• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Autis

Menurut Jamaris (2015:227) autisme adalah keadaan yang disebabkan oleh kelainan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku yang sangat kaku dan pengulangan perilaku. Autisme sendiri merupakan gangguan yang meliputi area kognitif, emosi, perilaku, sosial, termasuk juga ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Anak autis akan tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda di bandingkan dengan anak-anak normal lainnya.

Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang khas mencakup persepsi, linguistik, kognitif, komunikasi dari yang ringan sampai yang berat, dan seperti hidup di dunianya sendiri, di tandai dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan lingkungan eksternalnya (Koswara, 2013:11).

Sedangkan menurut Yuwono, (2012:26) berpendapat bahwa pengertian autisme dimuat dalam IDEA (Individuals with Disabilitas Education Act) yakni masalah perkembangan yang secara signifikan berdampak pada kemampuan berkomunikasi verbal, non verbal, interaksi sosial yang umunya terjadi sebelum umur tiga bulan.

Beragam definisi yang di kemukakan oelh para ahli, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif yang menganggu fungsi kognitif dan mempengaruhi kemampuan bahasa, komunikasi, perilaku, dan interaksi sosial. Anak autis cenderung melakukan kegiatan yang ia sukai secara berulang-ulang.

b. Penyebab Autis

Autisme adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku. Gejala autis mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun. Gangguan autistic ditandai dengan tiga gejala utama yaitu gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku yang stereotipik. Apabila interaksi membaik, seringkali gangguan komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis. Komunikasi tidak selalu identic dengan bicara, dapat di lakukan secara nonverbal (Desinigram, 2016).

Menurut Wiyono dalam (Usop, 2014:11) secara spesifik, factor-faktor yang menyebabkan anak menjadi autistik belum ditemukan secara pasti, meskipun secara umum ada kesepakatan di dalam lapangan yang membuktikan adanya keberagaman tingkat penyebabnya. Hal ini termasuk bersifat genetic, metabolic,dan

gangguan syaraf pusat, gangguan pencernaan hingga keracunan logam berat. Struktur otak yang tidak normal seperti hydrocephalus juga dapat menyebabakan autistic.

Penyebab autisme secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu genetic dan lingkungan. Factor genetic telah ditemukan gen autis yang telah diturunkan orang tua kepada beberapa anak autis.

Sedangkan factor lingkungan adalah terkontaminasinya lingkungan oleh zat-zat beracun, pangan, gizi, dan akibat raksenasi (Winarno, 2013:17).

Selain hal tersebut, terdapat factor lain yang menyebabkan autisme pada anak yaitu interaksi antara lingkungan dan gen. jika seorang anak menderita autisme,terdapat resiko besar bahwa anak lain yang terlahir dari orang tua yang sama akan memilikinya juga (berdasarkan rasio dasar 0,7 persen, kemungkinan saudara-saudaranya sekandung adalah 4 sampai 10 persen). Mengidentifikasi penyebab genetic akan memampukan mengenali anak bagaimana yang beresiko terserang autisme. Tes genetic memungkinkan intervensi lebih awal diberikan bagi anak yang beresiko terserang autis (Sastry dan Aguirre, 2014).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa gejala anak berkebutuhan khusus autis terlihat sebelum usia tiga tahun, dengan gangguan utama pada interaksi, komunikasi dan perilaku yang berulang dan tidak bervariasai. Hal ini disebabkan oleh factor genetic, metabolic, gangguan syaraf pusat, gangguan pencernaan, dan lingkungan yang telah terkontaminasi oleh zat-zat beracun.

c. Klasifikasi Autis

Menurut Surana dan Paderoit (2014:20) mengklasifikasikan keadaan lima jenis gangguan perkembangan yang terjadi pada anak autis antara lain:

1) Autistic Disorder Autism

Autis yang muncul sebelum usia tiga tahun dan ditunjukkan dengan imajinasi serta adanya perilku berulang pada minat dan aktivitas tertentu.

2) Asperger’s Syndrome

Autis yang terhambat pada perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum menunjukkan keterlambatan bahasa dan berbicara, serta memiliki tingkat intelegensi rata-rata hingga diatas rata-rata.

3) Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified

Merujuk pada istilah atypical autis, autis jenis PDD-NOS adalah seoranga anak autis yang tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosis tertentu (autis aspergers dan rett’syndrome).

4) Rett’s Syndrome

Autis yang lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Anak mengalami gangguan perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya. Kehilangan kemampuan fungsi tangan yang digantikna dengan gerakan-gerakan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1-4 tahun.

