJA 2011 2012 2013 2014 2015 1 Tingkat cakupan pelayanan persampahan wilayah 79% 81% 83% 85% 87% 2 Jumlah kelurahan yang terlayani oleh pengangkutan sampah 177 177 177 177 177 3 Tempat pembuangan sementara (TPS) Persatuan Penduduk 79% 81% 83% 85% 87% Jumlah TPS seluruhnya 401 406 407 416 448 Volume / daya tampung TPS (ritasi) 3.697 3.853 4.014 4.179 4.349 Persentase TPS dalam kondisi baik 75% 75% 75% 75% 75%

Pengadaan TPS baru 1 buah 1 buah 6 buah 10 buah 5 buah

Perbaikan TPS 5 10 10 99 9

4. Volume sampah yang

ditangani 79% 81% 83% 85% 87%

Volume /total produksi sampah yang

terangkut setiap hari

3697m3

925 ton 3853m

3

963 ton 4014m

3

1003 ton 1044 ton 4179m 1087ton 4349m Total produksi sampah

di kota semarang perhari 4679m3 1169 ton 4757m 3 1189 ton 4836m 3 1209ton 4917m 3 1229ton 4998,65 m 3 1249,66 ton 5 Daya tampung TPA 4,15juta

m3 4,15juta m3 4,15juta m3 4,15juta m3 4,15juta m3

NO INDIKATOR KINERJA 2011 2012 2013 2014 2015

6. Jumlah kendaraan pengangkut sampah milik Pemkot dalam kondisi baik

Truk sampah(armroll) 74 92 96 155 unit 160 unit Sepeda motor roda 3 76 86 96 104 unit 109 unit 7. Jumlah usaha

pengolahan sampah 10 15 15 15 16

Sumber : Data Olahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan , LKPJ 2015

Jangkauan

pelayanan sampah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

yang cukup menggembirakan sampai akhir tahun 2015 telah menjangkau 177 kelurahan. Total produksi sampah yang terangkut tahun tahun 2015 sampah yang terangkut sebanyak 4.349 m3 per hari.

Kemampuan pelayanan persampahan di Kota Semarang meningkat dari 79 % di tahun 2011 menjadi 87% di tahun 2015 dimana volume sampah, sesuai daya tampung TPS seluruhnya terangkut sebesar 3.697 m3/hari pada tahun 2011 meningkat menjadi 4.349 m3/hari pada tahun 2015. Sedangkan sisanya dikelola secara mandiri oleh masyarakat khususnya di wilayah kecamatan Gunungpati dan Mijen.

Kota Semarang hanya memiliki satu unit area TPA yaitu di Kelurahan Jatibarang, dengan luasan ± 46,1830 Ha, yang terbagi menjadi lahan buang seluas ± 27,7098 Ha, dan sebagai infrastruktur kolam lindi (leachate), green belt, lahan cover seluas ± 18,4732 Ha.

Peningkatan kapasitas pengangkutan sampah ke TPA merupakan salah satu bukti peningkatan kinerja pengelolaan sampah, namun di sisi lain harus diantisipasi kapasitas daya tampung TPA yang tidak bertambah, sehingga jangan sampai terjadi over load pada TPA itu sendiri. Secara normal, daya tampung TPA ± 4,15 juta m3, namun saat ini sampah yang tertimbun sudah mencapai ± 5,75 juta m3. Sehingga perlu segera menerapkan sistem 3 R (Reduce, Reuse, Recyle) secara lebih intens.

Tabel 2.31

Kinerja Daerah Urusan Lingkungan Hidup Kota Semarang Tahun 20

14-2015

NO INDIKATOR KINERJA 2014 2015

1. Luas lahan dan/atau tanah yang kritis

di Kota Semarang 714,5 ha 709,5 ha

2. Terwujudnya peningkat-an kualitas lingkungan melalui penerapan hari bebas kendaraan ber-motor (Car Free Day)

80 x 52 x

3. Jumlah industry/usaha yang memenuhi persya-ratan perijinan pengendalian limbah cair dan limbah padat

199 269

4. Banyaknya Instalasi biogas yang terbangun

2 unit 4 unit

5. Luas Areal mangrove yang ditangani atau disulam

527,5 m 1074,2 m

6. Cakupan wilayah reha-bilitasi ekosistem pesisir / pantai

36.352,5 m 37.824,2 m Sumber : Badan Lingkungan Hidup, LKPJ 2015

Dilihat dari data pencapaian dari BLH Kota Semarang sampai dengan tahun 2015 sudah mengalami kemajuan yang lebih baik terlihat dari indikator menurunnya

luas lahan kritis menjadi 709,5 ha. Namun saat ini masih perlu penegasan untuk penerapan sanksi bagi pelaku kegiatan usaha yang tidak menerapkan kaidah konservasi didalam melaksanakan penambangan minerba eks galian C, serta pelaksanaan penanganan pemulihan kerusakan lingkungan hidup dan konservasi SDA.

f. Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil

Keberhasilan urusan Kependudukan dan Catatan Sipil dalam rangka tertib administrasi kependudukan dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja antara lain yaitu kepemilikan KTP, rasio bayi berakta kelahiran, rasio pasangan nikah dan penerapan KTP nasional berbasis NIK.

