• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN

DAERAH

Target Realisasi % 1 Persentase penurunan emisi Gas Rumah Kaca

dengan baseline emisi GRK tahun 2005

6% 9,60 % 160% 2 Persentase status mutu air tercemar berat :

- sungai 62% 44% 141%

- situ/waduk 34,50% 16% 216%

- air tanah 9% 18% 51%

- laut/teluk 15% 60% 25%

Rata-rata capaian kinerja 86,6%

Untuk mencapai sasaran diatas, pada tahun 2015 telah dianggarkan sejumlah program kegiatan anggaran sebesar Rp5.640.158.250,- dengan realisasi sebesar Rp3.357.696.000,- atau 59,53%.

Dalam rangka pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 30% Tahun 2030 di Jakarta. Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 131 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK). Dalam lampiran Pergub ini disebutkan bahwa tahun dasar perhitungan emisi GRK adalah tahun 2005 dengan baseline emisi sebesar 34,67 juta ton CO2e dan proyeksi emisi GRK pada tahun 2030 (BAU=Business As Usual) sebesar 113,94 juta ton CO2e, Target penurunan emisi GRK tahun 2030 di Jakarta adalah sebesar 34,18 juta ton CO2e

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-38 yang dapat dicapai melalui berbagai aksi mitigasi yang dilakukan oleh SKPD dan UKPD. Sampai akhir tahun 2015 penurunan emisi GRK di Provinsi DKI Jakarta sudah mencapai 9,6% dengan target sebesar 6%, Hal ini berarti di tahun 2015 sasaran mitigasi GRK yang tertuang dalam RAD-GRK DKI Jakarta telah melebihi target tahunan pada tahun 2015,

Dari berbagai aksi mitigasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui :

a. Program pembangunan, peningkatan kualitas dan pemeliharaan

pencahayaan kota

b. Program peningkatan kinerja pengelolaan persampahan c. Program pembangunan/peningkatan jalan dan jembatan

Untuk mencapai program tersebut dilaksanakan 3 kegiatan pembangunan yang berkonstribusi terbesar dalam mitigasi GRK di DKI Jakarta. Ketiga kegiatan tersebut adalah :

a. Penerapan Busway pada 15 koridor, yang menurunkan penurunan emisi sebesar 333,034 ton CO2e

b. Penggunaan lampu PJU hemat energi, yang menurunkan penurunan emisi sebesar 17,099 ton CO2e

c. Recovery gas methane di TPST Bantar Gebang yang menurunkan penurunan emisi sebesar 139,439 ton CO2e dan program komposting yang dilakukan oleh masyarakat telah menurunkan emisi sebesar 25,274 ton CO2e

Beberapa kendala yang terjadi dalam penurunan emisi GRK disebabkan beberapa faktor antara lain belum terlaporkannya semua aksi mitigasi yang terjadi, adanya perubahan rencana aksi mitigasi, adanya aksi mitigasi yang belum tercantum dalam RAD-GRK DKI Jakarta, adanya perubahan metodologi, perbedaan faktor emisi, dan lain-lain, Pelaporan aksi mitigasi GRK harus ditunjang oleh data teknis, tanpa adanya data teknis yang akurat, karena laporan mitigasi

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-39 tersebut akan diaudit oleh lembaga indenpenden yang bersertifikat sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 15 tahun 2013 tentang Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi Aksi Mitigasi Perubahan Iklim.

Penurunan emisi pada tahun 2015 mencapai 9,6% yang meningkat hampir 2,89% dari tahun 2014 yang hanya sebesar 6,71%, Demikian juga jika dibandingkan dengan target penurunan emisi Gas Rumah Kaca sampai dengan tahun 2017, penurunan emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2015 sudah melebihi target akhir Renstra 2017 yaitu sebesar 8%, sehingga total capaian kinerja mencapai 117%.

Kegiatan-kegiatan yang terkait dalam mencapai penurunan emisi Gas Rumah Kaca adalah Evaluasi Target Pencapaian Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), Pembinaan Implementasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK), Pelaksanaan Program Perlindungan Lapisan Ozon (PLO), Inventori Gas Rumah Kaca, Implementasi Program Kampung Iklim, dan Diseminasi Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) Tingkat Provinsi DKI Jakarta.

Permasalahan pelaksanaan program dan kegiatan urusan lingkungan hidup juga masih dihadapkan pada besarnya beban pencemar lingkungan pada sumber daya air terutama pada perairan teluk Jakarta yang merupakan muara dari aliran sungai-sungai baik di hulu maupun hilir Jakarta, dimana beban pencemar tersebut berasal dari limbah kegiatan usaha (instansional) dan lebih dominan dari limbah rumah tangga (domestik).

