• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.3 Aspek teknis

Hasil observasi survei lapang menunjukkan bahwa teknologi penangkapan yang ada di daerah Provinsi Jawa Barat bagian Selatanselatan umumnya masih berskala kecil dan menggunakan teknologi yang relatif sederhana. Jenis alat tangkap yang ada dan digunakan oleh nelayan setempat cukup beragam. Jenis teknologi penangkapan eksisting yang dapat dan dominan digunakan untuk menangkap komoditi ikan unggulan di perairan Selatanselatan Jawa Barat (lobster, layur, tuna, cakalang, dan udang) adalah g illnet, payang, rampus/trammel net, pancing, mini purse seine dan bagan apung . Selain jenis alat tangkap tersebut, juga terdapat jenis teknologi penangkapan lain yang berpotensi untuk dikembangkan di perairan ini dalam rangka pengoptimalan pemanfaatan sumber daya komoditi unggulan yang ada, seperti: jaring krendet, bottom gillnet, pancing dengan rumpon, purse seine ukuran besar, trammel net dan set net. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 22.

For m a t t e d: Font : I t alic For m a t t e d: Font : I t alic For m a t t e d: Font : I t alic

62 Tabel 22 Jenis teknologi penangkapan eksisting dan yang dapat dikembangkan

di peraiaran selatan Provinsi Jawa Barat

Komodi ti Unggulan

Jenis Teknologi Penangkapan Eksisting

Jenis Teknologi Penangkapan yang Potensial dikembangkan

Lobster Rampus Krendet, Bottom Gillnet Layur Pancing, Payang, Bagan Pancing, Set net

Tuna Pancing, Gillnet Long line, Pancing Ulur dengan Rumpon, Set net Cakalang Pancing, Gillnet, Purse seine Pancing Ulur dengan rumpon, Cakalang, Set net Purse seine Udang Rampus (Trammel Net) Shrimp Gillnet, Trammel net

Di Jawa Barat bagian Selatanselatan ternyata selain memiliki potensi komoditi ikan unggulan seperti tersebut diatas dan berbagai jenis ikan ekonomis penting lainnya yang umum dikenal, ju ga memiliki potensi ikan demersal laut dalam. Namun, hingga kini potensi tersebut belum dimanfaatkan atau dieksploitasi. Untuk pengembangan dan pemanfaatan sumber daya ikan demersal laut dalam ini, teknologi penangkapan ikan yang potensial untuk dikembangkan adalah bottom gillnet laut dalam, bottom longline laut dalam dan bubu laut dalam.

Keragaan aspek teknis dari teknologi penangkapan eksisting di perairan Selatanselatan Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 23. Rangking keragaannya dinilai berdasarkan nilai produktivitas alat per trip (CPUE), produktivitas alat per tahun, dan jarak jangkau penangkapannya. Dari tabel 23 dapat dilihat bahwa keragaan aspek teknis purse seine, payang dan gillnet menempati urutan yang terbaik dengan gambar seperti pada Lamp iran 6.

Tabel 23 Matrik keragaan aspek teknis dari teknologi penangkapan eksisting untuk komoditi unggulan di perairan selatan Provinsi Jawa Barat JENIS TEKNO- LOGI CPUE (ton/trip) Fungsi Nilai Produkti- vitas per tahun (ton) Fungsi Nilai Jarak Jang- kauan Pe- nangkapan Fungsi Nilai Nilai Gabungan Rataan Fungsi Nilai RANG - KING Gillnet 0,171 0,103 25,644 0,403 2 0,500 1,006 0,335 3 Pancing 0,009 0,005 1,360 0,019 2 0,500 0,524 0,175 4 Purse seine 1,657 1,000 41,250 0,650 3 1,000 2,650 0,883 1 Bagan Apung 0,001 0,000 0,146 0,000 1 0,000 0,000 0,000 6 Payang 0,423 0,255 63,430 1,000 2 0,500 1,755 0,585 2 Trammel Net 0,006 0,003 0,875 0,012 2 0,500 0,514 0,171 5 Keterangan : Untuk Jangkauan Daerah Penangkapan Ikan

1 = sekitar perairan pantai (maks imum 4 mil dari pantai) 2 = dapat mencapai perairan teritorial (12 mil dari pantai) 3 = dapat mencapai perairan ZEE (200 mil dari pantai)

63 4.2.4 Analisis finansial

Usaha perikanan tangkap di provinsiProvinsi Jawa Barat bagian Selatanselatan secara umum menguntungkan, tetapi untuk membuktikannya secara ilmiah perlu dilakukan analisis finansial terhadap usaha perikanan tangkap tersebut. Dalam analisis finansial ini akan dibahas mengenai analisis usaha/keuntungan dan analisis kelayakan pengembangan usaha penangkapan di daerah ini.