Tabel 2.32

Kinerja Daerah Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil

Tahun 2014-2016

No Uraian Indikator 2014 2015 2016 Keterangan

1 Tingkat Validasi Database Kependudukan

96% 96% 97% penerapan sistem

aplikasi SIAK 2 Rasio penduduk ber KTP per

satuan penduduk

96 % 83% 95,46% 1.223.708 orang wajib berKTP

3 Rasio keluarga berKK (Kartu Keluarga)

100% 100% 100% 549.968 KK

4 Rasio bayi berakta kelahiran 92,07% 90,82 89,29% 16.616 bayi 5 Rasio pasangan berakta nikah 100% 100% 100% 1.191 pasangan 6 Rasio penduduk berNIK (Nomor

Induk Kependudukan)

100% 100% 100% 1.629.691 org

Sumber: Dispendukcapil Kota Semarang, LKPJ Th. 2016

Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan tertib administrasi kependudukan di Kota Semarang sudah baik. Untuk sisa sebesar 3% pada validasi database, kemungkinan hal itu berasal dari data ganda dan data rusak (data yang karena kesalahan proses pelaporan, misalnya kepala keluarga/header KK meninggal/pindah, namun tidak melakukan perubahan susunan, sehingga data anggota keluarga rusak), serta data yang sedang dalam proses transaksi LAMPID (lahir, mati, pindah dan datang. Sedangkan sejumlah 4,54% penduduk yang belum berKTP adalah jumlah penduduk mutasi dan wajib KTP pemula yang belum memiliki KTP.

g. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kinerja pembangunan pada urusan pemberdayaan masyarakat, dapat dilihat dari keterlibatan lembaga masyarakat dan masyarakat dalam pembangunan. Pemerintah tidak mampu menangani sendiri tanpa dukungan dan peran serta semua pihak yaitu swasta, pelaku usaha, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat.

Berdasarkan cakupan kegiatannya, selama tahun 2016 telah dapat dicapai angka 100% untuk cakupan PKK yang aktif, swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat serta pemeliharaan pasca program pemberdayaan masyarakat. Sedangkan jumlah kelompok binaan PKK mencapai 32 buah.

Tabel 2.33

Kinerja Daerah Urusan Pemberdayaan Masyarakat & Desa Tahun 2014-2016

No Indikator Kinerja Daerah 2014 2015 2016

1 Jumlah LPM 15 15 18

2 PKK aktif (%) 100 100 100

3 Jumlah kelompok binaan PKK 32 32 32

4 Posyandu aktif 1.556 1.559 1.559

5 Jumlah Posyandu Mandiri 588 590 590

6 Jumlah Posyantek yang aktif/berfungsi 15 16 16 7 Jumlah UPPKS dan UED-SP Uppks :182

Ued-sp :177

Uppks :190 Ued-sp :177

Uppks :191 Ued-sp :177

Sumber: Bapermasper & KB, LKPJ 2016

h. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Pemerintah turut hadir dalam urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera melalui kegiatan sosialisasi kepada masyarakat/ pasangan yang sudah menikah tentang pentingnya ber-KB, pembentukan forum-forum kelompok masyarakat maupun jejaring/ kemitraan yang peduli KB serta pembentukan pusat-pusat informasi dan konseling bagi remaja dengan tujuan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta penyiapan kehidupan berkeluarga.

