• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

1) Aspek Financial

Aspek financial merupakan salah satu komponen kinerja yang sangat penting karena keuangan merupakan aspek yang paling berpengaruh pada kinerja perusahaan keseluruhan. Aspek financial dapat dianalogikan sebagai aliran darah, sehingga akan menunjang kehidupan seluruh perusahaan, tanpa adanya financial yang baik perusahaan tersebut tidak akan sehat. Kondisi keuangan PDAM Kota Surakarta selama 3 (tiga) tahun terakhir digambarkan dalam tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3

Kondisi Keuangan PDAM Kota Surakarta

Uraian Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006

Total Aset Rp 90.477.860 Rp 92.980.070 Rp 94.130.023

Kewajiban Rp 80.525.582 Rp 73.547.319 Rp 68.164.64

Ekuitas Rp 9.952.277 Rp 19.432.751 Rp 25.965.759

Dalam Ribuan Rupiah

Sumber : Laporan Keuangan PDAM Kota Surakarta (Lihat Lampiran)

Dari tabel tersebut dapat dilihat jika pada tahun 2007 dan 2008 keuangan PDAM Kota Surakarta mengalami kondisi yang tidak baik. Total Aset dan ekuitas menurun, sedangkan kewajiban semakin meningkat. Penurunan ekuitas tahun 2007 dan 2008 disebabkan akumulasi kerugian terutama akibat besarnya beban bunga pinjaman jangka panjang yang harus ditanggung perusahaan.

Adanya akumulasi kerugian yang ditanggung oleh PDAM Kota Surakarta ini dijelaskan dalam perkembangan laba/rugi selama 3 (tiga) tahun terakhir digambarkan dalam tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4

Perkembangan Laba/Rugi PDAM Kota Surakarta

Uraian Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006

Pendapatan Usaha 41.768.786 42.900.225 39.416.805

Biaya Langsug Usaha 21.481.376 20.113.949 17.072.425

Laba Kotor Usaha 20.287.410 22.786.275 22.344.280

Beban Administrasi dan Umum

30.027.787 29.470.553 24.398.365

Laba / (Rugi) Usaha (9.740.377) (6.684.277) (2.053.985)

Pendapatan dan biaya lain-lain

259.003 131.270 194.813

Laba/(Rugi) sebelum pajak

(9.480.473) (6.533.007) (1.859.172) Dalam Ribuan Rupiah Sumber : Laporan Keuangan PDAM Kota Surakarta

Dalam periode tiga tahun terakhir, perkembangan laba/rugi perusahaan menunjukkan trend yang kurang berkembang dengan baik. Dari tabel dapat dilihat jika pada tahun 2006 hingga 2008 PDAM Kota Surakarta mengalami kerugian dan sedang terlilit hutang. Bahkan utang ini terus berdampak pada keuangan pada tahun 2008. Dikutip dari media masa :

”Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta hingga saat ini masih menunggak utang Rp 60 miliar. Sebuah nilai yang fantastis, mengingat pendapatan asli daerah (PAD) daerah ini pada 2007 hanya Rp 75 miliar” (Majalah Gatra tanggal 13 Agustus 2008).

Pernyataan ini juga dibenarkan oleh Dirut PDAM Kota Surakarta, Singgih Triwibowo. Menyinggung masalah pendapatan, beliau berkata bahwa pendapatan pada tahun 2007 sebesar Rp 43,04 miliar dengan biaya operasional secara keseluruhan total Rp 49,57 miliar yang berarti masih rugi Rp 6,53 miliar dengan penambahan sambungan baru 1.073 dan jumlah pelanggan 53.637 sambungan rumah. Pada tahun 2008 hingga bulan Juni pendapatan mencapai Rp 20,87 miliar sementara total biaya operasional Rp 22,71 miliar, berarti rugi Rp 1,84 miliar dengan jumlah pelanggan 53.910 sambungan rumah (Majalah Gatra, 13 Agustus 2008).

Menurut Kepala Bagian Keuangan, Pangestu Budi Santoso, hutang PDAM ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) Pada tahun 1995 PDAM meminjam 33 milyar kepada lembaga bantuan keuangan luar negeri tetapi belum bisa mengembalikan; (2) Tarif tahun 2004 masih dipakai sampai tahun 2008 dan baru dinaikkan tahun 2009 sehingga tarifnya belum full cost recovery, artinya biaya usaha masih dibawah harga jualnya; (3) Banyaknya kebocoran dari pipa PDAM, bahkan PDAM Kota Surakarta menderita rugi

hinga 900 juta /tahun karena kebocoran air yang mencapai 39 % di jaringan mereka. Angka ini jauh diatas batas toleransi tingkat kebocoran yakni 20 %. (Wawancara dengan Pangestu Budi Santoso tanggal 25 Januari 2010).