4.2.4.1) Analisis usaha/ k euntungan

Pengembangan suatu usaha harus diketahui dana yang diperlukan. Pada studi ini, modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu usaha penangkapan berbeda-beda tergantung dari jenis perahu dan alat tangkap yang akan diusahakan. Modal investasi usaha penangkapan terdiri atas biaya pembelian kapal, mesin, alat tangkap dan perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha penangkapan di perairan Selatanselatan Jawa Barat disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24 Modal investasi usaha penangkapan di l okasi penelitian

No. Alat Tangkap Jenis Jenis Investasi (Rp)

Perahu Mesin Alat tangkap Lain-lain Jumlah

1 Gillnet 9.000.000 12.000.000 15.000.000 - 36.000.000 2 Pancing Ulur 9.000.000 10.000.000 350.000 - 19.350.000 3 Purse Seine 50.000.000 45.000.000 75.000.000 - 170.000.000 4 Bagan Apung 29.000.000 - 7.000.000 920.000 36.920.000 5 Payang 15.000.000 20.000.000 8.000.000 - 43.000.000 6 Rampus 1.500.000 3.000.000 3.500.000 - 8.000.000 Sumber: Data Primer Diolah (2005)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa usaha perikanan tangkap di Jawa Barat membutuhan modal investasi berkisar antara Rp 8.000.000,00 hingga Rp 170.000.000,00 dan biaya investasi alat tangkap yang tertinggi adalah purse seine. Untuk besarnya b iaya usaha, penerimaan, keuntungan, pendapatan ABK dan R/C ratio dari setiap jenis teknologi penangkapan ikan di perairan Selatanselatan Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 25.

64 Tabel 25 Analisis usaha untuk teknologi penangkapan ikan yang eksisting di

perairan selatan Jawa Barat Jenis Alat Tangkap Analisis usaha Investasi (Rp) Penerimaan (Rp) Biaya Nilai Gabungan (Rp) Keuntungan (Rp) Pendapatan ABK (Rp) R/C Gillnet 36.000.000 79.200.000 63.807.180 15.392.820 5.090.400 1,24 Pancing Ulur 19.350.000 54.000.000 46.643.250 7.356.750 4.775.000 1,16 Purse Seine 170.000.000 280.000.000 251.057.500 28.942.500 5.426.667 1,12 Bagan Apung 36.920.000 90.000.000 61.322.700 28.677.300 9.166.500 1,47 Payang 43.000.000 300.000.000 260.347.500 39.652.500 9.100.000 1,15 Rampus 8.000.000 45.000.000 29.283.500 15.716.500 7.312.500 1,54

Sumber: Data Primer Diolah (2005)

Keuntungan usaha penangkapan ikan alat tangkap payang memperoleh keuntungan tertinggi yaitu sebesar Rp 39.652.500,00. Besarnya keuntungan dipengaruhi oleh hasil tangkapan yang diperoleh dan biaya usaha yang dikeluarkan. Untuk tingkat pendapatan ABK, usaha penangkapan dengan bagan apung menunjukkan nilai yang tertinggi, yaitu sebesar Rp 9.166.500,00. Besarnya pendapatan ABK tentunya dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan yang diperoleh, biaya usaha yang dikeluarkan, sistem bagi hasil dan jumlah ABK yang terlibat dalam operasi penangkapan. Selanjutnya untuk nilai imbangan penerimaan – biaya (R/C) usaha penangkapan ikan di perairan Selatanselatan Jawa Barat, alat tangkap rampus mempunyai nilai R/C yang tertinggi, yaitu sebesar Rp 1,54. Besarnya nilai R/C ini dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan yang diperoleh, harga ikan dan biaya usaha yang dikeluarkan.

4.2.4.2) Analisis k elayakan usaha

Analisis yang dibahas meliputi perkiraan cash flow dan analisis kriteria investasi, sebagai berikut:

(1) Perkiraan cash flow

Dalam menganalisis aspek finansial dilakukan perhitungan cash flow dari usaha yang direncanakan, dengan beberapa asumsi:

65

(a)(1) Umur p royek selama 5 tahun.