Tabel 2.34

Kinerja Daerah Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tahun 2014- 2016

NO INDIKATOR KINERJA TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016

1 Pengendalian angka kelahiran (TFR) 2,02 2,02 2,10 2 Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi

untuk memenuhi permintaan 35,46 35,46 36,05

3 Jumlah peserta KB aktif 203.328 200.235 202.207 4 Rasio Akseptor KB per 1000 PUS 76,47 75,79 76,88 5 Jumlah PIK Remaja per jumlah kelurahan 67 74 78 6 Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB 22,69 60 65 7 Jumlah Kelompok Aktif Bina Keluarga( BKB, BKR,

BKL) BKB: 140 BKR:78 BKL;115 BKB: 279 BKR:139 BKL:246 BKB: 264 BKR:131 BKL:217

Sumber: Bapermasper & KB Kota Semarang, LKPJ Th. 2016 i. Perhubungan

Kinerja urusan perhubungan dapat tidak terlepas dari sektor transportasi. Transportasi berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Menjadi konsekuen logis keberadaan transportasi harus mampu menghasilkan jasa layanan yang handal, dengan tetap mengikuti perkembangan baik internal maupun eksternal sistem yang harus disikapi secara komprehensif untuk memberikan solusi pelayanan transportasi yang terbaik.

Tabel 2.35

Kondisi Angkutan Umum Massal Tahun 2013-2016

URAIAN SATUAN 2013 2014 2015 2016

Angkutan umum massal

1 Pelayanan angkutan umum massal

(BRT) koridor 3 4 4 6

2 Ketersediaan terminal dan sub terminal

URAIAN SATUAN 2013 2014 2015 2016

- Jumlah Sub Terminal unit - - - -

3 Pelayanan Angkutan di Terminal - Jumlah angkutan yang keluar

masuk

Rit 308.297 334.773 391.013 330.853 - Jumlah penumpang Orang 4.767.769 4.085.195 5.208.385 4.428.419 4 Presentase penduduk yang

menggunakan moda transportasi massal dibanding jumlah penduduk - Juml penumpang moda

transportasi massal / BRT

org 3.821.144 5.821.623 8.023.869 7.372.263 5 Ketersediaan sarana pendukung

moda transportasi massal

- Jumlah halte BRT unit 140 186 232 239

6 Cakupan wilayah terlayani transportasi

% 90 90 90 90

Sumber: Dishubkominfo Kota Semarang, LKPJ th. 2016

Pelayanan angkutan penumpang umum massal BRT mengalami peningkatan dimana pada tahun 2016 telah dioperasikan 6 koridor BRT. Jumlah penumpang mengalami peningkatan sebesar 37.8%. Penambahan shelter menjadi 239 shelter (permanen dan portable) dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan. Pelayanan BRT telah mencakup seluruh kecamatan yang ada di Kota Semarang.

Sedangkan untuk pelayanan parkir pada tahun 2016 titik parkir on street dan meningkatnya lokasi parkir off street tidak banyak berubah dari tahun 2015. Pemerintah kota harus terus gencar dalam melaksanaan penertiban terhadap keberadaan parkir off street serta harus lebih mengoptimalkan potensi-potensi pendapatan yang mungkin didapat dari sektor perpakiran.

Tabel 2.36

Titik Parkir di Kota Semarang Tahun 2014-2016

URAIAN SATUAN 2014 2015 2016

Parkir

1 Jumlah titik lokasi parkir - Tingkat ketersediaan titik

parkir on street

titik 1.089 1.127 1.127 - Tingkat ketersediaan titik

parkir off street

lokasi 203 212 212

Sumber: Dishubkominfo Kota Semarang, LKPJ th. 2016

Secara data statistik sementara, jumlah titik parkir on street di Kota Semarang masih tinggi, perhatian dan ketegasan pemerintah sangat diperlukan untuk mengendalikan jumlah titik parkir ini terutama yang berada di bahu jalan dan mengganggu kelancaran lalu lintas dalam kota.

Tabel 2.37

Kondisi Lalu Lintas

Tahun 2014-2016

URAIAN SATUAN 2014 2015 2016

Lalu Lintas

1 Ketersediaan sarpras lalu lintas

- Jumlah rambu lalu lintas terpasang bh 278 351 dari 3.347 bh

191 dari 3.538 bh - Panjang marka jalan m 1.169 2.956 dari

34.896 m2 2.663 dari 37.559 m2 - ATCS simpang 13 22 25

URAIAN SATUAN 2014 2015 2016

2 Rata-rata lama waktu tempuh kendaraan angkutan umum pada saat jam sibuk dan jam tidak sibuk

Menit per 5 Km

Daerah pusat kota 20 mnt/ 15 mnt 15 mnt/ 10 mnt 15 mnt/ 10 mnt Daerah pinggiran 12 mnt/ 8,5 mnt 12 mnt/ 8,5 mnt 12 mnt/ 8,5 mnt