“Akibat dari tarif yang tidak bisa mengikuti harga pasar, pada tahun 2006 sampai 2008 kita merugi. Tahun 2008 kita merugi 9 milyar, tahun 2007 merugi sebesar 7 milyar, sedangkan tahun 2006 merugi 1 milyar. Dari sisi pelanggan tiap tahun terus bertambah sampai 54 ribu pelanggan. Sedangkan tarif tidak pernah naik. Pemakaian airnya karena produksinya terbatas, sebesar 800 m3 per detik, padahal di Solo daerahnya tidak rata, sehingga daerah yang agak tinggi hanya mengalir saat malam hari, per pelanggan 22 m3/bulan sehingga airnya terbatas. Hal ini berimbas pada penjualan air yang tidak bisa optimal. Disamping itu, karena pipa PDAM merupakan tinggalan jaman Belanda sehingga banyak yang bocor sekitar 39 % sehingga kita juga merugi” (Wawancara dengan Bapak Pangestu Budi Santoso, SE tanggal 25 Januari 2010).

Menurut Pangestu Budi Santoso meskipun hutang yang ditanggung perusahaan sangat banyak, akan tetapi hal itu tidak mempengaruhi siklus keuangan perusahaan, kesejahteraan pegawai dan perbaikan pelayanan masih mejadi prioritas utama. Permasalahaan hanya terletak pada pembayaran terhadap pihak supplier yang terkadang tertunda 1 hingga 2 bulan.

Berbagai upaya untuk mengurangi beban hutang pun dilakukan oleh PDAM Kota Surakarta. Salah satu upaya untuk menutup hutang adalah dengan menaikkan tarif dasar air. Dirut PDAM dalam Majalah Gatra edisi 13 Agustus 2008, mengatakan bahwasanya untuk menutupi hutang dan meningkatkan jumlah pemasukannya, PDAM Kota Surakarta merencanakan menaikkan tarif langganan air dengan alasan untuk menutup biaya-biaya perusahaan yang diperoleh dari penerimaan penjualan air dan membentuk cadangan untuk pengembangan perusahaan. Wacana ini memang bukan

hanya pernyataan tetapi sudah diimplementasikan. Secara bertahap, PDAM telah memberlakukan kenaikan tarif , bahkan sejak tahun 2000 sebesar Rp 350,- naik di tahun 2002 menjadi Rp 650,-. Sedangkan pada tahun 2004 tarif dinaikkan menjadi Rp 1.100,- dan kemudian naik lagi pada tahun 2009 sebesar Rp 1.650,- disebabkan kerugian yang diserita tahun 2006-2008 (Joglosemar,8 Maret 2010).

Pada tahun 2010, tarif air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta direncanakan akan kembali naik. Wacana kenaikan senilai Rp 200/meter kubik (m3) tersebut ditujukan untuk menutup sebagian utang PDAM Kota Surakarta yang pada tahun 2009 ini masih tersisa 42 milyar. Kenaikan tarif air PDAM di tahun 2010, merupakan kenaikan tarif air kali kedua pasca diberlakukannya tarif 2009, setelah sebelumnya tarif air juga naik pada 2009. Lantaran kenaikan tarif pada 2009, dan didukung upaya efisiensi keuangan, perusahaan daerah tersebut dapat membukukan laba hingga Rp 4 miliar. Perolehan tersebut jauh di atas target yang hanya dipatok Rp 1,5 miliar sepanjang 2009. Menurut Direktur Utama PDAM Solo, Singgih Tri Wibowo, kenaikan tarif akan dilaksanakan secara bertahap selama empat tahun, atau hingga tahun 2012 mendatang. Kenaikan tersebut harus dilakukan, untuk menyehatkan kondisi keuangan PDAM Solo. Jika target terpenuhi, Singgih mengaku optimistis dapat menutup Rp 12 miliar utang PDAM pada 2010. Sebelumnya, pada 2009, PDAM mampu menutup utang sebesar Rp 6 miliar (Solopos, 28 Desember 2009).

