• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di Masa Covid-19 di SLBN Tanjung Jabung Timur

VII VIII IX JML

B. TEMUAN KHUSUS DAN PEMBASHASAN

1. Pelaksanaan Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di Masa Covid-19 di SLBN Tanjung Jabung Timur

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis berbeda dengan anak-anak umum lainnya. Anak umum lebih mudah melakukan interaksi dan komunikasi dengan lingkungan di sekitarnya, serta lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran yang seharusnya berpusat kepada siswa, namun kenyataannya guru yang lebih aktif dibandingkan dengan siswa. Karena anak autis mempunyai gangguan perkembangan yang menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Dalam hal tersebut berdampak pada kurannya minat mereka untuk melakukan kontak sosial dan memiliki kesulitan dalam berkomunikasi.

Menurut hasil wawncara peneliti bersama wali kelas autis yang menjadi nara sumber dari data penelitian mengenai proses pembelajaran pada anak autis.

“Kita mengajar anak autis yang memiliki kekurangan dalam berkomunikasi/berbicara dan berinteraksi/bersosialisasi yang tidak seperti anak pada umumnya. Di kelas ini pada saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka guru selalu menyiapkan bahan ajar dan selalu memperhatikan aktivitas anak selama proses pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran daring (DR) guru membuat bahan ajar, dan dalam 1 minggu 2x wali murid harus mengambil bahan ajar tersebut di sekolah. Jika wali murid tidak mengambil bahan maka guru akan mengirimkannya melalui media whatsshapp”.

(Wawancara dengan wali kelas autis Ibu Siti Hasi’ah, S.Pd.I. Kamis25 Maret 2021).

Proses pembelajaran tidak terlepas dari komponen-komponen pendukung dalam suatu pembelajaran yaitu kurikulum, guru, siswa, metode pembelajara, materi pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan sarana prasarana pembelajaran.

a) Guru Memberikan Pelayanan Individual Terhadap Siswa

Peran guru sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

Peranan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran pada anak autisme sangat memegang peranan yang optimal. Anak dengan gangguan autisme sangat membutuhkan pendekatan yang khusus dari seorang guru. Guru tidak hanya mengajarkan namun guru juga turut membimbing siswa melalui pendekatan agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran tercapai.

Sebagai pengelola pembelajaran, guru bertugas untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sedangkan sebagai pengelola kelas, guru bertugas untuk menciptakan situasi kelas yang memungkinkan terjadinya pembelajaran yang efektif. Kedua tugas itu saling berkaitan suatu dengan yang lain. (Syafarudin, Syahran,2020:9)

Guru di Sekolah Luar Biasa sangat berperan penting dalam pelayanan individual siswa yang berkebutuhan khusus. Guru sangat di tuntut untuk dan memotivasi siswa autis yang berguna untuk membangkitkan keinginannya yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa autis dengan tujuan agar anak tersebut tidak mengalamai hambatan dalam proses pembelajaran.

Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah Ibu Retno Devi Apriani, S.Pd sebagai berikut:

“Peran guru di SLB adalah layanan individual, karena di dalam satu kelas kemampuan anak-anak relative berbeda. Oleh karena itu guru haru aktif mendampingi anak autis ketika proses pembelajaran dan ketika ada kesulitan dengan layanan atau pendekatan individu yang menjadi ciri khas di SLB.” (Wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Retno Devi Apriani, S.Pd. Rabu, 24 Maret 2021).

Sama halnya yang di sampaikan oleh Ibu Siti Hasi’ah wali kelas autis.

“Peran guru sangat penting dalam memberikan pembelajaran kepada siswa, dimana agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan RPP yang telah di buat oleh guru tersebut. Selain itu guru juga memberikan bimbingan dan motivasi agar anak-anak tersebut tidak mengalami hambatan dalam proses pembelajaran.”

(Wawancara dengan wali kelas autis Ibu Siti Hasi’ah, S.Pd.I.

