• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Aspek Finansial Studi Kelayakan

Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) digunakan untuk menghitung berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis, selain itu juga dipelajari darimana kemungkinan dana tersebut diperoleh. Kegiatan bisnis dapat dibiayai dari dua sumber, modal sendiri atau modal pinjaman. Pada studi kelayakan bisnis,

cashflow menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh pihak

manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Setelah itu dilakukan analisis finansial dari suatu bisnis dapat menggunakan analisis laba rugi, analisis kriteria

19 kelayakan investasi, analisis break event point serta analisis nilai pengganti (switching value).

1. Arus Kas (Cashflow)

Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung dalam bisnis tersebut. Aliran penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow) tersebut dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow), yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi kondisi kas pada suatu peride tertentu (Nurmalina et al 2010). Suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari :

a. Arus penerimaan (Inflow)

Arus penerimaan atau inflow didalamnya akan dimasukkan setiap komponen yang merupakan pemasukan dalam bisnis. Komponen yang termasuk ke dalam inflow antara lain: nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa, salvage value (Nurmalina et al 2010).

b. Arus pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluran adalah aliran yang menunjukkan pengurangan pada kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan bisnis. Komponen yang terdapat dalam outflow diantarnya: biaya investasi, biaya operasional (biaya tetap maupun biaya variable), dan biaya lainnya yang telah dikeluarkan.

20 c. Manfaat Bersih (Net benefit)

Manfaat bersih adalah total manfaat yang diperoleh dari total inflow dikurangi total outflow.

2. Analisis laporan laba rugi

Laporan laba rugi adalah suatu proses keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu usaha perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output diantaranya adalah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku (Nurmalina et al 2010). Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum, dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harga tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Pengurangan laba operasi setelah bunga dan pajak akan menghasilkan laba bersih.

21 3. Analisis kriteria kelayakan investasi

Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi (Nurmalina et al 2010). Menurut Nurmalina (2010) beberapa kriteria investasi diantaranya sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih

antara total Present Value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.

2. IRR (Internal Rate of Return)

Internal Rate of Return adalah cara untuk menghitung besarnya

tingkat keuntungan rata-rata bersih yang dihasilkan proyek tiap tahun selama umur ekonomis proyek tersebut. Investasi dikatakan layak, jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku di pasar modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku di pasar modal maka bisnis tersebut tidak layak dilaksanakan. Hasil nilai IRR akan menghasilkan nilai NPV yang nol.

3. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

Perhitungan Net B/C berfungsi untuk melihat perbandingan antara jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan pada usaha dengan keseluruhan

22 jumlah manfaat yang diperoleh. Usaha ini dikatakan layak, jika perhitungan Net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan satu.

4. PP (Payback Period)

Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi,dihitung dari aliran kas bersih (net). Periode pengembalian biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun (Soeharto, 1997).

Perhitungan Payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi modal kembali, dilihat dari keuntungan bersih proyek sesudah diperhitungkan pajak perusahaan. Semakin cepat investasi kembali, maka semakin baik bagi pemilik modal (Nurmalina et al, 2010).

Pasaribu (2012) menyatakan Payback periode tersebut akan mengabaikan nilai uang pada saat sekarang (present value). Untuk mengukur

payback period dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Menggunakan Net Benefit Kumulatif,

b. Dapat Menggunakan Net Benefit rata-rata setiap tahun. 4. Analisis BEP(Break Even Point)

Titik impas (break event point) adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatn yang sama besarnya dengan biaya produksi yang di keluarkan. (Soeharto, 1997).

23 Dalam studi kelayakan bisnis tujuan analisis titik impas (BEP) adalah sebagai berikut : (a) untuk mengetahui berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi agar bisnis tidak rugi. (b) untuk mengetahui berapa harga terendah yang harus di tetapkan. (Nurmalina,2010).

5. Analisis nilai pengganti (switching value)

Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output atau penurunanproduksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga

input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar

bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al 2010). Perhitungan nilai pengganti (switching value) mengacu pada seberapa besar perubahan terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. Pada kondisi NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C sama dengan satu. Dengan melakukan analisis

switching value, dapat diketahui besarnya perubahan maksimum dari

komponen inflow maupun outflow yang masih boleh terjadi agar mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan. Hasil analisis ini juga dapat mengetahui perubahan komponen mana (inflow atau outflow) yang paling sensitif terhadap layak atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan.

24 2.5 Teori Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

Gittinger (1986) mendefinisikan biaya adalah segala sesuatu yang dapat mengurangi tujuan dari bisnis yang dijalankan. Biaya yang dikeluarkan sebelum bisnis berjalan dan selama kegiatan operasional bisnis berlangsung. Boediono (1998) menyatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan.

Gambar 1. Fungsi biaya sumber : Boediono 1998

Gambar 1 menunjukkan bahwa biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variable serta total biaya. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu. Biaya jenis ini tidak pernah berubah dalam hubungannya dengan jumlah satuan yang diproduksikan. Komponen biaya tetap meliputi sewa, penyusutan, pajak, dan sebagainya. Biaya variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding degan bertambahnya volume kegiatan. Jenis

25 biaya ini jumlahnya bertambah sesuai dengan bertambahnya volume produksi sehingga biaya-biaya per satuannya cenderung bertambah pula. Biaya total (Total

Cost) adalah jumlah total biaya tetap (Fixed Cost) dan total biaya variabel

(Variabel Cost). Komponen biaya variabel meliputi biaya-biaya seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya dapat dibedakan menjadi:

1. Biaya modal atau Investasi, merupakan dana untuk investasi yang penggunannya bersifat jangka panjang. Contoh biaya modal seperti dana yang digunakan untuk pembelian tanah, pembuatan bangunan maupun pabrik, serta pembelian mesin. Biaya modal yang dikeluarkan biasanya dalam jumlah besar dimana dapat dikatakan sebagai biaya investasi dalam menjalankan suatu usaha. Jumlah uang yang dikeluarkan dalam hal pembelian tanah, pembuatan bagunan maupun pabrik pasti membutuhkan dana atau modal dalam jumlah yang besar.

2. Biaya operasional atau modal kerja, merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat kegiatan proyek mulai dilaksanakan. Contoh biaya operasional seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya operasional ini nantinya akan dibagi menjadi dua komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap ini akan dikeluarkan setiap kali melakukan suatu proses produksi dan besaran biaya yang dikeluarkan tidak diperngaruhi apabila terdapat penambahan input seperti jumlah input yang digunakan. Adapun biaya tetap ini seperti biaya sewa lahan dan lain sebagainya. Biaya variable ini selalu berubah-ubah tergantung dari input

Dokumen terkait