Wacana tentang kenaikan tarif dasar air pun diungkapkan oleh Kepala Bagian Keuangan :

“Jika tahun 2004 sampai 2009 tetap Rp 1.650,- per m3, setelah tahun 2009 naik Rp 200,- per tahun. Jadi nanti tiap tahun akan terus mengalami kenaikan, disesuaikan dengan kenaikan harga-harga diluaran” (Wawacara dengan Bapak Pangestu Budi Santoso tanggal 25 Januari 2010).

Dalam bussines plan PDAM 2009-2013 dinyatakan bahwa manajemen memang telah merencanakan kenaikan dasar air secara bertahap mulai bulan Agustus 2008. Perhitungan tarif air didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2006. Berdasarkan metode perhitungan tersebut, tarif dasar air PDAM Kota Surakarta dijelaskan dalam tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5

Tarif Dasar Air PDAM Kota Surakarta

Periode Tarif Dasar

Agustus 2008 s/d Maret 2009 Rp 1.650

April 2009 s/d Maret 2010 Rp 1.850

April 2011 s/d Maret 2012 Rp 2.250

Sumber : PDAM Kota Surakarta

Metode perhitungan tersebut diaplikasikan dalam rencana kenaikan tarif dasar air PDAM Kota Surakarta seperti yang tercantum pada Pemberitahuan PDAM No. 690/029/PAM tanggal 7 Januari 2009 tentang penyesuaian tarif dan golongan pelanggan air minum PDAM Kota Surakarta tahun 2009-2012 yang berlaku mulai Februari 2009. Penyesuaian tarif ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

a) Periode I : Januari 2009 s/d Desember 2009 tarif dasar Rp 1.650,- b) Periode II : Januari 2010 s/d Desember 2010 tarif dasar Rp 1.850,-

c) Periode III : Januari 2011 s/d Desember 2011 tarif dasar Rp 2.050,- d) Periode IV : Januari 2012 s/d Desember 2012 tarif dasar Rp 2.250,- (Lihat Lampiran)

Kenaikan tarif air tersebut tidak dapat dihindarkan, karena biaya operasional yang digunakan untuk penyediaan air bersih mengalami peningkatan, terutama karena adanya kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga komponen operasi lainnya (Bussiness Plan PDAM Kota Surakarta 2009-2013). Kabag keuangan menyatakan bahwa sumber pemasukan PDAM yang utama adalah memang dari penjualan air dan pemasukan kolam renang, sedangkan pemasukan dari pemerintah (APBN dan APBD) sangat terbatas. Bahkan, pada tahun 2009 pemerintah kota sama sekali tidak memberikan bantuan pembiayaan. Walaupun kenaikan tarif dasar air adalah pemasukan yang utama dan secara rugi laba kenaikan tarif dasar air dapat menutup hutang-hutang, tetapi secara cash flow kenaikan ini masih belum memenuhi sehingga memang diperlukan upaya-upaya dan pembenahan yang lain (Wawancara dengan Bapak Pangestu Budi Santoso tanggal 25 Januari 2010).

Berdasarkan pemaparan diatas, apabila diklasifikasikan dalam lima indikator pengukuran aspek financial yaitu : (1) Asset Management Ratio; (2)

Profitability ratio; (3) Liquidity ratio; (4) Market Share;(5) Market position; dan (6) Business growth (Wibisono, 2002) ; maka aspek financial PDAM Kota Surakarta dapat dipetakan sebagai berikut :

1) Asset Management Ratio

Merupakan ukuran untuk menilai efisiensi suatu perusahaan dalam memanfaatkan asset yang dimilikinya Efisiensi PDAM Kota Surakarta selama beberapa tahun terakhir sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari kondisi keuangan beberapa tahun 2006 hingga 2008. Total aset yang dimiliki PDAM Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah Rp

90.477.860.061,63 sedangkan kewajibannya adalah Rp

80.525.582.358,35. Aset yang dimiliki PDAM tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan, akan tetapi kewajiban yang dimiliki meningkat setiap tahun, sehingga aset tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan perusahaan. Aset yang dimiliki dipergunakan untuk menutup hutang yang dimiliki PDAM baik hutang jangka panjang jatuh tempo, hutang usaha maupun hutang yang lainnya. Beban usaha dan beban bunga pinjaman yang harus ditanggung perusahaan sangat besar sehingga tidak sesuai dengan pendapatan usaha. Oleh karena itu, PDAM kurang efisien dalam memanfaatkan asset yang dimilikinya karena hampir 90% asset yang dimiliki dipergunakan untuk membayar hutang dan hanya sekitar 10% yang dipergunakan untuk mengembangkan dan memperbaiki sarana prasarana serta pelayanannya.

