• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

2) Aspek Sumber Daya Manusia (Kepegawaian)

Aspek Sumber Daya Manusia merupakan aspek yang berkaitan dengan kualitas dan kepuasan kerja karyawan sehingga dia mampu bekerja dan berkarya secara optimal. Sehingga ada dua hal yang menjadi indikator dari aspek sumber daya manusia atau aspek kepegawaian yaitu kualitas pegawai dan kepuasan kerja pegawai.

a. Kualitas Pegawai PDAM Kota Surakarta

Kualitas pegawai PDAM Kota Surakarta dapat dilihat dari tingkat pendidikan terakhir, kesesuaian pendidikan dengan jabatannya, prestasi pegawai serta keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai.

Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir, keadaan pegawai PDAM Kota Surakarta dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pasca Sarjana (S2) : 11 orang

Terdiri dari Pasca Sarjana tehnik sebanyak 6 orang, ekonomi sebanyak 2 orang dan umum sebanyak 8 orang

2. Sarjana (S1) : 84 orang

Terdiri dari Sarjana tehnik sebanyak 8 orang, ekonomi sebanyak 33 orang dan umum sebanyak 42 orang

3. Sarjana Muda : 21 orang

Terdiri dari Sarjana Muda tehnik sebanyak 4 orang, ekonomi sebanyak 13 orang dan umum sebanyak 4 orang

Terdiri dari lulusan SMA program tehnik sebanyak 44 orang, ekonomi sebanyak 26 orang dan umum sebanyak 94 orang

5. Sekolah Menengah Pertama : 29 orang

Terdiri dari lulusan SMA program tehnik sebanyak 4 orang, tidak ada dari program ekonomi dan umum sebanyak 25 orang

6. Sekolah Dasar : 27 orang

(Sumber : Laporan Personalia Berdasarkan Jenjang Pendidikan bulan Desember 2009, PDAM Kota Surakarta, Lihat Lampiran)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa prosentase jenjang pegawai terbesar adalah lulusan SMA sebesar 36%. Sedangkan mereka yang punya tingkat pendidikan pasca sarjana (S2) hanya sekitar 2,4 %. Jika kita melihat secara lengkap gambaran jenjang pegawai, PDAM Kota Surakarta sudah memiliki sarjana yang keahliannya di bidang air atau hidro tehnik tetapi hanya dua orang dan kesemuanya ditempatkan di bidang distribusi. Sedangkan untuk bidang yang lain seperti ekonomi, Teknik Sipil, manajemen dan sejumlah ahli madya PDAM Kota Surakarta sudah memilikinya dalam jumlah yang memadai. Walaupun begitu, masih banyak penempatan pegawai baik pegawai atasan maupun bawahan yang tidak sesuai dengan keahliannya. Misalnya Direktur Tehnik yang seharusnya diisi oleh Magister Tehnik dijabat oleh Magister Manajemen yang harusnya menjabat Direktur Umum, Kepala Bidang Langganan yang seharusnya dijabat oleh Sarjana Ekonomi atau Sospol dijabat oleh Sarjana Tehnik Geologi, kepala sub bagian kepegawaian

dijabat oleh Sarjana Pendidikan, dan pada bidang unit tehnologi sistem informasi hanya memiliki dua orang ahli informatika.

Sedangkan untuk poin prestasi pegawai, penilaian prestasi pegawai di PDAM Kota Surakarta dilakukan dengan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai) yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Hal-hal yang dinilai dalam DP3 antara lain meliputi kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan. Skala penilaian yang digunakan antara 1-100. Penilaian ini dilakukan langsung oleh atasan masing-masing bidang. (Wawancara dengan Drs.Suharno, Kasubag Kepegawaian tanggal 12 Januari 2010). Berdasarkan observasi penulis terhadap DP3 PDAM Kota Surakarta, nilai rata-rata prestasi pegawai PDAM Kota Surakarta adalah baik atau berada pada kisaran angka 75 keatas.

Selain melakukan penilaian prestasi berkala, PDAM juga telah melakukan pelatihan-pelatihan guna mengembangkan kualitas pegawai (Wawancara dengan Drs.Suharno, Kasubag Kepegawaian tanggal 12 Januari 2010). Akan tetapi, Kasubag enggan menyebutkan pelatihan apa sajakah yang telah diberikan oleh PDAM Kota Surakarta. Walaupun begitu, secara umu sudah ada upaya dari PDAM Kota Surakarta untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan pegawai.