(b)(2) Nilai hasil tangkapan pada tahun ke–1 sampai tahun ke–5 diperkirakan tetap.

(c)(3) Nilai sisa investasi sebesar 10% sesuai dengan umur teknisnya.

(d)(4) Pajak penghasilan sebesar 15% per tahun.

(e)(5) Discount rate tetap yaitu sebesar 18%.

Cash flow dari masing masing alat tangkap di masing-masing lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 6-11.

(2) Analisis kriteria investasi

Untuk menganalisis kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha penang kapan dari aspek finansial digunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate Return (IRR).

NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai Nilai Gabungan sekarang dari penerimaan yang bersifat positif dengan nilai Nilai Gabungan sekarang yang dari penerimaan yang bersifat negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditan amkan.

Berdasarkan perhitungan kriteria investasi seperti pada Tabel 26 menunjukkan bahwa usaha penangkapan di lokasi studi memungkinkan/layak untuk dikembangkan. NPV yang diperoleh dalam melakukan usaha penangkapan ikan di Jawa Barat memperoleh NPV berkisar antara Rp 41.340.833,00 – Rp 152.281.171,00. Berdasarkan Tabel 33 dapat dilihat bahwa NPV yang tertinggi adalah alat tangkap payang yaitu sebesar Rp 152.281.171,00 dibandingkan alat tangkap lainnya. Hasil analisis net B/C untuk usaha penangkapan ikan memperoleh net B/C berkisar antara 1,19 – 6,71; Di perairan Selatanselatan Jawa Barat, alat tangkap rampus memp unyai net B/C yang tertinggi yaitu sebesar 6,71. Untuk n ilai IRR usaha penangkapan ikan di Jawa Barat berkisar antara 47,43 % – 252,04 %; dan alat tangkap rampus memperoleh IRR tertinggi yaitu sebesar 252,04 %. Besarnya nilai NPV, net B/C dan IRR sangat dipengaruhi oleh hasil tangkapan yang diperoleh dan biaya usaha yang dikeluarkan.

66 Tabel 26 Nilai kriteria investasi usaha penangkapan pada l okasi penelitian

Jenis Alat Tangkap Kriteria investasi NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Kelayakan Gillnet 49.539.260 2,38 78,56 Layak Pancing Ul ur 41.340.833 3,14 95,86 Layak

Purse Seine 106.971.292 1,63 47,43 Layak

Bagan Apung 69.673.846 2,89 100,06 Layak

Payang 152.281.171 4,54 151,98 Layak

Rampus 45.716.391 6,71 252,04 Layak

Sumber: Data Primer Diolah (2005)

Untuk mengetahui urutan prioritas berdasarkan aspek finansial dari teknologi penangkapan ikan yang eksisting di perairan Selatanselatan Jawa Barat, dilakukan dengan menggunakan metode skoring. Penilaian rangking keragaan aspek ini menggunakan kriteria NPV, Net B/C, IRR, dan keuntungan. Dari hasil skoring terlihat bahwa keragaan aspek finansial teknologi payang, rampus, dan purse seine menempati urutan yang terbaik di perairan Selatanselatan Jawa Barat.Keragaan aspek finansial dari teknologi penangkapan ikan yang eksisting di perairan Selatanselatan Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Matrik keragaan aspek finansial dari teknologi penangkapan eksisting pada lokasi penelitian

JENIS TEKNO- LOGI NPV (Rp) Fung si Nilai Net B/C Fung si Nilai IRR (%) Fung si Nilai Keuntu - ngan (Rp/Unit) Fung si Nilai NILAI GABUNGAN RATAAN FUNGSI NILAI RANG - KING Gillnet 49.539.260 0,116 2,380 0,258 78,560 0,152 15.392.820 0,249 0,774 0,194 5 Pancing 41.340.833 0,000 3,140 0,519 95,860 0,237 7.356.750 0,000 0,756 0,189 6 Purse Seine 106.971.292 0,925 3,630 0,687 147,500 0,489 38.942.500 0,978 3,080 0,770 3 Bagan A pung 69.673.846 0,399 2,890 0,433 47,430 0,000 28.677.300 0,660 1,493 0,373 4 Payang 112.281.171 1,000 4,540 1,000 151,980 0,511 39.652.500 1,000 3,511 0,878 1 Trammel Net 45.716.391 0,062 1,630 0,000 252,040 1,000 15.716.500 0,259 1,321 0,330 2

67 4.2.5 Aspek lingkungan

(1) Rampus (trammel net)

