• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 MODEL PENGELOLAAN KUOTA PENANGKAPAN TUNA SIRIP BIRU SELATAN DI INDONESIA

ATLI ASTUIN ASPERTADU

Customers Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Actors Pemerintah, asosiasi

Transformasi Peningkatan kuota penangkapan SBT Indonesia yang optimum ke

sekretariat CCSBT: dari tidak adanya proposal menjadi ada proposal permohonan kuota penangkapan SBT Indonesia

Worldview Penyusunan proposal permohonan kuota penangkapan SBT Indonesia yang

dilengkapi oleh pendataan SBT yang baik (historical catch dan kapasitas produksi), pengkajian terhadap sumber daya SBT di Indonesia, kepatuhan Indonesia terhadap komisi, serta posisi tawar Indonesia sebagai wilayah

spawning ground SBT untuk tercapainya kuota penangkapan SBT Nasional

yang optimum

Owners Pemerintah pusat

Environment Dukungan dari CCSBT, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Luar

Negeri, peneliti, perguruan tinggi dan asosiasi

Customers Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Actors Pemerintah, asosiasi

Transformasi Pembagian kuota penangkapan SBT Nasional yang porposional: dari tidak

adanya SOP dan regulasi menjadi adanya mekanisme dan regulasi tentang pembagian kuota penangkapan SBT Indonesia

Worldview Penyusun mekanisme pembagian kuota penangkapan SBT sesuai historical

catch dan kapasitas produksi masing-masing asosiasi serta penerbitan

regulasi oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap untuk tercapainya pembagian kuota yang porporsional

Owners Pemerintah pusat

Environment Dukungan dari peneliti, perguruan tinggi, pelabuhan perikanan, pemerintah

daerah, asosiasi dan pelaku usaha Tahap 3 - Root Definition

Tahap ketiga adalah menentukan root definitions (RDs). RDs menggambarkan sistem aktivitas untuk membantu proses pemodelan sistem. Penyusunan RDs dalam penelitian ini menggunakan formula PQR (mengerjakan P dengan Q untuk mewujudkan R). Dengan menggunakan rich picture pada tahap sebelumnya, tujuh root definition dapat dihasilkan dengan memperhatikan elemen CATWOE.

1) Root definition 1, yaitu sistem yang dimiliki oleh pemerintah dalam rangka mengajukan kuota penangkapan SBT Nasional ke CCSBT (P) melalui penyusunan proposal yang berisi tentang historical catch dan kapasitas produksi SBT, kajian tentang sumber daya SBT di Indonesia, kepatuhan Indonesia, serta posisi tawar Indonesia sebagai wilayah spawning ground SBT (Q) untuk tercapainya kuota penangkapan SBT Nasional yang optimum (R).

Tabel 5.1 CATWOE dalam root definition 1

2) Root definition 2, yaitu sistem yang dimiliki oleh pemerintah dalam rangka pembagian kuota penangkapan SBT di Indonesia (P) melalui pembuatan Standard Operating Procedur (SOP) pembagian kuota penangkapan SBT dan penerbitan regulasi oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (Q) untuk tercapainya pembagian kuota yang porposional (R).

Customers Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Actors Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Transformasi Peningkatan pendataan SBT yang tepat dan akurat : dari tidak adanya SOP

dan penerbitan regulasi menjadi ada mekanisme dan regulasi tentang pendaftaran kapal perikanan dan pelaksanaan CDS

Worldview Penyusunan mekanisme pelaksanaan CDS dan penerbitan regulasi oleh

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap untuk tercapainya pendataan SBT yang akurat dan tepat

Owners Pemerintah pusat

Environment Dukungan CCSBT, pelabuhan perikanan, petugas validasi, asosiasi dan

pelaku usaha

Customers Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Actors Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Transformasi Peningkatan pelaporan yang tepat waktu dan akurat ke sekretariat CCSBT:

dari tidak adanya SOP dan regulasi menjadi ada mekanisme dan regulasi tentang pelaporan pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia

Worldview Penyusunan mekanisme pelaporan pemanfaatan kuota penangkapan SBT

Indonesia dan penerbitan regulasi oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap untuk tercapainya pelaporan yang tepat waktu ke sekretariat CCSBT sebagai bentuk kepatuhan Indonesia.