Metode Indeks Pencemaran digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan, Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukkan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukkan bagi seluruh atau sebagian badan air. Metode ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya badan air dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter tertentu. Evaluasi terhadap nilai IP adalah berdasarkan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-40 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Prosentase status mutu air didapatkan dengan cara membandingkan jumlah titik sampel yang berdasarkan perhitungan metode Indeks Pencemaran (IP), yaitu perbandingan jumlah titik sampel tercemar berat dengan jumlah total titik sampel dikalikan dengan 100%. Hasil pemantauan terhadap kualitas air sungai, didapatkan prosentase rata-rata dari 3 (tiga) periode pemantauan untuk 80 titik sampel per periode untuk kategori tercemar berat dengan metode Indeks Pencemaran (IP) adalah 44%.

Untuk Air Situ/Waduk, didapatkan prosentase rata-rata dari 2 (dua) periode pemantauan untuk untuk kategori tercemar berat dengan metode Indeks Pencemaran (IP) adalah 16%. Dengan jumlah situ/waduk yang masuk kategori tercemar berat pada pemantauan periode pertama dan kedua sebanyak 11 situ/waduk dari 40 situ/waduk yang dipantau. Hasil pemantauan terhadap kualitas air tanah, didapatkan prosentase rata-rata dari 2 (dua) periode pemantauan untuk untuk kategori tercemar berat dengan metode Indeks Pencemaran (IP) adalah 18%, dimana dari 197 titik pantau tidak ada yang masuk kategori tercemar berat.

Sementara hasil pemantauan terhadap kualitas perairan laut dan muara teluk Jakarta, didapatkan prosentase rata-rata dari 3 (tiga) periode pemantauan untuk 33 titik sampel untuk kategori tercemar berat dengan metode Indeks Pencemaran (IP) adalah 60%. Meskipun demikian data tersebut hanya berdasarkan data hasil sampling pada saat dilakukan sampling di titik tersebut. Oleh karena itu data realisasi dapat berubah naik atau turun tergantung kondisi pada saat dilakukan sampling di titik tersebut.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi status air tercemar berat antara lain dengan percepatan pembangunan saluran perpipaan limbah domestik secara terpadu diseluruh DKI Jakarta serta meningkatkan kinerja tugas dan fungsi dari setiap SKPD yang berkaitan dengan penanganan air limbah baik dari kegiatan usaha maupun air limbah domestik (rumah tangga).

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-41 Untuk mencapai sasaran BPLHD mempunyai program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dengan kegiatan-kegiatan yang menunjang penurunan status air tercemar berat adalah Pemantauan Kualitas Air Sungai, Pemantauan kualitas air situ/Waduk, Pemantauan kualitas Air Tanah dan Pemantauan Kualitas Perairan Laut dan Muara Teluk Jakarta.

13. Meningkatnya Kesiapsiagaan Masyarakat dan Kelembagaan

Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana dan Dampak

a. Jumlah Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang Kompeten dan Terampil Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan kelembagaan pemerintah daerah dalam upaya pengurangan resiko bencana dan dampak salah satu indikator kinerjanya adalah meningkatkan kompeten dan terampil Taruna Siaga Bencana (Tagana). Dalam mendukung Indikator tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah memiliki program diantaranya adalah:

1) Program Penataan Kelembagaan, Ketatalaksanaan dan SDM Aparatur melalui kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan SDM petugas internal dan eksternal dengan pagu anggaran sebesar Rp2.561.853.390,- dengan realisasi sebesar Rp1.579.154.320,- atau sebesar 61,64%.

2) Program Pengurangan Resiko Bencana dan Kesiapsiagaan Pra Bencana melalui kegiatan antara lain :

a. Pembentukan Kader Penanggulangan Bencana di lima wilayah kota dan satu kabupaten;

b. Peningkatan Kapasitas bagi Penyandang Disabilitas;

c. Peningkatan Wawasan Pengelola Gedung dan Petugas Pelaksana Teknis Gedung Bertingkat Di Provinsi DKI Jakarta;

d. Dukungan Operasional Penanganan Bencana Daerah;

e. Dukungan Pelaksanaan Tim Assesment dan Penanganan Psikososial; f. Operasional Gudang Buffer Stock Penanggulangan Bencana Daerah;

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-42 h. Piket siaga bencana di lima wilayah Kota dan satu Kabupaten.