Berdasarkan uraian diatas, kualitas pegawai PDAM Kota Surakarta masih banyak kekurangannya, tingkat pendidikan pegawai masih minim dan upaya PDAM untuk meningkatkan ketrampilan pegawai masih

belum optimal. Bahkan, penulis sendiri mengalami dan melihat bagaimana kualitas pegawai yang ditunjukkan oleh sikap Kasubag Kepegawaian yang terkesan seenaknya sendiri bahkan terlalu berbelit- belit dalam melayani dan memberikan penjelasan ketika penulis melakukan penelitian disana.

Selain itu, ketika penulis berada disana banyak sekali pegawai yang menganggur, tidak bekerja dan hanya bergerombol bercakap-cakap satu sama lain. Keadaan seperti ini seharusnya menjadi perhatian dari pimpinan PDAM dan jajarannya. Bidang Kepegawaian seharusnya dijadikan bagian sendiri bukan menjadi sub bagian dikarenakan pentingnya peran pegawai sendiri. Pegawai adalah mesin-mesin penggerak dalam tubuh organisasi, sehingga organisasi bisa mencapai hasil yang ingin dicapainya. Sikap dari kasubag adalah refleksi dari bawahannya, jika induknya sudah tidak beres, maka bisa diprediksi bagaimana sikap bawahannya.

b. Kepuasan Kerja Pegawai PDAM Kota Surakarta

Pegawai PDAM mempunyai persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kepuasan kerja yang melibatkan rasa aman, rasa adil, rasa menikmati, rasa bergairah, status dan kebanggaan. Dalam persepsi ini juga dilibatkan situasi kerja pegawai yang bersangkutan yang meliputi interaksi kerja, kondisi kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan promosi. Selain itu di dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian dengan antara kemampuan dan

keinginan pegawai dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, dan insentif. Situasi kerja pegawai PDAM Kota Surakarta dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu (1) Sifat Pekerjaan; (2) Pengawasan; (3) Gaji dan Insentif; (4) Peluang Promosi; (5) Hubungan dengan Rekan Kerja; yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Sifat Pekerjaan

Sifat pekerjaan ini berkenaan dengan bagaimana keadaan pekerjaan yang ada di PDAM Kota Surakarta. Sifat pekerjaan PDAM Kota Surakarta sangat relatif, sibuk atau tidaknya pekerjaan tergantung pada tugas dan tanggungjawab masing-masing. Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang staff pegawai PDAM bidang produksi, Bapak Martoyo :

”Kesibukan memang relatif, ada yang sibuk ada yang tidak. Jika dilapangan sangat sibuk sekali, dari klaten sampai batasan bengawan Solo di produksi ada pekerjaan tehnis disitu. Setiap hari pasti ada pekerjaan lapangan karena mesin pompa banyak sekali dan tempatnya dari Klaten sampau ujung timur ada semua” (Wawancara, 7 januari 2010).

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa sifat pekerjaan juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan apakah pekerjaan lapangan atau pekerjaan dikantor dan kesemuanya masih berada pada porsi yang normal. Dalam artian, pegawai tidak merasa terbebani dengan pekerjaan yang ada di PDAM Kota Surakarta.

2. Pengawasan

Pengawasan terhadap kinerja pegawai PDAM Kota Surakarta dilakukan oleh atasan mereka masing-masing bidang dan Badan Pengawas yang setiap akhir tahun melakukan penilaian atas kinerja PDAM meliputi aspek keuangan, operasional dan aspek administrasi. Pada poin ini lebih ditekankan pada pengawasan pegawai yang dilakukan oleh atasan masing-masing bidang. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kepala Bidang Layanan, Agustan SE bahwa pengawasannya dari atasan sendiri cukup ketat, karena setiap pegawai memang harus melaporkan yang dilakukannya terhadap atasannya. Pengawasan dilakukan melalui berbagai cara seperti absensi dan laporan bulanan (Wawancara tanggal 7 Januari 2010).

3. Gaji dan insentif

Gaji atau insentif yang diberikan oleh PDAM Kota Surakarta secara garis besar sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan porsinya masing-masing. Akan tetapi, secara kuantitatif gaji maupun insentif yang diberikan tersebut masih kurang memuaskan. Ini berarti dari segi gaji atau insentif PDAM belum mampu memberikan yang terbaik untuk pegawainya.