Sumber: Dishubkominfo Kota Semarang, LKPJ th. 2016

Pelayanan Angkutan Penumpang Umum di kota Semarang dilayani dengan trayek tetap dan teratur serta tidak dalam trayek. Pada tahun 2016 ini pelayanan angkutan dengan trayek tetap dan teratur terdiri dari 3 trayek yaitu : Utama, Cabang dan Ranting. Trayek Utama terdiri dari 33 jalur yang dilayani oleh 783 armada jenis bus sedang dan bus besar, sedangkan trayek cabang terdiri dari 13 jalur yang dilayani oleh 1558 armada jenis mobil penumpang umum dan trayek Ranting terdiri dari 32 jalur yang dilayani oleh 888 armada jenis mobil penumpang umum. Untuk pelayanan tidak dalam trayek (taksi) dilayani oleh 2050 armada. Hal yang perlu menjadi perhatian serius yaitu terkait kondisi V/C rasio jalan-jalan di Kota Semarang, dengan bertambahnya armada bus diharapkan rasio jumlah kendaraan pribadi dan angkutan umum kecil lainnya ikut berkurang serta waktu jarak tempuh perjalanan harus semakin cepat

.

Hal lainnya yang perlu diperhatikan antara lain: penambahan/ pemanfaatan Automatic Traffic Control System (ATCS) yang terhubungkan di semua titik lokasi lampu lalu lintas, optimalisasi dan penataan terminal-terminal angkutan darat sebagai terminal penumpang. Kemacetan lalu lintas masih terjadi di beberapa ruas jalan walaupun berkurang. Berkurangnya ruas jalan rawan kemacetan di dukung oleh dibangunnya APILL baru, ATCS dan juga didukung oleh pemasangan rambu-rambu lalu lintas. Jumlah persimpangan yang dilengkapi dengan ATCS meningkat, yang semula 22 simpang pada 2015 menjadi 25 simpang pada 2016.

j. Komunikasi dan Informatika

Dilihat dalam urusan komunikasi dan informatika, kinerja pemerintah terlihat semakin mendukung tuntutan jaman yang semakin membutuhkan teknologi informasi dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari, kemudahan akses data dan informasi pada setiap SKPD terlihat dari jumlah aplikasi yang meningkat di tahun 2015 ini. Namun hal itu belum cukup membuat kinerja pemerintah menjadi efisien, untuk itulah Pemerintah Kota Semarang berkomitmen untuk menjalin integrasi antar aplikasi yang terdapat di setiap SKPD sehingga selain mempersingkat waktu inputtingjuga meminimalaisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. hal ini terlihat di tahun 2015 ini sudah terdapat 11 aplikasi yang telah terintegrasi.

Tabel 2.38

Kinerja Daerah Urusan Komunikasi & Informatika Tahun 2014-2015 No Indikator Kinerja Daerah Kota Semarang 2014 2015

1 Jumlah wartel/warnet (%) 157 310

2 Jumlah surat kabar nasional/lokal 11 11 3 Jumlah penyiaran radio/TV lokal 36 36

4 5

4 Aplikasi

a. Jumlah aplikasi 52 63

b. Jumlah aplikasi yang terintegrasi - 11

c. Jumlah aplikasi mobile - 12

5 Bandwith di Pemerintah Kota Semarang 80 Mbps 150 Mbps 6 Web site milik pemerintah daerah (SKPD) 23 29 7 Konfigurasi Jaringan FO di Pemerintah Kota Semarang 13 SKPD 40 SKPD

k. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Data dibawah menunjukkan pada tahun 2015 jumlah koperasi di Kota Semarang tercatat sebanyak 1.007 unit dimana 79,94 % atau sebanyak 805 unit adalah koperasi aktif. Pada Tahun 2016 terdapat penambahan Koperasi baru sebanyak 41 unit Dibubarkan 94 unit dan 176 unit Proses Pembinaan , sehingga jumlah koperasi pada tahun 2016 sebanyak 778 unit dimana 686 unit atau 88,17 % adalah Koperasi aktif.

Tabel 2.39

Kinerja Daerah Urusan Koperasi, Usaha Kecil & Menengah Tahun 2015-2016 No Indikator Kinerja Daerah Kota

Semarang Satuan 2015 2016

1 Data Jumlah UMKM

Jumlah UMKM unit 11.692 5.918

Jumlah Usaha Mikro dan Kecil

(IKK) unit 10.757 5.916

Jumlah UMKM yang dibina unit 4.677 1.500 2 Data Kelembagaan UMKM

Jumlah Tenaga Kerja orang 19.042 11.753

Jumlah Omset rupiah Rp.