2)Profitability ratio

Merupakan ukuran untuk menilai tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio keuntungan PDAM beberapa tahun terakhir ini membaik, walaupun menunjukkan kondisi tidak

menguntungkan. Sejak tahun 2006 hingga 2008 PDAM Kota Surakarta sempat mengalami kerugian dalam jumlah besar. Akan tetapi pada tahun 2009 ini, PDAM berhasil memperoleh laba hingga 4,5 milyar. Laba tersebut dipergunakan PDAM untuk membayar hutang-hutangnya sehingga tanggungan hutang yang semula 60 milyar menjadi sekitar 42 milyar. Ini berarti, tingkat kemampuan PDAM dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan mengalami peningkatan walaupun masih belum optimal.

3)Liquidity ratio

Merupakan ukuran yang menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek PDAM berupa hutang usaha, hutang pajak, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana likuiditas perusahaan yang ditunjukkan oleh Current Ratio dan

Quick Ratio. Pada tahun 2008, likuiditas PDAM mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi kurang baik yaitu likuiditas kurang dari 1. Penurunan tingkat likuiditas tahun 2008 terhadap tahun-tahun sebelumnya antara lain disebabkan karena bertambahnya nominal hutang jangka panjang yang jatuh tempo. Artinya pada tanggal yang bersangkutan PDAM Kota Surakarta belum mampu membayar hutangnya. Pada tahun 2008 hutang jangka panjang yang jatuh tempo dari PDAM mencapai 21 milyar, mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan hutang jangka panjang inilah yang membuat kemampuan PDAM dalam

membayar kewajiban jangka pendek menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dalam kondisi yang kurang baik.

4)Market Share

Meruapakan kondisi yang menunjukkan bagian dari pasar yang dilayani oleh perusahaan relatif terhadap keseluruhan pasar. PDAM Kota Surakarta merupakan jenis perusahaan monopoli, dalam artian bahwasanya perusahaan ini merupakan satu-satunya yang menyediakan layanan dalam menyediakan jasa air bersih di wilayah Kota Surakarta. Akan tetapi, pada kenyataannya PDAM baru mampu menguasai sekitar 60% pasar dan sisanya 40% masih belum bisa dikuasai. Hal menunjukkan bahwa market share PDAM Kota Surakarta juga belum optimal, karena baru menguasai separuh dari pasar potensial di wilayah Surakarta.

5)Market position

Merupakan posisi perusahaan relatif terhadap competitor. Sebelumnya telah diketahui bahwa PDAM Kota Surakarta merupakan jenis perusahaan monopoli, dalam artian bahwasanya perusahaan ini merupakan satu- satunya yang menyediakan layanan dalam menyediakan jasa air bersih di wilayah Kota Surakarta. Oleh karena itu, dalam konteks ini PDAM Kota Surakarta belum mempunyai competitor dalam menyediakan air bersih.

6)Business growth

Merupakan tren yang menunjukkan perkembangan skala bisnis perusahaan. Perkembangan skala bisnis perusahaan dari tahun ke tahun

semakin menunjukkan peningkatan dengan adanya beberapa pengembangan sumber air diantaranya :

a) Upaya perbaikan kondisi eksisting meliputi optimalisasi dan uprating

IPA jurug dan redeveloping Sumur Dalam

b) Ekspansi operasi meliputi pembuatan IPA Jeberes dan rehab pipa asbes, pembuatan IPA Semanggi dan pembuatan IPA Fe/Mn

Akan tetapi dari sisi tingkat kehilangan air, tingkat kehilangan air PDAM masih tinggi mencapai 39% dari batas toleransi 20% dikarenakan adanya kebocoran pipa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan jika dari aspek financial, kinerja PDAM Kota Surakarta saat ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Kemampuan PDAM dalam menghasilkan laba pada tahun 2009 dan mengurangi jumlah hutang dari tahun 2008 sebesar 60 milyar menjadi 42 milyar pada tahun 2009 menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja PDAM dibidang keuangan menampakkan hasil walaupun masih belum optimal. Tidak optimalnya kinerja financial PDAM disebabkan beberapa hal yaitu (1) Kurang efisiennya penggunaan asset karena 90% dipergunakan untuk membayar kewajiban; (2) Perusahaan kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendek; (3) Hanya mampu menguasai 60% pasar; (4) Tren bisnis berkembang tetapi tingkat kehilangan air masih sangat tinggi.

Dokumen terkait