Owners Pemerintah pusat

Environment Dukungan pelabuhan perikanan, petugas validasi, asosiasi dan pelaku

usaha

3) Root definition 3, yaitu sistem yang dimiliki oleh pemerintah dalam melaksanakan pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia (P) melalui pembuatan Standard Operating Procedur (SOP) pendaftaran kapal perikanan dan pelaksanaan Catch Documentation Scheme (CDS) dan penerbitan regulasi oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (Q) untuk tercapainya pendataan SBT yang tepat dan akurat (R).

Tabel 5.3 CATWOE dalam root definition 3

4) Root Definition 4, yaitu sistem yang dimiliki dan dioperasikan dalam pemerintah dalam rangka pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia (P) melalui pembuatan Standard Operating Procedur (SOP) pelaporan pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia dan penerbitan regulasi oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (Q) untuk tercapainya pelaporan yang tepat waktu ke sekretariat CCSBT sebagai bentuk kepatuhan Indonesia (R).

Tabel 5.4 CATWOE dalam root definition 4

5) Root definition 5, yaitu sistem yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah dalam rangka pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia (P) melalui pembuatan Standard Operating Procedur (SOP) pengawasan dan penerbitan regulasi oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (Q) untuk tercapainya pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia sesuai kuota yang telah ditetapkan komisi (R).

Customers Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Actors Pemerintah, asosiasi

Transformasi Pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia sesuai kuota yang telah

ditetapkan komisi: dari tidak adanya SOP dan regulasi menjadi ada mekanisme dan regulasi tentang pengawasan pemanfaatan kuota penangkapan SBT Indonesia

Worldview Penyusunan mekanisme pengawasan dan penerbitan regulasi oleh asosiasi

untuk tercapainya pemanfaatan kuota penangkapan SBT Nasional sesuai kuota yang telah ditetapkan komisi

Owners Pemerintah pusat

Environment Dukungan pelabuhan perikanan, petugas validasi, pemerintah daerah,

asosiasi dan pelaku usaha

Customers Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Actors Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Transformasi Peningkatan kualitas dan pemahaman pelaku usaha, asosiasi dan petugas

verifikasi dari kurang paham terkait dengan regulasi pengelolaan SBT menjadi paham

Worldview Sosialisasi, kerjasama dengan lembaga terkait dan BIMTEK

Owners Pemerintah dan pelaku usaha

Environment Dukungan sekretariat CCSBT, pemerintah pusat, pemerintah daerah,

asosiasi dan pelaku usaha

Customers Pemerintah, asosiasi, pelaku usaha

Actors Pemerintah, asosiasi

Transformasi Peningkatan peran dan tanggungjawab asosiasi : dari kurang berperan dan

kurang peduli menjadi peduli dan bertanggungjawab

Worldview Peningkatan peran asosiasi sangat penting untuk membangun kerangka

kelembagaan dalam rangka tercapainya asosiasi sebagai fasilitator yang mewakili kepentingan pelaku usaha

Owners Asosiasi

Environment Dukungan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pelaku usaha

Tabel 5.5 CATWOE dalam root definition 5

6) Root definition 6, yaitu sistem yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas dan pemahaman SDM (P) melalui sosialisasi, kerjasama dengan lembaga terkait dan BIMTEK (Q) untuk tercapainya kegiatan CDS sesuai dengan ketentuan Resolusi CCSBT (R).

Tabel 5.6 CATWOE dalam root definition 6

7) Root definition 7, yaitu sistem yang dimiliki dan dioperasikan oleh asosiasi dalam rangka meningkatkan peran asosiasi (P) melalui pemanfaatan jaringan antara pemerintah, asosiasi dan pelaku usaha (Q) untuk tercapainya asosiasi sebagai fasilitator yang mewakili kepentingan pelaku usaha (R).

Tabel 5.7 CATWOE dalam root definition 7

Dokumen terkait