• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

4.6. Potensi Wisata Jalan Slamet Riyadi

5.1.4. Aspek Wisata

Aspek wisata merupakan aspek yang paling menentukan dalam sebuah perencanaan yang berbasis wisata. Sumberdaya wisata terdiri dari dua aspek, yaitu obyek wisata dan atraksi wisata. Pada perencanaan ini, dari aspek wisata ditentukan zonasi berdasarkan kualitas obyek dan atraksi yang ada yang akan dinilai dengan skoring. Zonasi tersebut kemudian digunakan dalam penentuan pola interpretasi wisata.

a. Obyek Wisata

Obyek wisata yang diidentifikasi adalah obyek-obyek wisata yang memiliki nilai sejarah dan budaya. Obyek-obyek wisata tersebut dipilih didasarkan pada kriteria-kriteria8 sebagai berikut:

1. mempunyai nilai sejarah khusus dalam perkembangan Kota Solo,

2. mempunyai nilai keunikan tersendiri dalam pengembangan kebudayaan Kota Solo,

3. merupakan Benda Cagar Budaya/BCB (Lampiran 6).

Pemilihan obyek yang mempunyai nilai sejarah khusus Kota Solo memiliki alasan karena obyek-obyek tersebut memainkan peranan penting dalam perkembangan kebudayaan. Nilai keunikan juga menjadi salah satu kriteria tersendiri karena nilai keunikan tersebut turut andil dalam menciptakan karakter dan citra Kota Solo sebagai Kota Budaya. Pertimbangan kriteria terakhir dalam pemilihan obyek wisata yang diidentifikasi adalah obyek tersebut merupakan BCB Kota Solo. Kriteria BCB dimasukkan karena pemilihan BCB juga telah melalui proses yang panjang yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota, dalam hal ini Dinas Tata Kota.

Seluruh obyek wisata interpretasi sejarah dan budaya yang diidentifikasi ditampilkan dalam Tabel 15. Aspek-aspek yang diidentifikasi adalah ciri arsitektural, tahun pembangunan, fungsi dahulu, fungsi sekarang, status (BCB), dan pengelola. Selanjutnya lokasi dan gambar mengenai obyek yang bersangkutan dapat dilihat di Gambar 27.

8

57

Tabel 15. Hasil Identifikasi Obyek-Obyek Sejarah Budaya Jalan Slamet Riyadi

No. Obyek Deskripsi

Ciri-Ciri Arsitektural Tahun Pembangunan Fungsi Dahulu Fungsi Sekarang Status Pengelola

1 Stasiun Purwosari Arsitektur barat Dibangun 1875 oleh kolonial

Belanda

Pendukung stasiun utama, yaitu stasiun Balapan Masih berfungsi sebagai stasiun. BCB (Benda Cagar Budaya)

PT KAI 2 Gedung Lowo Bentuk khas arsitektur barat untuk sebuah

bangunan rumah tinggal.

1900-an Rumah tinggal bangsawan/pejabat Belanda, tahun 1945 dihuni oleh keluarga Djian Ho. Pernah menjadi Gedung Veteran.

Sekarang kosong. Non BCB Pribadi

3 Patung Soedirman Berwarna coklat keemasan dalam posisi siap militer.

Sekitar tahun 197—an, karya seniman Solo.

Monumen. Dulu berada di kantor Kodim. Tetap sebagai monumen. Dipindahkan ke depanRumah Sakit Slamet Riyadi karena kantor Kodim berubah menjadi kepemilikan pribadi.

BCB Pemerintah kota

4 Gereja Gendhengan Gaya arsitektur barat 1905 oleh seorang pastur Belanda

Gereja Gereja. Non BCB Pengelola gereja

5 Tugu Lilin Bangunan monumental berbentuk lilin 20 Mei 1933 Memperingati 25 tahun berdirinya pergerakan Boedi Oetomo Tugu peringatan. BCB Pemerintah Kota

6 Museum Dullah Bangunan rumah 80-an dengan banyak ornamen Jawa di bagian depannya.

Sekitar 1960-an Museum ini adalah kepemilikan pribadi, yang dimiliki oleh seorang pelukis ternama yaitu yang bernama Dullah yang pernah menjadi pelukis terkenal di Solo.