Kamis 25 Maret 2021).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah peneliti lakukan tentang peranan guru terhadap anak autis di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur, dapat diketahui bahwa peran guru sangat penting dalam mengajarkan, mengarahkan, membimbing dan memotivasi anak autis saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa tetap semangat mengikuti pembelajaran pada masa covid-19 dan mendapatkan hasil yang baik serta tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

b) Menggunakan Media Pembelajaran yang Sederhana

Media pembelajaran merupakan alat bantu proses pembelajaran.

Segala sesutau yang dapat di pergunakan menyalurkan pesan, merangsang pikiran siswa, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau ketampilan peserta didik sehingga dapat memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran. Seorang guru harus dapat memilih dan mencocokkan media yang akan digunakan dengan materi pembelajaran yang akan di ajarkan kepada siswa.

Penggunaan media pembelajaran dapat membangkitkan minat siswa mengikuti proses pembelajaran secara focus. Selain itu media pembelajaran yang di tampilan dapat memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar. Media pembelajaran juga dapat memberikan rangsangan dalam kegiatan belajar siswa. Tidak bisa di pungkiri media pembelajaran juga telah memberikan pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

pengaruh media pembelajaran sangat membantu keaktifan siswa dalam menyampaikan pesan da nisi materi pembelajaran. (Ikhsan, Syahran,2020:30)

Ibu Siti Hasi’ah selaku wali kelas autis mengatakan bahwa media pembelajaran yang kerap digunakan adalah sebagai berikut:

“Biasanya ibu menggunakan media pembelajaran seperti gambar, buku dan media-media yang mudah di pahami anak. Buku untuk mengajar siswa, Ibu menggunakan buku khusus anak autis dengan tema maupun materi yang lebih sederhana dibandingkan dengan buku tematik anak pada umumnya. Kami menggunkan media-media yang di mudah di pahami siswa.” (Wawancara dengan wali kelas autis Ibu Siti Hasi’ah, S.Pd.I. Kamis 25 Maret 2021).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah peneliti lakukan guru menggunakan media yang mudah di pahami oleh siswa dan di sesuaikan dengan materi pembelajaran tematik agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tujuan pembelajaran tercapai.

c) Menggunakan Metode Dan Strategi yang Di Pahami Siswa

Metode Pembelajaran adalah seluruh rangkain penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang di gunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran pada anak autis berbeda dengan anak pada umumnya.

Ibu Siti Hasi’ah selaku wali kelas autis mengatakan bahwa dalam metode pembelajaran untuk siswa autis sebagai berikut:

“Metode Pembelajara pada anak autis berbeda dengan anak-anak umum lainnya. Di karenakan kemampuan anak autis itu berbeda-beda jadi 1 anak menggunkan 1 metode, ada yang metode menulis dan metode membaca. Dan kita sebagai pendidik harus terlebih dahulu mengetahui kemampuan siswa sebelum memberikan materi pembelajaran.” (Wawancara dengan wali kelas autis Ibu Hasi’ah, S.Pd.I. Kamis 25 Maret 2021).

Berdasarkan hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, guru menggunakan media yang mudah di pahami dan sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing agar tujuan pembelajaran tercapai.

d) Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kemampuan Anak

Evaluasi adalah proses yang sangat penting dalam pembelajaran karena evaluasi pembelajaran adalah suatu proses penilaian yang sistematis untuk menetukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Evaluasi sangat penting dilakukan oleh guru kepada siswanya untuk mengetahui hasil belajar siswa dan kemampuan masing-masing siswa. Evaluasi pembelajaran pada anak autis berbeda dengan anak pada umumnya.

Ibu Siti Hasi’ah selaku wali kelas autis mengatakan bahwa dalam mengevaluasi pembelajaran untuk siswa autis sebagai berikut:

“Evaluasi atau penilaian di dalam segi kompetensi untuk anak autis berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Standar penilaian kriterian ketuntasan minimal (KKM) anak autis lebih rendah di bandingkan dengan anak-anak pada umumnya. KKM pada anak autis maksimal 70 sedangkan anak pada umumnya maksimal dapat mencapai nilai 80.” (Wawancara dengan wali kelas autis Ibu Siti Hasi’ah, S.Pd.I. Kamis, 25 Maret 2021).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat di simpulkan bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran untuk anak autis dengan nilai rata-rata KKM lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya.

2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran pada Anak