Rampus termasuk dalam alat tangkap jaring insang dasar yang pemasangannya menetap di dasar perairan berpasir/lumpur dengan menggunakan pemberat. Alat ini ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar dan udang (pelagic fish). Jenis alat tangkap rampus termasuk yang tidak selektif dan menangkap semua jenis biota dasar yang hidup di dasar laut (Ayodhyoa, 1981). Alat ini mengaduk dasar perairan yang menyebabkan gangguan terhadap beberapa hewan dasar (bentos), telur, juvenil dan larva yang banyak menetap (settle) di dasar perairan. Tingkat kekeruhan di kolom air dekat permukaan dasar meningkat karena pengadukan substrat dasar. Selektiv itas yang rendah menyebabkan semua populasi ikan dan udang terambil, serta biota lainnya seperti kerang dan kelompok ekinodermata. Menurut Hermawan et al. (2006) kategori ramah lingkungan alat tangkap rampus tergolong dalam kategori rendah.

(2) Payang

Menurut Ayodhyoa (1981), payang merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol dari beberapa populasi (shoaling spesies). Payang adalah “pukat kantong lingkar” yang secara garis besar terdiri atas bagian kantong (bag), badan/perut (body or belly), dan kaki/sayap (leg/wing).

Berbeda dengan jaring trawl dimana bagian bawah mulut jaring (bibir bawah/underlip) lebih menonjol ke belakang. Maka payang justru bagian atas mulut jaring (upperlip) yang menonjol ke belakang. Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis -jenis ikan pelagis, s. Sehingga bagian bawah mulut lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring. Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat , sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung.

Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam hari maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks (kerosene pressure lamp). Penangkapan yang dilakukan siang hari menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish agregating devices) atau kadang -kadang tanpa alat bantu

For m a t t e d: Font : I t alic

68 rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga di tempat-tempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan.

Ikan hasil tangkapan alat tangkap payang di antaranya adalah jenis -jenis pelagis kecil (tongkol, layur, cakalang, layang, selar, kembung, lemuru, tembang, japuh, dan lain-lain). Hasil tangkapan sangat tergantung keadaan daerah penangkapan dan musim penangkapan.

Walaupun aAlat tangkap payang termasuk kategorialat tangkap yang cukup tidak merusak dasar perairan,ramah lingkungan karena dioperasikannya hanya di kolom air. Namun, karena uUkuran ikan dan jenis yang tertangkap tidak terlalu selektif, sehingga akan dapat mempengaruhi keseimbangan struktur umur populasi ikan, maka . Hal ini akan mempengaruhi siklus pertumbuhan populasi ikan, yang akhirnya akan mempengaruhi hasil tangkap ikan berikutnya.alat tangkap ini dapat kelompokkan kedalam kategori cukup ramah lingkungan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Hermawan et al. (2006) bahwa alat tangkap payang di Pasauran (Serang) yang memiliki keragaan hampir sama dengan payang di pantai selatan Jawa Barat dinyatakan memiliki status cukup berkelanjutan.

(3) Gillnet (jaring insang)

Gillnet (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang dan dilengkapi dengan pemberat -pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung - pelampung pada tali ris atasnya. Jaring ini dipasang tegak lurus di dalam air dan menghadang arah gerak ikan. Ikan-ikan tertangkap karena tersangkut pada mata jaring atau tergulung oleh jaring (Ayodhyoa, 1981).

Tertangkapnya ikan-ikan dengan gillnet adalah dengan cara bahwa ikan -ikan tersebut terjerat pada mata jaring ataupun terbelit-belit pada tubuh. Umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang migrasi horizontal maupun migrasi vertikal tidak seberapa aktif, dengan perkatan lain migrasi dari ikan-ikan tersebut terbatas pada suatu range layer/depth tertentu. Berdasarkan kedalaman dari lapisan renang lebar jaring ditentukan.

M empertimbangkan sifat-sifat ikan yang menjadi tujuan penangkapan lalu menyesuaikannya dengan dalam/dangkal dari renang ruaya ikan-ikan tersebut, dilakukan penghadangan terhadap arah renang dari ikan-ikan tersebut. Penghadangan

For m a t t e d: Font : Bold For m a t t e d: Font : Not I t alic

69 ini diharapkan ikan-ikan itu akan menerobos jaring, yang dengan demikian ikan -ikan tersebut akan terjerat pada mata jaring ataupun terbelit-belit pada tubuh jaring.

