• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Dalam dokumen Kebahagiaan pada Bhante Theravada (Halaman 34-45)

BAB II LANDASAN TEORI

A. KEBAHAGIAAN

3. Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Dibawah ini adalah faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seorang individu menurut Seligman (2005):

a) Uang

Kemiskinan yang amat berat adalah penyakit sosial dan orang-orang yang mengalami kemiskinan seperti itu memiliki kepekaan terhadap kebahagiaan lebih rendah daripada orang yang lebih beruntung.

b) Pernikahan

Pernikahan memiliki hubungan yang sangatn erat dengan kebahagiaan. Pusat Riset Opini Nasional Amerika Serikat menyurvei 35.000 warga Amerika selama 30 tahun terakhir dan menemukan bahwa 40% dari

orang yang menikah mengatakan mereka “sangat bahagia”, sedangkan hanya 24% dari orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati pasangannya yang mengatakan hal ini. Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan ini berlaku baik pada laki-laki maupun perempuan. Carr (2004) menyatakan bahwa pernikahan memberikan kedekatan psikologis dan fisik, memiliki anak dan membangun rumah tangga, peran sosial sebagai orang tua dan pasangan, dan konteks dimana memperkukuh dan membentuk keturunan.

c) Kehidupan sosial

Penelitian yang dilakukan oleh Ed Diener menemukan bahwa semua orang (kecuali satu) yang termasuk dalam 10% orang yang paling berbahagia, sedang terlibat dalam hubungan romantis.Orang yang sangat berbahagia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi daripada sendirian.

d) Usia

Sebuah penelitian otoritatif atas 60.000 orang dewasa dari empat puluh bangsa membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen: kepuasan hidup, afek menyenangkan dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek menyenangkan sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah. Intensitas emosi individu dalam hal “mencapai puncak dunia” dan

“terpuruk dalam keputusasaan” menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman.

e) Kesehatan

Individu yang memiliki neuroticism tinggi dapat melakukan penolakan ketika mereka di katakan sehat ataupun sakit oleh dokter. Individu yang dikatakan bahwa mereka sakit oleh dokter, dapat melaporkan bahwa dirinya merasa sangat sehat karena mereka menolak penyakit mereka. Emosi positif membuat individu memiliki toleransi yang lebih terhadap sakit yang di derita. Terkecuali mereka yang memiliki penyakit dengan tingkat kecacatan yang parah, kebanyakan individu beradaptasi dengan masalah kesehatan mereka dengan cepat dan membentuk persepsi diri terhadap kesehatan mereka dimana konsisten dengan level kebahagiaan mereka (Carr, 2004). Mereka yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. Sakit parah dapat menyebabkan penurunan kebahagiaan, tetapi hal ini tidak berhubungan dengan sakit yang ringan (Seligman, 2002).

f) Jenis kelamin

Wanita lebih bahagia dan sekaligus lebih sedih daripada laki-laki g) Agama

Ibu religius yang memiliki anak cacat, melawan depresi dengan lebih baik. Lebih sedikit orang religius yang takut terhadap perceraian, pengangguran, penyakit dan kematian. Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius.

Hal ini mungkin dikarenakan hubungan antara harapan masa depan dan keyakinan beragama.

Carr (2004) menyatakan bahwa hubungan antara kebahagiaan dan keterlibatan aktifitas religius adalah sedang. Terdapat tiga alasan yang menjadi pertimbangan dalam psikologi. Pertama, agama memberikan sistem kepercayaan yang masuk akal sehingga dapat membuat individu menemukan arti dari kehidupan dan harapan pada masa depan, agama juga dapat membuat individu mejadi lebih optimis dalam menghadapi kesulitan terhadap kehidupan akhirat. Keterlibatan rutin pada kegiatan keagamaan, menjadi bagian dari kemunitas keagamaan, memberikan individu dukungan sosial. Kedua, keterlibatan pada hal keagamaan sering berasosiasi dengan kesehatan fisik dan psikologis. Ketiga, keterlibatan dalam kegiatan keagamaan sering berasosiasi dengan pola hidup yang lebih sehat, baik secara fisik maupun psikologi, diantaranya seperti kesetiaan dalam perkawinan, komitmen terhadap kerja keras dan makanan dan minuman yang secukupnya.