4. Peluang promosi

Menurut pernyataan bapak Agustan SE, Kepala Bidang Layanan, saat ini penilaian promosi jabatan masih sangat tertutup, tidak ada standar tertentu. Dalam artian, tidak ada kejelasan pertimbangan yang

diambil. Kadang pertimbangan yang diambil masih bersifat objektif bukan subjektif. Tidak ada fit and proper test terhadap kelayakan pegawai yang yang akan dipromosikan, terkadang juga langsung ditunjuk dari atasan.

”Saat ini menurut saya penilaian promosi jabatan masih sangat tertutup, tidak ada standar tertentu. Dalam artiannya, jika ingin menduduki pos jabatan tertentu harus ada pertimbangan tertentu yang bersifat objektif bukan subjektif, mungkin secara persyaratan seseorang memenuhi sayarat tetapi secara kemampuan kompetensi harus dites terlebih dahulu, pengalaman dan persayaratan yang lain juga harus dilihat terlebih dahulu, jadi tidak hanya persayaratan administratif saja. Tetapi yang paling bagus jika memang ada promosi harusnya harus ada fit and proper test kelayakan terhadap pegawai jadi tidak tiba-tiba ditunjuk kemudian dipromosikan. Secara umum saya tidak mengerti yang mereka inginkan” (Wawancara, 7 Januari 2010).

Menanggapi hal ini, Kasubag Kepegawaian, Drs. Suharno menegaskan bahwa promosi untuk kenaikan jabatan memang dilakukan setiap empat bulan sekali berdasarkan lamanya bekerja bukan berdasarkan prestasi.

5. Hubungan dengan rekan kerja

Secara umum hubungan antar sesama rekan kerja di PDAM Kota Surakarta sudah terjalin dengan baik dan sudah menciptakan kondisi kerja yang nyaman. Akan tetapi, hubungan itu terkadang masih terjalin pada masing-masing bidang sendiri-sendiri karena tidak ada forum khusus atau pertemuan rutin yang berupaya mempertemukan seluruh pegawai PDAM Kota Surakarta. Kebanyakan keakraban dan hubungan dengan rekan kerja terjalin dan terwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan perusahaan seperti olahraga, kegiatan paduan suara,

pengajian, solat berjamaah dan sebagainya tergantung hobi masing- masing. Sehingga hubungan antar rekan kerja yang intens antar bidang kebanyakan hanya terjalin pada atasan-atasan atau orang yang sering mobile. Akan tetapi, secara keseluruhan pegawai cukup nyaman dengan rekan kerja mereka.

Kondisi situasi kerja dilihat dari beberapa aspek diatas, akan berpengaruh terhadap kepuasan pegawai yang dapat dilihat dari semangat kerja, komitmen pada visi dan misi organisasi serta rasa ingin memiliki organisasi. Secara umum, pegawai yang puas terhadap pekerjaannya, gaji yang diberikan, pengawasan, kondisi lingkungannya dan fasilitas yang diberikan perusahaan akan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Semangat kerja yang tinggi ini akan membuat mereka berkomitmen terhadap visi dan misi organisasi, sehingga mereka akan mempunyai rasa kecintaan yang tinggi terhadap organisasi.

Dilihat dari semangat kerjanya, pegawai PDAM Kota Surakarta memiliki semangat kerja yang cukup. Mereka rata-rata senang bekerja di PDAM Surakarta walaupun terkadang mereka juga merasakan kebosanan dan kejenuhan terhadap pekerjaan mereka.

”Senang dan tidak itu relatif. Karena saya sudah lama bekerja disini, maka sudah menyesuaikan diri, jadi mau tidak mau akan terasa senang. Pada intinya ya cukup senang, tidak terlalu senang tapi juga tidak terlalu kecewa” (Wawancara, 7 Januari 2010 dengan bapak Martoyo, staff produksi PDAM).

Menurut Bapak Agustan SE, Kepala Bidang Layanan, senang atau tidak terhadap pekerjaan itu menyangkut masalah penguasaan. Jika kita

menguasai pekerjaan maka kita akan merasa nyaman dan tidak ada masalah, tetapi jika kita dihadapkan pada pekerjaan yang tidak kita kuasai, maka tingkat stressnya akan sangat tinggi. Begitu juga dengan tingkat kebosanan, setiap orang pasti merasa bosan. Tetapi semua kembali pada diri orang tersebut.