Alat tangkap jaring insang termasuk kategori ramah lingkungan karena dioperasikan di kolom air. Selain itu, uUkuran ikan dan jenis yang tertangkap juga selektif sehingga tidak akan mempengaruhi keseimbangan struktur umur populasi ikan (Suharyanto, 1998).

(4) Pancing

Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa alat tangkap dengan menggunakan alat pancing ulur umumnya dioperasikan di perairan dangkal untuk menangkap jenis -jenis ikan pelagis kecil (seperti tongkol, cakalang, layang, selar dan baby tuna) dan demersal (seperti kakap, bawal, layur dsb).

Alat pancing ulur termasuk kategori ramah lingkungan karena walaupun dioperasikan dikolom perairan, namun permukaan laut, dan tidak merusak habitat ikan, karena dimensinya hanya mempengaruhi atau mencakup areal yang kecil. Alat ini juga sangat selektif terhadap jenis dan ukuran ikan, sehingga tidak mengganggu siklus hidup dan pertumbuhan populasi ikan (Ayodhyoa, 1981).

(5) Purse seine (pukat cincin)

Pukat cicin adalah jarring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (ikan pelagis). Cara operasinya adalah dengan cara melingkarkan jaring mengurung gerombolan ikan. Setelah ikan terkurung, maka bagian bawah jaring ditutup dengan menarik tali yang dipasang sepanjang bagian bawah jaring (tali kolor) melalui cincin. Cara penangkapan dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua kapal motor (Ayodhyoa, 1981).

Tujuan utama penangkapan dari aAlat tangkap pukat cincin adalah termasuk kategori alat tangkap kelompok ikan pelagis kecil dan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970 di perairan utara Jawa (Atmaja dan Haluan, 2003)cukup ramah lingkungan. Habitat perairan tidak terganggu. Alat tangkap ini cukup selektif

70 dan pertumbuhan populasi. Namun demikian pada kondisi-kondisi tertentu terdapat beberapa populasi yang ukurannya berbeda dan berukuran kecil. Bila menggunakan rumpon makan beberapa ikan yang berukuran kecil juga ikut tertangkap, sehingga kategori ramah lingkungan alat tangkap punkat cincin tergolong dalam kategoriadalah sedang (Atmaja dan Haluan, 2003).

Pemilihan alat tangkap unggulan di Provinsi Jawa Barat berdasarkan aspek lingkungan juga menggunakan metode skoring. Kriteria aspek lingkungan yang digunakan adalah: posisi pengoperasian alat tangkap, ukuran hasil tangkapan, dan dampak lingkungan . Berdasarkan hasil skoring dengan menggunakan fungsi nilai, maka ditentukan bahwa jenis alat tangkap pilihan berdasarka n aspek lingkungan dengan urutan prioritas terbaik, adalah sebagai berikut : pancing ulur, gillnet, purse seine, payang, bagan apung, dan rampus seperti pada Tabel 28.

Tabel 28 Matrik keragaan aspek lingkungan dari teknologi penangkapan eksisting di perairan Selatan selatan Provinsi Jawa Barat JENIS TEKNO LOGI Posisi Pengopera sian Alat Tangkap Fungsi Nilai Ukuran Hasil Tangkap Fungsi Nilai Dampak Lingku- ngan Fungsi Nilai Nilai Gabungan Rataan Fungsi Nilai RANG KING Gillnet 3 0,670 3 1,000 4 0,750 2,420 0,807 2 Pancing 3 0,670 3 1,000 5 1,000 2,670 0,890 1 Purse seine 3 0,670 2 0,500 3 0,500 1,670 0,557 3 Bagan Apung 3 0,670 1 0,000 3 0,500 1,170 0,390 5 Payang 3 0,670 2 0,500 2 0,250 1,420 0,473 4 Trammel Net 2 0,333 2 0,500 2 0,250 1,083 0,361 6 Keterangan :

Posisi Pengoperasian Alat Tangkap Ukuran Hasil Tangkapan Untuk Dampak Lingkungan 1 = Dari dasar perairan s/d permukaan 1 = Tidak selektif (kecil sampai besar) 1 = Sangat Tinggi 2 = Di dasar perairan 2 = Cukup Selektif (sedang s/d besar) 2 = Tinggi 3 = Di permukaan dan dasar perairan 3 = Selektif (sedang atau besar) 3 = Sedang 4 = Di permukaan dan kolom perairan 4 = Rendah 5 = Di permukaan perairan 5 = Tidak ada

Dokumen terkait