Alan Carr (2004) menambahkan faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan seorang individu dalam kehidupannya, antara lain:

a) Personality traits

Studi kepribadian mengenai kebahagiaan menunjukkan bahwa individu yang bahagia dan tidak bahagia memiliki profil kepribadian yang berbeda. Ekstraversion berkorelasi 0.7 dengan kebahagiaan atau afek positif, sedangkan neuroticism berkorelasi diatas 0.9 dengan afek

negatif. Hubungan antara personality traits dan kebahagiaan dipengaruhi juga oleh kultur. Orang yang ekstravert lebih cocok dengan lingkungan sosial yang membutuhkan keterlibatan dan interaksi sosial yang sering. b) Genetic and environmental basis for personality traits

Fakta menyatakan bahwa lima puluh persen varian dalam personality traits seperti ekstraversion dan neuroticism dipengaruhi oleh faktor genetik. Mekanisme dimana faktor genetik mempengaruhi personality traits adalah kompleks. Mungkin kombinasi antara gen menentukan karakteristik tempramen. Kombinasi gen ini berinteraksi dengan pengaruh lingkungan yang terus membentuk perkembangan dari personality traits. Anak-anak yang cenderung ekstravert, lebih mungkin untuk bahagia. Anak-anak pemarah dan penakut menunjukkan tingkat neuroticism yang lebih tinggi pada kehidupannya dan lebih mungkin menunjukkan afek negatif. Optimis, self-esteem dan locus of control juga merupakan personality traits yang berkorelasi dengan kebahagiaan. c) Heritability of happiness set-point

Studi mengenai kembar yang dibesarkan secara terpisah menunjukkan bahwa kebahagiaan memiliki hubungan dengan faktor genetik dengan korelasi sebebsar 0.55/0.54.

d) Kultur

Kultur dan faktor sosial politik ditemukan mengambil peran penting dalam menentukan kebahagiaan. Individu yang tinggal di lingkungan

sosial dengan status sosial ekonomi yang sama memiliki tingkat subjective well being yang tinggi.

e) Optimising Well-Being

Individu dapat meningkatkan kemampuan yang ada dalam dirinnyadan mengorganisakikan lingkungannya sehingga ia berada diatas set-poin kebahagiaan dalam hampir setiap waktu. Dalam menemukan kebahagiaan dan kepuasan, penting untuk menyadari situasi-situasi apa yang membawa kepuasan yang mendalam pada diri individu tersebut, situasi-situasi tersebut dirancang secara biologis agar membawa kebahagiaan kepadanya. Psikologi Evolusioner telah memastikan bahwa seorang individu akan mengalami kebahagiaan yang mendalam ketika ia berada dibawah kondisi yang tepat dalam proses perkembangbiakan jalur genetik tertentu. Perkawinan, menjaga hubungan kekeluargaan yang dekat dengan anggota keluarga, mengembangkan hubungan pertemanan yang mendalam dengan beberapa orang, menjaga hubungan kerjasama dengan grup yang besar, tinggal di lingkungan yang aman, makan makanan dengan kualitas tinggi, semua hal ini menghasilkan perasaan bahagia yang mungkin dikarenakan hal ini berkontribusi dalam mempertahankan hidup. Studi empiris di USA dan Eropa menyatakan bahwa kebahagiaan berhubungan dengan faktor-faktor yang menunjuk psikologi evolusioner. Ditemukan hubungan antara kebahagiaan dan hubungan personal, kualitas lingkungan dimana individu tinggal,

keterlibatannya pada aktifitas fisik, praktik kerja dan keterlibatan dalam aktifitas rekreasi tertentu.

1) Relationship

Beberapa jenis hubungan personal yang mempengaruhi kebahagiaan seorang individu dan akan dibahas dibawah ini adalah hubungan kekeluargaan, hubungan teman dan hubungan dengan acquaintances. i. Hubungan kekeluargaan

Hubungan dekat yang saling mendukung antara orangtua dan anak, antara saudara, dan antara anggota keluarga besar dapat meningkatkan dukungan sosial yang ada pada seluruh anggota keluarga. Dukungan sosial ini meningkatkan subjective well-being dan dari perspektif evolutionari menyatakan bahwa manusia terprogram untuk memperoleh kebahagiaan dari kontak dengan jaringan kekeluargaan. Menjaga kontak dengan anggota keluarga meningkatkan dukungan sosial dan juga membawa bukan hanya kebahagiaan tapi juga meningkatkan fungsi sistem imun.

ii. Hubungan teman

Ditemukan bahwa hubungan pertemanan yang sedikit namun dekat, berkorelasi dengan kebahagiaan. Ada tiga alasan yang mempengaruhi hubungan antara kebahagiaan dan pertemanan, yaitu: individu yang bahagia mungkin lebih sering dipilih sebagai teman dan orang kepercayaan karena mereka lebih menarik daripada orang lain, hubungan dengan orang lain dapat memenuhi

kebutuhan akan afiliasi dan juga membuat individu lebih bahagia dan puas, dan hubungan pertemanan yang dekat menyediakan dukungan sosial.

iii. Acquaintances

Kerjasama yang dilakukan dengan acquaintances (kenalan), yang bukan anggota keluarga maupun teman dekat, merupakan sumber yang berpotensial dalam meningkatkan kebahagiaan dan cara untuk menghindari ketidakbahagiaan yang disebabkan oleh hilangnya status dan ketidaksetaraan yang pasti muncul dalam suatu kompetisi. Individu seharusnya membentuk strategi untuk meningkatkan kerjasama dengan kenalan, bukan kompetisi. Pastikan bahwa diri anda dan mereka yang memiliki hubungan penting dengan anda, sadar bahwa relationship akan tetap bertahan tanpa batasan pada masa depan dan kerjasama jangka panjang akan menghasilkan keuntungan bersama. Ketika seorang individu menyadari bahwa hubungan jangka panjang dengan kenalan dan kerja sama akan membawa keuntungan yang lebih besar daripada bekerja sendiri, individu tersebut akan berkoorporasi.

