BAB II LANDASAN TEORI
A. KEBAHAGIAAN
2. Aspek kebahagiaan
Terdapat tiga aspek kebahagiaan menurut Seligman (2005): a) Emosi yang ditujukan pada masa lalu
Emosi positif tentang masa lalu adalah perasaan puas (satisfied), lega (contentment), sukses (fulfillment), bangga (pride), dan damai (serenity). Tiga hal yang membuat seorang indiviu selalu bisa merasa berbahagia tentang masa lalunya. Hal pertama adalah bersifat intelektual, dimana individu membuang ideologi yang mengatakan bahwa masa lalu menentukan masa depan. Masa lalu tidak mengarahkan seorang individu menuju masa depan yang tak bahagia. Peristiwa silam sebenarnya hanya sedikit atau bahkan tidak mempengaruhi masa dewasa seorang individu yang sudah terbebas dari sikap masa lalu. Individu yang terlalu menekankan peristiwa buruk masa lalu dan mengabaikan peristiwa baik masa lalu adalah hal yang menurunkan ketenangan, kelegaan, dan kepuasan. Hal kedua adalah dengan bersyukur terhadap hal-hal baik pada masa lalu. Bersyukur pada masa lalu akan memperkuat memori positif. Menyemangati dan senang terhadap apa yang telah di miliki dan di capai saat ini merupakan keadaan dimana seorang individu bangga akan masa lalunya. Hal ketiga adalah belajar untuk memaafkan kesalahan pada masa lalu. Memaafkan bukan berarti melupakan kesalahan negatif masa lalu, tapi mengubah kejadian buruk menjadi kejadian indah. Saat itulah kedamaian terhadap masa lalu dirasakan. b) Emosi yang ditujukan pada masa depan
Emosi positif masa depan mencakup keyakinan atau iman (faith), kepercayaan (trust), kepercayaan dan keyakinan terhadap kemampuan
yang dimiliki diri sendiri (confidence), harapan dan optimisme. Individu yang bahagia memiliki keyakinan ataupun kepercayaan (beliefs) terhadap sesuatu yang membuat mereka merasa nyaman dan memahami tujuan dan makna dari kehidupan. Hal ini seperti keyakinan terhadap suatu ajaran agama yang mengarah pada spiritualitas. . Kepercayaan (trust) memiliki komponen hope dan gratitude. Gratitude adalah keadaan dimana individu menyadari dan berterimakasih pada segala hal baik yang terjadi. Optimisme dan harapan sudah menjadi tema dari ribuan kajian empiris dan telah bisa dibangun. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi tatkala musibah melanda; kinerja yang lebih tinggi di tempat kerja, terutama dalam tugas-tugas yang menantang; dan kesehatan fisik yang lebih baik. Individu yang optimis dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu permanen (masalah waktu) dan pervasif (ruang).
1) Permanen (masalah waktu)
Dimensi ini menentukan berapa lama seseorang menyerah – penjelasan permanen atas kejadian buruk menghasilkan ketidakberdayaan yang berlangsung lama dan penjelasan temporer menghasilkan kelenturan. Individu yang optimis meyakini bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen, ketika berhasil, mereka berusaha lebih keras lagi pada kali berikutnya. Mereka juga meyakini bahwa peristiwa buruk
memiliki penyebab temporer. Hal ini terjadi sebaliknya pada individu yang pesimis.
Tabel 2.1 Respon orang pesimis dan optimis terhadap hal baik Respon Terhadap Hal Baik
Temporer (PESIMIS) Permanen (OPTIMIS)
Hari ini saya beruntung Saya selalu beruntung
Saya berusaha keras Saya berbakat
Lawan saya sedang kelelehan Lawan saya tidak ada apa-apanya
Tabel 2.2 Respon orang pesimis dan optimis terhadap hal buruk Respon Terhadap Hal Buruk
Permanen (PESIMIS) Temporer (OPTIMIS)
Diet tidak pernah berhasil Diet tidak berhasil, kalau anda makan diluar
Bos brengsek Si bos sedang tidak enak hati
Kamu tidak pernah bicara kepadaku
Kamu tidak bicara kepadaku akhir-akhir ini
2) Pervasif (ruang)
Dimensi pervasif menentukan apakah ketidakberdayaan melebar ke banyak situasi atau terbatas pada wilayah asalnya. Individu yang optimis membuat penjelasan spesifik akan ketidakmampuan mereka dalam salah satu bagian kehidupan dan membuat penjelasan yang universal pada saat mengalami hal yang baik. Hal ini berlaku sebaliknya pada individu yang pesimis.