Saat ini memiliki koleksi hingga 750-an. Namun sangat disayangkan museum ini kekurangan dana sehingga jarang dibuka

Non BCB Pribadi.

7 Loji Gandrung Bangunan ini merupakan peninggalan Kolonial yang sampai saat ini masih utuh kondisinya.

Sekitar 1960-an Museum ini adalah kepemilikan pribadi, yang dimiliki oleh seorang pelukis ternama yaitu yang bernama Dullah yang pernah menjadi pelukis terkenal di Solo.

Saat ini memiliki koleksi hingga 750-an. Namun sangat disayangkan museum ini kekurangan dana sehingga jarang dibuka.

Non BCB Pribadi.

8 Ex Kodim Bentuk khas arsitektur barat untuk sebuah bangunan rumah tinggal mewah.

Sekitar 1790-an. Sebagai rumah komandan pasukan Belanda Kosong , tidak berpenghuni. BCB Pribadi.

9 Monumen Sriwedari Berbentuk patung yang dipadukan dengan relief. Oleh para veteran tentara. Untuk memperingati perjuangan Tentara Pelajar dalam perjuangan mengusir Belanda dari Kota Solo (19 Desember 1949).

Tetap. BCB Pemerintah Kota

10 MAN 2 Surakarta Bangunan Kolonial, Terdapat sebuah masjid di bagian depan kompleks bangunan.

1790-an. Kantor Pengadilan Agama Sekolah (MAN 2 Surakarta). BCB MAN 2 Surakarta

dan Pemerintah Kota

11 Taman Sriwedari Ditandai dengan adanya Museum Radya Pustaka dan Gedung pertunjukan kesenian. Selebihnya adalah fasilitas hiburan dan rekreasi.

1899 oleh Pakubuwono X Sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan bagi keluarga kerajaan, terinspirasi mitos tentang keberadaan sebuah taman di surga.

Saat ini, taman rekreasi ini mempunyai beberapa fasilitas hiburan baik untuk anak kecil maupun untuk dewasa, restoran-restoran kecil dan stand penjualan souvenir.

BCB Pemilik dan

Pemerintah Kota

12 Museum Radya Pustaka

Letaknya di kompleks Taman Budaya Sriwedari, Jalan Riyadi, bangunan merupakan perpaduan antara kolonial dan arsitektur Jawa.

Dibangun pada 28 Oktober 1980 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintah Paku Buwono IX dan Paku Buwono X.

- Koleksinya terdiri dari beragam benda bersejarah bernilai tinggi

seperti keris, gamelan, patung-patung batu dan perunggu, wayang kulit, keramik, dan lain-lain. Di sini juga terdapat perpustakaan yang menyimpan literatur yang ditulis pada era Jawa Kuno dan kolonial Belanda. Museum  BCB Patung Ronggowarsito  BCB Pemerintah Kota

13 Balai Soedjatmoko Bangunan ini mengadopsi arsitektur Belanda yang dipadukan dengan arsitektur Jawa. Terletak di bawah toko buku Gramedia,

11 Oktober 2003 oleh TB Gramedia Solo

- Biasa digunakan sebagai tempat even pameran kesenian seperti

patung, fotografi, dan lain sebagainya.

Non BCB TB. Gramedia

14 Museum Wuryaningratan

Arsitektur perpaduan antara Belanda dan Jawa. 1890-an oleh H. Santosa Dollah.

Rumah Pribadi. Museum yang merupakan galeri batik kuno dengan tema

‘Batik:Pengaruh Zaman dan Lingkungan’. Dengan menggunakan tema tersebut, penataan koleksi yang dipajang adalah batik Belanda, batik China, batik Jawa, Hakokai, batik pengaruh India, batik Keraton, batik pengaruh Keraton, batik Saudagaran, batik petani, Batik Indonesia, dan Batik Danarhadi./

BCB Batik Danar Hadi

15 Patung Suratin - - Mengenang legenda sepak bola Suratin. Tugu Peringatan, tempatnya sekarang bernama Bale Persis,

markas besar Tim Sepakbola Solo.

BCB -

16 Monumen Pers Bangunan Kolonial unik. 9 Februari 1946 oleh

Mangkunegaran.