2) Lingkungan

Hal dalam lingkungan yang mempengaruhi kebahagiaan seorang individu adalah kekayaan dari individu itu sendiri dan lokasi geografis dan aspek lingkungan lainnya.

Profesor Ed Diener menemukan bahwa individu hidup dalam negara dengan ekonomi yang tidak baik memiliki set poin kebahagiaan yang lebih rendah. Kebahagiaan dan kekayaan berkorelasi 0.6.

ii. Lokasi geografis dan aspek lingkungan lainnya

Perasaan positif yang kuat, lebih dikarenakan lingkungan yang natural daripada lingkungan buatan. Orang-orang melaporkan memiliki perasaan positif yang lebih ketika berada di lokasi geografis dimana terdapat tumbuh-tumbuhan, air dan permandangan panorama. Cuaca yang baik berpengaruh pada mood positif. Kualitas rumah dan kepuasan kehidupan memiliki korelasi sedang. Indikator dari kualitas kehidupan antara lain termasuk lokasi geografis, ruangan per orang dan ukuran ruangan. Musik meningkatkan mood positif dalam jangka pendek dan mengurangi agresi.

3) Keadaan fisik

Olahraga mempengaruhi kebahagiaan seorang individu. Olahraga jangka pendek dapat meningkatkan mood positif. Olahraga jangka panjang dan reguler mengarah pada kebahagiaan yang lebih besar. Efek olahraga jangka pendek menyebabkan pelepasan zat kimia seperti, endorphins, mophines yang dalam jangka panjang akan meningkatkan kebahagiaan. Hal ini juga berasosiasi dengan fakta bahwa olahraga jangka panjang dan rutin mengurangi depresi dan

kecemasan, meningkatkan kecepatan dan keakuratan dalam kerja, meningkatkan konsep diri, menjaga kebugaran dan mengarah pada fungsi kardiovaskular yang lebih baik.

4) Produktifitas

Produktifitas seorang individu yang berkaitan dengan kebahagiaannya adalah bagaimana pekerjaannya, pendidikannya dan tingkat pencapaian tujuannya.

i. Pekerjaan

Pekerjaan berhubungan dengan kebahagiaan. Orang yang bekerja lebih bahagia daripada mereka yang tidak bekerja. Individu yang berada dalam pekerjaan profesional atau pekerjaan yang membutuhkan keterampilan lebih bahagia daripada pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan dapat menyediakan stimulasi yang optimal dan membuat individu menemukan rasa nyaman, kesempatan untuk memuaskan kebutuhan mereka terhadap rasa ingin tau dan perkembangan diri, jaringan terhadap dukungan sosial dan sense of identity.

ii. Pendidikan

Tingkat pendidikan memiliki korelasi positif dengan kebahagiaan. Korelasi ini biasanya kuat pada grup dengan pendapatan rendah di negara berkembang. Hal ini mungkin dikarenakan di negara yang belum berkembang pendidikan memberikan keuntungan

yang lebih banyak. Individu yang berada di negara yang belum berkembang dan memiliki pendidikan rendah sulit untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sedangkan mereka yang punya edukasi tinggi dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya untuk makan dan tempat tinggal.

iii. Pencapaian tujuan

Individu melaporkan lebih bahagia dihari dimana mereka mencapai tujuan mereka daripada hari dimana mereka hanya mencapai sedikit dari tujuan mereka. Memiliki dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan atau bingung mengenai tujuan yang ingin dicapai, dapat mengurangi kebahagiaan dari individu tersebut.

5) Rekreasi

Istirahat, relaksasi, makanan yang baik dan aktifitas luang memiliki efek positif jangka pendek terhadap kebahagiaan. Orang-orang melaporkan lebih memiliki mood positif dan kurang lekas marah pada periode liburan. Melakukan aktifitas luang bersama dengan kelompok dapat meningkatkan kebahagiaan dengan cara memenuhi kebutuan tertentu seperti: kebutuhan akan afiliasi dan alturism, dan kebutuhan akan kompetisi juga prestasi.

Dalam dokumen Kebahagiaan pada Bhante Theravada (Halaman 34-45)

Dokumen terkait