357.621.389.000,-

Rp. 46.866.085.000 Fasilitasi permodalan KUMKM rupiah Rp. 961.500.000,- Rp. 873.000.000 3 Data Kelembagaan Koperasi

Jumlah koperasi aktif unit 805 686

Jumlah seluruh koperasi unit 1.007 778 Persentase koperasi aktif persen 79,94 88,17 Jumlah omzet koperasi rupiah (juta) 1.951.388 2.642.566 Jumlah asset koperasi Rupiah (juta) 1.646.771 1.448.989

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM, LKPJ 2016

Jumlah UMKM pada tahun 2015 sebanyak 11.692 unit pada tahun 2016 menjadi 5.918 unit. Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah Tahun 2015 sebanyak 19.042 Orang pada tahun 2016sebanyak 11.753 orang. Jumlah omzet UMKM Tahun 2015 sebesar Rp. 357.621.389.000,- pada Tahun 2016 sebesar Rp. 46.866.085.000,-

Data yang tersaji untuk tahun 2016adalah data baru berdasarkan pendataan menggunakan program IUMK yang yang mulai diluncurkan akhir tahun 2015 sehingga terjadi selisih data yang signifikan.

l. Penanaman Modal

Kemudahan dalam pelayanan perijinan dan kejelasan kepastian hukum menjadi salah satu indikator untuk menarik minat investor. Beberapa capaian Urusan Wajib Penanaman Modal pada tahun 2016 antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.40

Kinerja Daerah Urusan Penanaman Modal Tahun 2015-2016

NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2015 Tahun 2016

1 Jumlah dan nilai penanaman modal daerah

9.570.413.742.378 10.511.240.381.834

2 Jenis dan jumlah potensi investasi di Kota Semarang

22 16

3 Peningkatan promosi dan kerjasama investasi

NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2015 Tahun 2016

4 Jumlah kegiatan dan jenis promosi untuk mendatangkan investasi (Forum PPTSP, RKPPMD, Sem BIZ, TemuBisnisdll)

13 13

5 Laju pertumbuhan investasi 63% 10%

6 Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)

138 4.889

7 Jumlah jenis perijinan yang mendapatkan pengakuan ISO 9001 : 2008

29 29

8 Jumlah dan nilai persetujuan investasi selama setahun

- Penanaman Modal Asing (PMA) 1.398.793.197.537 804.834.988.747 - Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) 1.540.981.800.000 263.125.084.353 9 Jumlah permohonan penanaman

modal

 penanaman modal asing

(PMA) 45 52

 penanaman modal dalam negeri (PMDN)

4.773 4.847

10 Jumlah persetujuan investasi yang diterbitkan

4.817 4.899

11 Jumlah Perijinan yang dilayani

Investasi 16.723 17.160

Non Investasi 3.563 4.560

Sumber: BPPT Kota Semarang, LKPJ 2016

Tahun 2016 jumlah perijinan investasi yang terdata di BPPT mencapai 17.160

dan perijinan non investasi sebanyak 4.560perijinan. Berbagai upaya perijinan terus ditingkatan untuk menunjang iklim investasi seperti infrastruktur yaitu pengembangan Bandara Ahmad Yani dan pengembangan obyek wisata.

m. Kepemudaan dan Olah Raga

Beberapa indikator yang dapat menggambarkan kinerja urusan kepemudaan & olah raga antara lain jumlah organisasi dan sarpras kepemudaan dan olahraga.

Tabel 2.41

Kinerja Daerah Urusan Kepemudaan & Olahraga Tahun 2011-2016 No Indikator Kinerja Daerah Kota

Semarang

Realisasi Capaian

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Jumlah organisasi kepemudaan 47 47 48 60 60 60 2 Jumlah organisasi olahraga 36 42 42 42 46 42 3 Jumlah kegiatan kepemudaan 12 12 9 10 15 10 4 Jumlah kegiatan olahraga 18 18 19 20 24 1.208 5 Gelanggang / balai remaja

(selain milik swasta) 3 3 3 3 3 4

6 Jumlah kegiatan pelatihan kewirausahaan/life skill bagi

pemuda 1 keg 2 keg 2 keg 4 keg

8 keg 4 keg

7 Jumlah peserta kegiatan pelatihan kewirausahaan/life

skill bagi pemuda 60 org 60 org 52 org 240 org 460 org 240 org

n. Statistik

Ketersediaan data statistik yang diperlukan bagi penyusunan perencanaan pembangunan merupakan kinerja yang harus dilaksanakan pada urusan statistik. Penyajian data statistik yang dihasilkan merupakan acuan bagi penyusunan kebijakan dan arahan perencanaan pembangunan. Pada tahun 2016, pelaksanaan urusan Statistik melalui Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah menghasilkan penyajian data statistik berupa penerbitan 13 jenis data. Untuk