Kegiatan-kegiatan di atas dilaksanakan dengan pagu anggaran sebesar Rp7.542.153.401,- dan realisasi Rp3.162.641.273,- atau sebesar 41,93%. Dengan program-program tersebut pencapaian jumlah Tagana yang kompeten dan terampil di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015 sebanyak 6.430 orang dari jumlah target Indikator Provinsi DKI Jakarta sebanyak 2.424 orang atau dengan persentase 265,26%.

Tabel III,17

Capaian jumlah Tagana yang kompeten dan terampil

No Sasaran IKU Target Realisasi %

1 meningkatnya

kesiapsiagaan masyarakat dan kelembagaan pemerintah daerah dalam upaya pegurangan resiko bencana dan dampak

1 jumlah taruna siaga bencana (Tagana) yang kompeten dan terampil 2.424 orang 6.430 orang 265,26

b. Jumlah (anggota) Organisasi Masyarakat Peduli Bencana/Balakar Barisan Sukarelawan Kebakaran adalah suatu satuan organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wujud tanggung jawab masyarakat dalam berpartisipasi mencegah dan menanggulangi kebakaran di suatu lingkungan Rukun Warga, Barisan tersebut telah dilatih dan dididik oleh Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta. Jumlah Barisan Sukarelawan Kebakaran (Balakar) diatas tersebar di 6 wilayah Kota/Kabupaten di DKI Jakarta.

Tabel III.18 Capaian IKU jumlah Balakar NO Wilayah Jumlah Balakar Jumlah Balakar Yang Di Piketkan Capaian (%) 1 Jakarta Pusat 561 Orang 241 Orang 43 2 Jakarta Utara 536 Orang 285 Orang 53 3 Jakarta Barat 583 Orang 375 Orang 64 4 Jakarta

Selatan

431 Orang 241 Orang 56 5 Jakarta Timur 589 Orang 302 Orang 51 6 Kepulauan

Seribu

100 Orang - Orang 0 2.800 Orang 1.444 Orang 51

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-43 Tugas Balakar meliputi :

1) melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dini di lingkungannya;

2) membantu melakukan pengawasan, menjaga dan memelihara

prasarana dan sarana pemadam kebakaran dilingkungannya;

3) membantu melaksanakan piket jaga di pos pemadam kebakaran dan pos terpadu di lingkungan masing-masing serta kegiatan lainnya bilamana dibutuhkan;

4) melaporkan terjadinya kebakaran; dan

5) melaporkan kegiatan yang menimbulkan ancaman kebakaran.

Untuk mencapai Indikator kinerja tersebut Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan memiliki program peningkatan pencegahan kebakaran dan program Penyelamatan dengan pagu anggaran sebesar Rp25.634.400.000,- dengan realisasi sebesar Rp2.459.993.000,- atau 9% dari anggaran meliputi beberapa kegiatan di bawah ini:

1) Penyediaan Jasa Sewa Jaringan Komunikasi Data

2) Implementasi dan pengujian urusan Laboratorium Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Daerah

3) Antisipasi Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan TA. 2015 4) Pengelolaan Dokumentasi Kebakaran

5) Penyusunan SOP, Simulasi dan Gladi Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan

6) Pengadaan Sistem Alarm Kota

7) Bimbingan Teknis Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan 8) Pendidikan dan Pelatihan Petugas Penanggulangan Kebakaran dan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-44

14. Tersedianya Rumah Layak Dan Terjangkau Untuk Semua

Kelompok Masyarakat

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penyediaannya menjadi tanggung jawab pemerintah. Pemenuhan kebutuhan rumah masih dihadapkan pada masalah penyediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat Jakarta. Sementara kebutuhan rumah terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan keluarga baru. Pemenuhan kebutuhan rumah dihadapkan pada keterbatasan lahan di wilayah Jakarta, sehingga penyediaan kebutuhan rumah oleh pemerintah dan swasta lebih banyak dibangun secara vertikal dibandingkan dengan rumah horizontal yang membutuhkan lahan besar. Namun, penyediaan hunian secara vertikal masih dihadapkan pada adanya kesenjangan budaya masyarakat yang belum terbiasa tinggal di hunian vertikal.

Indikator kinerja sasaran beserta target dan realisasi capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel III.19

Capaian IKU Presentase jumlah kebutuhan tempat tinggal yang terpenuhi

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Dokumen terkait