Tabel 2.3 Respon orang pesimis dan optimis terhadap hal buruk Respon Terhadap Hal Buruk
Universal (PESIMIS) Spesifik (OPTIMIS)
Semua pengajar tidak adil Profesor Seligman tidak adil
Saya orang yang menyebalkan Saya menyebalkan bagi dia
Semua buku tidak ada gunanya Buku ini tidak berguna
Tabel 2.4 Respon orang pesimis dan optimis terhadap hal baik Respon Terhadap Hal Baik
Spesifik (PESIMIS) Universal (OPTIMIS)
Saya cerdas di bidang matematika
Pialang saya paham urusan saham minyak
Pialang saya paham tentang bursa saham
Saya menarik baginya Saya menarik
Harapan juga merupakan emosi positif mengenai masa depan. Harapan terhadap peristiwa buruk dan peristiwa baik dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 2.5 Harapan terhadap peristiwa buruk
Harapan Terhadap Peristiwa Buruk
Tanpa Harapan Penuh Harapan
Saya bodoh Saya pusing
Laki-laki memang penindas Suasana hati suami saya lagi jelek
Kemungkinan lima puluh persen benjolan ini merupakan kanker
Kemungkinan lima puluh persen benjolan ini hanya benjolan biasa
Tabel 2.6 Harapan terhadap peristiwa buruk
Harapan Terhadap Peristiwa Baik
Tanpa Harapan Penuh Harapan
Saya beruntung Saya berbakat
senang senang Amerika Serikat akan
membasmi para teroris
Amerika Serikat akan membasmi semua musuhnya
c) Emosi yang ditujukan pada masa sekarang
Kebahagiaan pada masa sekarang mencakup dua hal, yaitu: kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi (gratification).
1) Kenikmatan (pleasure)
Kenikmatan merupakan kesenangan yang memiliki komponen indriawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat. Hal ini disebut oleh para filosof sebagai “perasaan-perasaan dasar” (raw feels): gairah, orgasme, rasa senang, ceria dan nyaman. Semua ini bersifat sementara dan hanya sedikit melibatkan pikiran atau malah tidak sama sekali. Individu yang merasakan kenikmatan pada masa sekarang memiliki rasa meresapi (Savoring) dan kecermatan (mindfulness). Meresapi merupakan kesadaran akan kenikmatan dan perhatian yang disengaja terhadap pengalaman kenikmatan. Sensasi ini dapat dirasakan seperti menghirup udara yang dingin dan tipis juga mencium aroma bunga. Kecermatan ini merupakan pengamatan terhadap banyak aktifitas manusia. Hal ini seperti kecermatan dalam menyadari disebelah mana seorang individu meletakkan payung yang baru saja digunakannya.
Gratifikasi datang dari kegiatan yang sangat disukai, tetapi sama sekali tidak harus disertai oleh perasaan dasar. Gratifikasi membuat seorang individu terlibat sepenuhnya, tenggelam dan terserap di dalamnya, dan kehilangan kesadaran diri (flow). Menikmati percakapan yang bermanfaat, memanjat tebing, membaca buku bagus, menari adalah contoh kegiatan yang dimana didalamnya waktu seakan berhenti bagi individu tertentu.
Ketiga Aspek emosi ini (emosi yang ditujukan pada masa lalu, masa depan dan masa sekarang) berbeda satu sama lain dan tidak mesti berhubungan erat. Individu dapat bangga dan puas akan masa lalu, tetapi bersedih pada masa sekarang dan pesimistis akan masa depan.