Sebagai Gedung Sociatte, yaitu tempat bersosialisasi antara bangsawan Belanda dengan para bangsawan Pribumi. Asal mula nama Monumen Pers adalah untuk memperingati hari jadi pers, hari pertemuan para wartawan seluruh Indonesia (PWI)

Museum yang menyimpan naskah dan dokumen kuno yang merupakan hukti-bukti sejarah monument pers nasional dan perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, kemerdekaan, hingga zaman pemerintahan sekarang.

BCB Pemerintah Kota

17 Masjid Al Wustho Perpaduan arsitektur barat dan tradisioanal. 1900-an. Masjid di Lingkungan Mangkunegaran Tetap sebagai Masjid. BCB Pemerintah Kota

dan Takmir. 18 Wisma Batari Arsitektur Barat. Sekitar tahun 1910-an. Sebagai tempat pertemuan antara para pedagang batik ( Sarekat

Islam/SI)

Lanjutan Tabel 15. Hasil Identifikasi Obyek-Obyek Sejarah Budaya Jalan Slamet Riyadi

No. Obyek Deskripsi

Ciri-Ciri Arsitektural Tahun Pembangunan Fungsi Dahulu Fungsi Sekarang/Status Pengelola

19 Galeri ASDI Akademi Seni Desain Indonesia ini menempati tempat yang memiliki desain gedung yang berarsitektur kolonial.

1900 -an - Ruang Pameran Non BCB ASDI

20 Pura

Mangkunegaran

Bangunan ini merupakan percampuran antara arsitektur tradisional dengan arsitektur barat.

Dibangun pada tahun 1757 oleh Kanjeng Gusti Adipati

Aryo (KGPAA)

Mangkoenagoro I (1757-1795).

Kediaman Raja Mangkunegaran. Pusat Kebudayaan BCB Pemerintah Kota

21 Pasar Triwindu Bangunannya merupakan bangunan baru yang mengadopsi arsitektur Jawa

Pada ulangtahun ke-24 MN V, kemudian mengalami renovasi pada tahun 2009.

Sebelumnya terkenal sebagai pasar barang bekas. Setelah itu di pasar ini bisa ditemukan berbagai jenis-jenis benda kuno dan antik seperti keris, arca batu, arca perunggu, fosil, lampu gantung, dan lain-lain.

Non BCB Pemerintah Kota

22 Kampung Batik Kauman

Bangunan rumah Joglo, Limasan, Kolonial, dan perpaduan arsitektur Jawa dan kolonial.

1900-an Pemukiman Abdi Dalem Ulama Kampung Pusat Produksi Batik. Non BCB Masyarakat dan

Pemerintah Kota 23 Pasar Klewer Tawar menawar merupakan seni tersendiri bagi

pembeli dan penjual di sini.

1930-an. Pasar Klewer merupakan pasar batik dan pasar tekstil terbesar se Indonesia.

Tetap. Non BCB Pemerintah Kota

24 Masjid Agung Dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa 1727 atas prakarsa Pakubuwono X

Masjid Masjid Agung. BCB Pemerintah Kota

25 Keraton Surakarta Arsitektur tradisional Jawa Di halaman istana terdapat menara panggung Sanggabuana.

1746 oleh Paku Buwono II Pusat Pemerintahan Pusat kebudayaan/ Kawasan Keraton

 BCB

Gerbang Gladag dan dari Pasar Klewer  BCB

Pemerintah Kota

26 Gereja GPIB Mempunyai desain arsitektur bercirikan Kolonial. 1830 Gereja Gereja. Non BCB Pengelola Gereja.

27 Kantor Pos Solo Bangunan Kolonial 1900-an Kantor PTT (Post Telpon Telegraph) Kantos Pos Kota Surakarta. Non BCB PT POS Indonesia

28 Javache Bank Bangunan Gaya neoklasik. Karya arsitek Hulswit, Fermont dan Ed. Cuipers

Merupakan kantor bank pertama kali di Surakarta, dulu bernama Javasche Bank,

Sekelompok pemuda pernah menggunakan gedung ini untuk menculik PM Syahrir pada masa revolusi.