5) Childhood Disintegrative Disorder

Menunjukkan kemampuan perkembangan anak yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan, kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

d. Karakteristik Autis

Menurut Jamaris (2015:228-230) anak autis timbul dengan gejala yang beragam, tetapi keberagaman tersebut masih dapat diklasifikasikan ke dalam empat bagian, yaitu: (1) kelainan dalam interaksi sosial, (2) kelainan dalam komunikasi, (3) kelainan dalam perhatian, dan (4) perilaku yang berulang.

1) Kelainan dalam interaksi sosial

Kelainan interaksi sosial yang dikenal dengan istilah ASD, yang biasanya telah terlihat sejak usia dini. Bayi yang terdeteksi autisme memperlihatkan perhatian yang sangat kurang pada stimulus diberikan kepadanya, seperti: tersenyum, canda orang tua kepadanya. Jarang melihat pada orang lain, tidak merespons apabila namanya dipanggil. Anak usia dini yang mengalami autis dapat dibedakan dengan jelas dari anak normal. Anak autis menunjukkan kelemahan dalam bahasa pemahaman dan menafsirkan isis bahasa. Oleh sebab itu, dalam berkomunikasi dengan anak atau individu autis perlu lebih sabar dan dengan ucapan kalimat yang tidak tepat.

2) Kelainan dalam komunikasi

Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap anak autis menunjukkan bahwa dua pertiga, bahkan sampai setengah dari jumlah anak autis tidak mengalami perkembangan bahasa dan komunikasi pada hakikatnya telah muncul sejak bayi, yang mencakup terlambat dalam meraba, menunjukkan isyarat-isyarat yang aneh, tidak merespons sapaan, dan ungkapan vocal yang tidak sesusai dengan apa yang di contohkan oleh orang tua atau pengasuhnya.

3) Perilaku berulanag

Individu autis menunjukkan berbagai bentuk pengulangan perilaku atau perilaku yang tetap tidak berubah. Keberagaman pengulangan perilaku tersebut di kelompokkan ke dalam beberapa bagian dan pengelompokan. Kategori tersebut adalah sebagai beriku:

a) Stereotype, yaitu penguangan gerakan, seperti bertepuk tangan, mengeluarkan bunyi suara tertentu, menggoyangkan kepala atau badan.

b) Compulsive behavior, yaitu perilaku yang bertujuan untuk mengikuti peraturan, seperti membariskan sejumlah mainan.

Susunan terbaik tidak akan di ubah dan selalu di lakukannya pada waktu menyusun benda atau mainan.

c) Sameness, yaitu perilaku yang tidak mau berubah, misalnya mempertahankan agar suatu benda terletak pada tempatnya dan tidak boleh di ubah dan di ganggu.

d) Ritualistic Behaviore, yang mencakup tidak memvariasikan pola kegiatan sehari-hari, misalnya tidak mau menu makan atau minuman yang berbeda.

e) Restricted Behavior, yaitu perilaku yang terbatas dan terfokus pada minat dan aktivitas tertentu.

f) Self-injuret, yaitu perilaku melukai diri dan dilakukan berulang-ulang, seperti menarik-narik kulit tangan, menggigit-gigit tangan, dan membentur-benturkan kepala.

g) Tidak ada perilaku yang berulang yang spesifik bagi anak autis, akan tetapi yang dapat mentap adalah meningkatkan pola perilaku berulang dan keparahan ini berlanjut.

Sedangkan menurut Koswara (2013:12) anak autis memiliki karakteristik yang khas bila dibandingkan dengan anak berkebutan khusus lainnya. Secara umum anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Tidak memilki kontak mata dengan orang lain atau lingkungn

sekitarnya. Anak autis umumnya tidak dapat melakukan kontak mata atau menatap guru, orang tua atau lawan bicaranya ketika melakukan komunikasi

2) Anak autis sangat selekif terhadap rangsang, seperti tidak suka di peluk, meresa seperti sakit kepala ketika dibelai guru atau orang tuanya. Beberapa anak ada yang sangat terganggu dengan warna-warna tentu.

3) Respon stimulus diri yang mengganggu interaksi sosial. Anak autis sering kali melakukan atau menunjukkan sikap seperti mengepak-epakkan tangan, memukul-mukul kepala, menggigit jari tangan ketka

merasa kesal atau merasa panic dengan situasi lingkungan yang baru di masukinya.

4) Anak autis umumnya senang bermain sendiri, hal ini karena anak autis tidak melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Oleh karena itu anak autis jangan di biasakan bermain sendiri.

5) Anak autis pada umumnya melakukan gerakan tubuh yang khas, seperti menggoyang-goyangkan tubuh , jlan berjinjit, menggerakkan jari ke meja dan memperlihatkan ekspresi wajah yang datar sehingga sulit membedakan apakah anak sedang merasa senang, sedih ataupun marah.