• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Penelitian Terdahulu

yang digunakan seperti jumlah bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan output.

3. Biaya lainnya, merupakan biaya selain biaya modal dan operasional yang dikeluarkan selama proyek berjalan. Contoh dari biaya lainnya seperti pajak. Menurut Rahim dan Diah (2008), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan menurut Hernanto (1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi.

Usaha peternakan puyuh juga pasti terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima dari kegiatan usaha tersebut. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha peternakan puyuh salah satunya adalah biaya pemeliharaan kandang. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan adalah biaya pembelian pakan puyuh, bibit puyuh, dan sebagainya. Manfaat atau penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usaha peternakan puyuh ini adalah hasil penjualan telur puyuh, karkas, kotoran puyuh dan hasil olahan puyuh.

2.6 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis kelayakan usaha diantaranya dilakukan oleh Asanti (2011) meneliti mengenai Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum perusahaan dan aspek-aspek kelayakan usaha seperti aspek teknis atau operasi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek

27 ekonomi dan sosial, aspek lingkungan, dan aspek pasar yang terdapat pada perusahaan tersebut. Metode kuantitatif pada studi kelayakan ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha pengolahan buah dengan menggunakan kriteria penilaian kelayakan yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return ( IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Return Of Invesment (ROI), Pay back Period (PP) dan Break Event Point (BEP). Hasil analisis kelayakan finansial dengan nilai NPV pada DF 14% sebesar 147.726.588 positif, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga Bank (14%) yaitu 62,89%, nilai Net B/C lebih besar dari satu yaitu 2,15 PP selama 1 tahun 3 bulan, ROI 68,6 dan BEP harga jual jus per botol sebesar 2.433 dan Rp. 8.960 untuk sirup buah.

Wahyuri (2012) meneliti mengenai Analisis Produksi Peternakan Puyuh (Studi Kasus Di Peternakan Masagena Kecamatan Tenayan Raya) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkembangan usaha peternakan puyuh di Peternakan Masagena dari tahun 2006 sampai 2010, menganalisis aspek-aspek produksi usaha ternak puyuh di Peternakan Masagena, mengetahui tingkat kelayakan usaha ternak puyuh di Peternakan Masagena. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara Peubah yang diukur daya tetas, angka kematian, produksi telur hen day, produksi daging, by product, Net

Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate Of Return

(IRR).

Hariyanto (2012) melakukan penelitian mengenai “Analisis Kelayakan Finansial Dan Prospek Pengembangan Peternakan Puyuh Surya Unggas Jaya” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan finansial peternakan

28 puyuh, sensitivitas kelayakan usaha terhadap kenaikan harga pakan, penurunan harga telur puyuh, dan penurunan produksi telur puyuh, serta prospek pengembangan usaha. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive method) di Peternakan Puyuh Surya Unggas Jaya dengan menggunakan metode deskriptif– analitik. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dengan kriteria NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Profitability Ratio, dan payback

period, analisis sensitivitas kelayakan usaha dan analisis SWOT. Hasil penelitian

yang diperoleh yaitu: (1)Usaha Peternakan Puyuh Surya Unggas Jaya layak untuk diusahakan dengan nilai kriteria investasi Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 191.570.762, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,50, Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) sebesar 1,06, Internal Rate of Return (IRR) 23,03%, Profitability Ratio (PR) sebesar 2,35, Payback Period (PP) adalah 4,68 atau 4 tahun, 8 bulan, dan 4 hari. (2) Peternakan Puyuh Surya Unggas Jaya peka terhadap kenaikan harga pakan, penurunan harga telur puyuh, dan penurunan output produksi telur puyuh. (3) Usaha Peternakan Puyuh Surya Unggas Jaya memiliki prospek baik untuk diusahakan karena berada pada posisi white area (bidang kuat berpeluang)

Pangestuti (2009) meneliti mengenai Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh Pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kelayakan non finansial usaha PPBT pada saat ini (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha PPBT pada usaha puyuh petelur, usaha puyuh petelur dan pembibit maupun pada rencana perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit, (3)

29 Menganalisis sensitivitas usaha PPBT, apabila terjadi penurunan produksi telur akibat serangan penyakit dan peningkatan harga pakan. Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial dalam bentuk deskriptif. Sedangkan untuk data kuantitatif di analisis menggunakan kriteria kelayakan investasi NPV, IRR, Net B/C, PP dan analisis sensitivitas. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha peternakan puyuh yang dijalankan oleh PPBT layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi PPBT dari tiap-tiap aspek. Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga pola usaha. Pola usaha I yaitu usaha puyuh petelur dengan populasi 12.000 ekor dihasilkan nilai NPV Rp 145.175.809,-; Net B/C 1,77; IRR 32 persen dan Payback Period 3,93 tahun atau 3 tahun 11 bulan 5 hari. Pola usaha II yaitu usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 12.000 ekor, dengan nilai NPV Rp. 171.209.542,- ; Net B/C 1,58; IRR 27 persen dan Payback Period 4 tahun 4 bulan 2 hari. Untuk pola usaha III yaitu pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 24.000 ekor, diperoleh NPV Rp 800.958.779,- ; Net B/C 3,56; IRR 78 persen dan Payback Period 2 tahun 4 bulan 13 hari. Hasil analisis finansial menunjukkan ketiga pola usaha puyuh PPBT layak untuk dijalankan. Berdasarkan perbandingan hasil analisis kelayakan, maka pola usaha III (pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit) merupakan pola usaha yang memberikan keuntungan paling besar

30 dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha II. Nilai NPV pola usaha III lebih besar dari pola usaha I dan II. Demikian pula dengan hasil nilai Net B/C dan IRR pada pola usaha III lebih besar dibandingkan kedua pola yang lainnya. Masa pengembalian biaya investasi (payback periode) pola usaha III juga lebih cepat dibandingkan pola usaha I dan II. Jenis pola usaha yang memiliki tingkat sensitivitas terkecil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi adalah pola usaha III yaitu usaha pengembangan puyuh petelur dan pembibit pada populasi puyuh 24.000 ekor dengan batas maksimal penurunan produksi telur sebesar 12,5335 persen dan kenaikan harga pakan 15,2893 persen. Menurut perbandingan hasil analisis switching value, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perubahan jumlah produksi telur puyuh adalah perubahan yang paling sensitif terhadap kelayakan ketiga pola usaha apabila dibandingkan dengan perubahan harga pakan. Selain itu pola usaha III merupakan jenis usaha yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dengan batas maksimal kenaikan biaya usaha sebesar 9,6735317 persen.

Dokumen terkait