Sekarang menjadi gedung Bank Indonesia. BCB Bank Indonesia

29 Gereja St. Antonius Mempunyai arsitektur khas kolonial 1900-an Gereja. Tetap sebagai gereja. BCB Pengelola Gereja

30 Pendapi Gedhe Balaikota

Bangunan di kompleks Balaikota yang memiliki arsitektur Jawa asli, yaitu Joglo.

Pernah dirusah massa pada tahun 1998, kemudian dibangun kembali dengan arsitektur Joglo seperti sekarang ini.

Kantor Balaikota. Sebagai ruang pertemuan atau ruang penyambutan di kompleks balaikota Surakarta.

Non BCB Pemerintah Kota

31 Pasar Gede Hardjonagoro

Bangunan Indische. Bangunan ini merupakan persenyawaan antara bentuk Kolonial (dinding tebal/kolom-kolom yang besar/tegas) dengan konsep tradisional (bentuk atap bentuk joglo atau limas an.

1893 dengan arsitek Thomas Karten

Kawasan tradisional yang menjual bahan pangan, serta makanan khas kuliner Solo.

Tetap sebagai pasar. Pasar  BCB

Tugu Jam  BCB Jembatan  BCB Tiang Lampu Jembatan  BCB Pemerintah Kota 32 Vihara Avalokitesvara

Mempunyai arsitektur khas China dengan warna merah sebagai dominan citranya. Keberadaan vihara ini menandakan eksistensi warga keturunan China di lingkungan Pasar Gedhe.

Sekitar Abad XV Vihara. Tetap sebagai Vihara. BCB Pengelola Vihara

dan Pemerintah Kota. 33 Benteng Vastenberg Bangunan bergaya Kolonial 1756 oleh Belanda. Berfungsi sebagai titik pertahanan Kolonial di Jawa Tengah. Kondisi saat ini lebih meyerupai puing-puing, beberapa bagian

atap di bangunan utama sudah tidak bergenting.

BCB Pribadi

(Robby Sumampow)

34 Gedung Juang 45 Bangunan Kolonial. dulunya bernama Gedung Brigade Infanteri yang dibangun untuk

melengkapi kompleks benteng pertahanan Vastenburg.

Setelah kemerdekaan digunakan sebagai Koperasi Veteran Republik Indonesia.

Tapi kondisi saat ini kosong.

BCB Veteran RI

35 Stasiun Sangkrah Stasiun sederhana di ujung Solo yang menhubungkan Solo Wonogiri ini mempunyai arsitektur khas Kolonial.

- Stasiun. Tetap sebagai stasiun. Non BCB PT. KAI

59 59

Setelah dilakukan proses identifikasi, maka tahap selanjutnya adalah tahap skoring. Tabel 16 berikut berisi pemberian skoring dan bobot kepada obyek-obyek yang terdapat dalam wilayah perencanaan berdasarkan kriteria pembobotan dalam analisis kualitas obyek wisata (Tabel 5 halaman 23).

Tabel 16. Skoring Obyek-Obyek Sejarah Budaya di Jalan Slamet Riyadi

No Obyek

Nilai Kriteria Total

Nilai (Kelas) I 35% II 33,3% III 18,3% IV 13,3% 1 Stasiun Purwosari 20 20 20 20 20,0 B 2 Gedung Lowo 10 20 20 10 15,1 C 3 Patung Soedirman 20 20 20 20 20,0 B 4 Gereja Gendhengan 10 20 20 20 16,5 C 5 Tugu Lilin 20 20 20 20 20,0 B 6 Museum Dullah 20 10 30 30 19,8 B 7 Loji Gandrung 10 20 30 20 18,3 C 8 Ex Kodim 10 20 30 20 18,3 C 9 Monumen Sriwedari 20 20 30 20 21,8 B 10 MAN 2 Surakarta 10 20 20 20 16,5 C 11 Taman Sriwedari 20 20 30 30 23,1 B

12 Museum Radya Pustaka 20 20 20 30 21,3 B

13 Balai Sudjatmoko 10 10 20 30 14,5 C 14 Museum Wuryaningratan 30 20 20 30 24,8 A 15 Patung Suratin 20 20 20 20 20,0 B 16 Monumen Pers 20 20 20 30 21,3 B 17 Masjid Al Wustho 10 20 30 20 18,3 C 18 Wisma Batari 10 20 20 10 15,1 C 19 Galeri ASDI 10 20 20 30 17,8 C 20 Pura Mangkunegaran 30 30 20 30 28,1 A 21 Pasar Triwindu 20 10 20 20 16,7 C

