• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data melalui beberapa cara yaitu :

1. Observasi adalah pengumpulan data dengan observasi langsung atau mengamati objek penelitian secara langsung sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata mengenai keadaan peternakan .

2. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara langsung antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi yang diberikan.

3. Studi literatur adalah pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku atau majalah, dokumen-dokumen dan sumber data lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek kelayakan usaha.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis biaya, pendapatan, kelayakan usaha finansial usaha peternakan puyuh pada Kelompok Wanita tani Rahayu. Analisis kelayakan usaha menggunakan penilaian kriteria kelayakan yaitu : analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of

Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), masa pengembalian investasi

(Payback Period atau PP), dan analisis titik impas (Break Event Point atau BEP) untuk menganalisis kriteria tersebut menggunakan arus kas (cashflow). Perhitungan cashflow memberikan gambaran mengenai arus manfaat (inflow) dan arus biaya (outflow). Analisis sensitivitas menggunakan analisis nilai pengganti

35 (Switching value). Data tersebut diperoleh dengan menggunakan bantuan kuesioner. Selanjutnya, Data yang diperoleh diolah dengan menggunakaan

Software Microsoft Excel .

1. Analisis laporan laba rugi

Laporan laba rugi berisi tentang penerimaan, pengeluaran, dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi (Nurmalina et al 2010). Nurmalina (2010) menyatakan bahwa laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Hasil analisis laporan laba rugi ini untuk menilai berapa manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya dan dari hasil analisis laporan laba rugi akan diperoleh besarnya pajak yang akan digunakan dalam perhitungan arus kas (cashflow). Selain itu, terdapat bagian biaya yang dapat mengurangi laba bersih yaitu biaya penyusutan. Biaya penyusutan merupakan biaya atas barang-barang investasi yang nilainya disusutkan setiap tahunnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung penyusutan yaitu dengan menggunakan metode perhitungan garis lurus.

𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =Nilai beli − nilai sisa 𝑢𝑚𝑢𝑟𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

Nilai beli merupakan harga beli suatu peralatan atau barang investasi. Umur ekonomis merupakan umur dimana suatu barang peralatan atau barang investasi tersebut masih memberikan manfaat yang optimal. Nilai sisa merupakan nilai suatu barang investasi apabila telah habis umur pakainya yang masih memberikan nilai jika ditukar maupun dijual kembali.

36 2. Analisis Kriteria Kelayakan Investasi

Menurut Nurmalina (2010), analisis kriteria kelayakan investasi terdiri dari: a. Analisis Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) usaha Peternakan puyuh Kelompok Wanita Tani

Rahayu adalah selisih nilai sekarang (present value) dari selisih benefit (manfaat) dengan cost (biaya). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha peternakan puyuh Kelompok Wanita Tani Rahayu selama umur proyek pada tingkat discount rate tertentu. NPV secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al, 2010):

𝑁𝑃𝑉 = B𝑡 (1 + i)𝑡 𝑛 𝑡=1C𝑡 (1 + i)𝑡 𝑛 𝑡=1 = Bt − Ct

(1 + i)𝑡= PV Manfaat bersih

𝑛

𝑡=1

Keterangan :

NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t Bt = Manfaat pada tahun t (Rp)

Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Dalam evaluasi suatu proyek investasi, apabila perhitungan NPV ≥ 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut berada pada posisi tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain proyek tersebut berada pada posisi break event point (BEP) dimana TR=TC. Jika nilai NPV ≤ 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

37 b. Analisa Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara

jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present

value yang negatif (sebagai penyebut). Net Benefit Ratio (Net B/C) digunakan

untuk melihat berapa besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C ratio dihitung terlebih dahulu benefit bersih yang telah di Discount Factor (DF) untuk setiap tahun. Rumus Net B/C ratio sebagai berikut (Nurmalina et al 2010) :

𝑁𝑒𝑡𝐵 𝐶 = Bt−Ct 1+i 𝑡 𝑛 𝑡=1 Bt−Ct 1+i 𝑡 𝑛 𝑡=1 (Bt − Ct) > 0 (Bt − Ct) < 0 Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,....,n) i = Tingkat suku bunga (%)

n = Umur proyek

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C ≥ 1, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C ≤ 1.

c. Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat NPV

peternakan puyuh Kelompok Wanita Tani Rahayu bernilai nol. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi

38 dan dinyatakan dalam satuan persen. IRR dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Nurmalina et al 2010) :

IRR = i1 NPV1

NPV1− NPV2X (i2− i1) Keterangan :

IRR = Tingkat pengembalian internal NPV1 = Nilai Net Present Value yang positif NPV2 = Nilai Net Present Value yang negatif

i1 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV positif i2 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV negatif

Suatu usaha dinyatakan layak untuk dikembangkan jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku. Jika IRR sama dengan tingkat suku bunga berlaku maka usaha dinyatakan tidak untung atau tidak rugi. Sedangkan usaha dinyatakan tidak layak untuk dikembangkan jika IRR kurang dari tingkat suku bunga berlaku.

d. Pay back period

Pay Back Period adalah jangka waktu pengembalian modal investasi yang

akan di bayarkan yang melalui keuntungan diperoleh proyek tersebut (Pasaribu,2012). Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata (Nurmalina et al 2010). Rumus payback periode yang digunakan adalah :

𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = I Bt

39 dimana :

I = Jumlah Investasi

Bt = Net Benefit rata-rata tiap tahun

Payback period digunakan melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang. Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback periodenya maka usulan investasi dapat diterima. Metode Payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi.

3. Analisis Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha

dimana jumlah manfaat (pendapatan) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan kata lain pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi (Fatah, 1994). Break Event Point dirumuskan sebagai berikut :

BEP Produksi =Total Biaya Produksi Harga Penjualan

BEP Harga = Total Biaya Total produksi

4. Analisis nilai pengganti (Switching value)

Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al (2010) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value).

Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut NPV yang

40 tingkat suku bunga (pinjaman atau deposito). Analisis nilai pengganti dilakukan dengan cara mengubah besarnya suatu komponen inflow dan outflow seperti kenaikan harga pakan ataupun kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga jual dari produk yang dihasilkan ataupun penurunan volume produksi yang dihasilkan. Besarnya perubahan ditentukan secara trial dan error (coba-coba) hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial sehingga usaha masih dinyatakan layak untuk dijalankan (Nurmalina et al, 2010).

Analisis switching value yang akan dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha peternakan puyuh pada kelompok wanita tani rahayu. Variabel yang dianggap paling mempengaruhi pada komponen inflow yaitu variabel penurunan produksi telur puyuh sedangkan variabel yang paling mempengaruhi pada komponen outflow yaitu variabel harga pakan puyuh pada peternakan puyuh kelompok wanita tani Rahayu.

Dokumen terkait