” ...ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk merefleksikan rasa bosan, jika kita bijaksana maka kita harus mengevaluasi diri kita juga, karena memang rasa bosan itu penyebabnya macam-macam mungkin ada faktor tekanan, ada masalah yang dihadapi, hubungan dengan teman yang bermasalah, tetapi sepanjang ini bisa dihadapi maka tidak akan jadi masalah. Apalagi jika kita punya mobile tinggi tidak harus kerja dikantor” (Wawancara 7 januari 2010 dengan Bapak Agustan, SE)

Sedangkan komitmen mereka terhadap visi dan misi bida dikatakan masih kurang. Sebagian besar pegawai PDAM Kota Surakarta kurang memahami visi dan misi PDAM Kota Surakarta, sehingga visi dan misi tersebut masih sebatas tulisan diatas kertas dan belum dipahami sepenuhnya oleh pegawai PDAM Kota Surakarta. Pegawai PDAM Kota Surakarta baru sebatas memahami moto perusahaan mereka yaitu melayani dengan bersih. Hal ini diakui oleh Bapak Agustan SE :

”Komitmennya sangat kurang, tidak semua pegawai memahaminya. Kita kan mau jadi perusahaan yang profesional, nah penjabarannya ada pada visinya, kita kan misinya ada tiga yaitu air minum, pengelolaan limbah cair, dan kolam renang serta fasilitas yang lain. Pencapaian visi itu penjabarannya dari misi yang telah dibangun. Top downnya belum berjalan dengan baik, entah karena faktor leadership atau apa saya juga tidak mengerti. Tetapi itu tidak mengurangi semangat saya bekerja, karena bekerja dalam perusahaan besar memang tidak segampang diperusahaan lain, karena PDAM birokrasinya masih kental, sehingga semuanya butuh waktu. Tetapi bukan berarti tidak mungkin mereka akan berkomitmen, saya hanya melihat potensi seperti itu sangat besar hanya masalah waktu saja,

artinya masalah waktu bisa cepat atau lambat, hal tersebut tergantung sopirnya. Jika sopirnya mengendarai mobilnya lancar maka akan cepat, tetapi jika tertatih-tatih maka akan lambat” (Wawancara 7 januari 2010)

Pemahaman yang rendah terhadap visi dan misi PDAM membuat rasa kecintaan mereka terhadap organisasi ini juga masih kurang. Pegawai merasa senang dengan organisasi ini ketika mereka merasa organisasi ini bisa memberikan kesejahteraan yang cukup bagi pegawainya terutama pegawai bawahan.

”Ya saya senang dengan organisasi ini, tetapi Saya rasa PDAM ini memang harus lebih maju karena hal itu akan mempengaruhi kesejahteraan pegawainya” (Wawancara, 7 Januari 2010 dengan bapak Martoyo, staff produksi PDAM).

Secara umum, dilihat dari semangat kerja yang cukup, komitmen terhadap visi dan misi yang masih kurang serta rendahnya kecintaan mereka terhadap organisasi, maka pegawai PDAM Kota Surakarta kurang merasa puas dengan fasilitas kerja dan kondisi pekerjaan mereka di PDAM Kota Surakarta. Dalam artian bahwasanya jika dapat dinilai dengan skala 1 sampai 10 maka tingkat kepuasan pegawai hanya berada pada skala 6 atau kurang puas. Ini berarti antara harapan pegawai PDAM dengan kenyataan yang didapat pegawai ditempatnya bekerja belum begitu sesuai, masih perlu banyak diadakan perubahan dan perbaikan untuk lebih meningkatkan kualitas dan kesejahteraan pegawai PDAM.

Berdasarkan uraian diatas, jika dilihat dari kualitas pegawai dan kepuasan pegawai PDAM, maka dapat disimpulkan jika kinerja Sumber Daya

Manusia di PDAM Kota Surakarta belum bisa bekerja secara optimal walaupun secara kuantitatif jumlah SDM-nya sangat besar. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain karena kurangnya pembinaan dan contoh yang baik dari pimpinan serta tidak ada wadah yang formal untuk mengikat kebersamaan seluruh pegawai PDAM.

Dokumen terkait