22 Kampung Batik Kauman 30 30 20 30 28,1 A 23 Pasar Klewer 20 10 20 20 16,7 C

24 Masjid Agung 20 20 30 20 21,8 B

25 Keraton Surakarta 30 30 20 30 28,1 A 26 Gereja GPIB 10 20 20 20 16,5 C

27 Kantor Pos Solo 20 20 30 20 21,8 B

28 Javache Bank 20 20 30 20 21,8 B

29 Gereja St. Antonius 10 20 20 20 16,5 C

30 Pendapi Gedhe Balaikota 20 10 30 20 18,7 C

31 Pasar Gede Hardjonagoro 20 20 30 20 21,8 B

32 Vihara Avalokitesvara 10 20 30 20 18,3 C 33 Benteng Vastenberg 30 20 20 10 22,1 B 34 Gedung Juang 45 20 20 20 10 18,6 C 35 Stasiun Sangkrah 10 20 30 20 18,3 C Keterangan: A=Tinggi, B=Sedang, C=Rendah I=Nilai Historis,

II=Keaslian Arsitekturals dan Tata Ruang, III=Lingkungan Sekitar,

IV= Nilai Edukasi,

Dari hasil skoring yang dilakukan, kemudian ditentukan kelas nilai menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah (Gambar 28). Pembagian kelas hasil skoring di atas dicari dengan menggunakan rumus statistik dalam menentukan selang intervalnya (Halaman 25).

61

61

a. Atraksi Wisata

Selain obyek wisata, unsur aspek wisata yang juga berpengaruh dalam perencanaan adalah atraksi wisata. Dengan adanya atraksi wisata, maka obyek wisata pun semakin mempunyai nilai yang tinggi. Pada wilayah perencanaan, hampir seluruh atraksi wisata Kota Solo terdapat di wilayah ini. Berikut ini adalah Tabel 17 yang berisi daftar atraksi wisata yang terdapat di Kawasan Jalan Slamet Riyadi.

Tabel 17. Hasil Identifikasi Atraksi Wisata di Kawasan Jalan Slamet Riyadi

Atraksi wisata Lokasi Waktu Ket.

Wayang Orang dan Wayang Kulit

Sriwedari Reguler E Wayang Bocah Keraton Surakarta

Pura Mangkunegaran

Reguler Reguler

E Membatik Kampung Batik Kauman Reguler E Grebeg Sudiro Pasar Gede Temporal E Grebeg Besar Masjid Agung Temporal E Hari Jadi Kota Solo Pendaphi Gede Balaikota Temporal E Seni Lukis Balai Soedjatmoko Reguler E Solo Batik Fashion Kawasan Mangkunegaran Temporal E

Ritual Mangkunegaran  Wiyosan jumenengan  Kirab Pusaka 1 Suro  Mangkunegaran Performing

Art

Pura Mangkunegaran Temporal E

Ritual Keraton Surakarta  Peringatan Adeging Nagari

Surakarta Hadiningrat  Sekaten  Grebeg Maulud  Keraton Festival  Wiyosandalem Jumenengan PB  Grebeg Pasa  Kirab Pusaka 1 Suro  Malam Selikuran

Keraton Surakarta Temporal E

Festival-festival karnaval Jalan Slamet Riyadi Temporal E Seni musik keroncong Tourism centre Reguler P Film sejarah budaya Solo Tourism centre Reguler P Ket; E= Eksisting, P= Potensial.

Persebaran atraksi wisata tersebut dapat dilihat pada Gambar 29. Dari atraksi yang ada kemudian dianalisis berdasarkan intensitas atraksi di zona-zona tertentu. Langkah yang digunakan adalah dengan melihat polarisasi keberadaan atraksi yang telah diidentifikasi. Selanjutnya analisis atraksi wisata tersebut dapat dilihat pada Gambar 30.

63

63

64

64

65

Dokumen terkait