• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTIS DI MASA COVID-19 DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI TANJUNG JABUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTIS DI MASA COVID-19 DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI TANJUNG JABUNG TIMUR"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTIS DI MASA COVID-19 DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

Disusun oleh:

MEGAWATI NIM 204172680

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

(2)

ii

PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTIS DI MASA COVID-19 DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

Di ajukan sebagai salah satu tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Di susun oleh:

MEGAWATI NIM 204172680

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

(3)

iii

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365 NOTA DINAS

Kode Dokumen

Kode Formulir Berlaku Tgl

No Revisi

Tgl Revisi

Halaman In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-

01

R-0 - 1 dari1

Hal : Nota Dinas

Lampiran : - Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi Di Jambi

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:

Nama : Megawati

NIM : 204172680

Judul Skripsi : Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di Masa Covid-19 Di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur.

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia pendidikan Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah.

Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, Maret 2021 Mengetahui

Pembimbing I

Dr. H.M. Syahran Jailani, M.Pd

NIP. 196908181996031002

(4)

iv

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365

NOTA DINAS Kode

Dokumen

Kode Formulir Berlaku Tgl

No Revisi

Tgl Revisi

Halaman In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-

01

R-0 - 1 dari1

Hal : Nota Dinas

Lampiran : - Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi Di Jambi

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:

Nama : Megawati

NIM : 204172680

Judul Skripsi : Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di Masa Covid-19 Di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur.

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia pendidikan Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah.

Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, Maret 2021 Mengetahui

Pembimbing II

Dr. Sri Yulia Sari, M.Pd.I NIP. 197807272014122004

(5)

v

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah di tuliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari di temukan seluruh atau sebagian bukan hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jambi, April 2021

Megawati 204172680

(6)

vi

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Segala usaha dan perjuangan yang tak pernah luput dari ridho Allah SWT dan kedua orang tua, kini diriku tiba di titik yang selama ini ku impikan. Sebuah awal

dari perjuangan baru untukku menepaki dunia yang lebih luas dan mencari lebih banyak ilmu dunia serta akhirat untuk suatu saat dapat aku persembahkan untuk

orang lain.

Kupersembahkan karya kecil nan berharga ini.

Untukmu wahai malaikat yang selalu menjagaku, yang selalu berada didepan di segala kondisiku, yang selalu memberiku segala hal yang aku inginkan hingga diriku dapat menggapai cita-citaku. Terimakasih untuk semua usaha dan kerja

kerasmu untukku selama ini.

Ayahku tercinta

( Saipul A.N.R )

Untukmu wahai malaikat tanpa sayapku, wanita hebat yang selalu menjadi inspirasiku, yang selalu memahamiku dalam keadaan apapun, pantang menyerah

dan membangkitkan semangat saat keterpurukan menerpa, yang selalu memberikanku dukungan di setiap langkahku untuk menggapai cita-citaku.

Terimakasih telah mendoakanku disetiap sujudmu.

Ibuku tercinta

( Rosnawati )

Tak lepas dari semangat saudara perempuan ibuku makcik tercinta

(Rohani)

dan Alm nenekku tercinta

(Siti Rogaya)

serta kakekku tercinta

(Raje kuta)

dan

teruntuk adikku tercinta

(Muhammad Adha)

terimakasih kalian selalu ada untukku dan mengajariku banyak hal sehingga aku bisa sampai dititik sekarang

ini. Terimakasih kuucapkan untuk semangat dan do’a untukku.

(8)

viii MOTTO

َنْيِنِم ْؤُّم ْمُتْنُك ْنِا َن ْىَلْعَ ْلَا ُمُتْنَا َو ا ْىُن َزْحَت َلَ َو ا ْىُنِهَت َلَ َو

Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (Qs Ali Imran Ayat 139).

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Rabb semesta alam yang tidak pernah berhenti memberikan berjuta nikmatNya. Maha suci Allah yang telah memudahkan segala urusan. Karena berkat kasih sayang-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi baik moral maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., MA., El selaku wakil rektor I UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Ibu Dr. Hj. Fadillah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

4. Ibu Dr. Risnita, M.pd.I selaku Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

5. Bapak Dr. Najmul Hayat, M.Pd.I selaku Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

6. Ibu Dr. Yusria, S.Ag. M.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

7. Ibu Ikhtiati, M.Pd dan Ibu Nasyariah Siregar, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

8. Bapak Dr. H.M. Syahran Jailani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Sri Yulia Sari, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan segala pemikiran demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

(10)

x

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.

10. Ibu Retno Devi Apriani, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Ibu Siti Hasi’ah, S.Pd.I selaku Wali Kelas Autis Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur.

11. Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat seangkatan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah terkhusus PGMI VIII B dan sahabat seperjuangan Ilian Sevrina Anggraini, Wulan Permatasari, Februana Safitri, Wiwin Naila Rejekei, Fitriani Dwi Cahyani, Masnidar Indang Setiawati, dan Lika Putri yang telah memberi masukan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini

13. Sahabat kecilku Dwi Ashara, Rosnia, Rosyanti Syahfirti, Apifa, Rosidha Marvianti, Resma, dan Bastia yang selalu membantu dan mensuportku dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Keluarga besar KKN-KS Desa Teluk Majelis yang selalu memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

xi ABSTRAK Nama : Megawati

Program : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul : Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di Massa Covid-19 Di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur

Skripsi ini membahasa tentang pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19 di sekolah luar biasa negeri tajung jabung timur. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya pada pembelajaran daring/pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka pada masa covid-19 pada anak berkebutuhan khusus autis. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19. 2) Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak berkubutuhan khusus autis pada masa covid-19. 3) Unutk mengetahui cara guru mengatasi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus autis pada masa covid-19.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan studi kasus. Kemudian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan: 1) mereduksi data dengan cara mencatat dan merekam data yang di dapat selama di lapangan, 2) menyajikan data dengan uraian dalam bentuk teks naratif, 3) menyimpulkan data atau verifikasi dengan menarik kesimpulan secara garis besar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran di masa covid-19 adalah guru cukup kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran karena kurannya kemampuan anak autis berkomunikasi serta kurangnya komunikasi antara orang tua dengan guru, kurangnya guru berlatar belakang pendidikan luar biasa, media pembelajaran yang terbatas, metode pembelajaran yang tidak dapat diterapkan sepenuhnya, kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar. Upaya dalam mengatasi kendala dalam proses pembelajaran pada masa covid-19 ini adalah guru melakukan breaving sebelum memulai pembelajaran, memperbaiki komunikasi dengan orang tua siswa, guru mempersiapkan alat dan bahan ajar serta menggunakan metode pembelajaran berdasarkan karakteristik anak.

Kata Kunci: Pembelajaran Autis

(12)

xii ABSTRACT

Nama : Megawati

Program studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di Masa Covid-19 Di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur.

This thesis discusses learning about children with special needs with autism during the covid-19 periode at the tanjung jabung timur special school.

Researchers will focus their research on online learning/distance learning and face-to-face learning during the covid-19 periode in children with special needs with autism. The purpose of this research is: 1) to find out the implementation of learning in children with special needs with autism during the covid-19 period, 2) to find out the obstacles in the implementation of learning in children with special needs with autism during the covid-19 periode, 3) to find out how teachers overcome obstacles in the implementation of learning for children with special needs with autism during the covid-19 periode.

The method used in this research is a qualitative method, with a case study approach. Then data collection was carried out using the method of observation, interviews, and documentation. The data analysis technique is carried out in the following steps: 1) reducing data by recording and recording data obtained during the field, 2) presenting data with descriptions in the form of narrative text, 3) concluding data or verification by drawing broad conclusions.

The results showed that the obstacles that occurred in the learning process during the Covid-19 period were that teachers had difficulty in delivering learning materials due to the low ability of autistic children to communicate and lack of communication between parents and teachers, lack of teachers with special educational backgrounds, limited learning media. , learning methods that cannot be fully applied, difficulties in teaching and learning activities. Efforts to overcome obstacles in the learning process during the Covid-19 period include the teacher doing breaving before starting learning, improving communication with parents of students, the teacher preparing teaching tools and materials and using learning methods based on children's characteristics.

Keywords: Autism Learning

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

PESEMBAHAN ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Focus Penelitian ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 6

1. Pembelajaran Bagi Anak Autis ... 6

a. Pengertian Pembelajaran Bagi Anak Autis ... 6

b. Model Pembelajaran ... 6

c. Peran Guru Dalam Pembelajaran Siswa Autis ... 6

d. Perencanaan Pembelajaran ... 7

e. Metode Pembelajaran ... 8

f. Evaluasi Pembelajaran ... 9

2. Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

(14)

xiv

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ... 11

c. Factor Penyebab Anak Berkbutuhan Khusus ... 14

d. Dampak Kelainan Anak Berkebutuhan Khusus ... 15

3. Autis ... 16

a. Pengertian Autis ... 16

b. Penyebab Autis ... 17

c. Klasifikasi Autis ... 18

d. Karakteristik Autis ... 19

4. Covid-19 ... 21

a. Pengertian Covid-19 ... 21

5. Sekolah Luar Biasa (SLB) ... 22

a. Pengertian Sekolah Luar Biasa (SLB) ... 22

b. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Pendidikan SLB ... 22

B. Studi Relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 26

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 27

C. Jenis dan Sumber Penelitian ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 30

G. Jadwal Penelitian ... 32

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum ... 35

1. Gambaran Umum Sekolah ... 35

2. Identitas Sekolah ... 35

3. Visi dan Misi Sekolah ... 36

4. Peserta Didik Baru ... 37

5. Struktur Organisasi Sekolah ... 38

(15)

xv

6. Data Siswa ... 39

7. Data Guru ... 41

8. Sarana dan Prasarana ... 57

9. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 57

B. Temuan Khusus dan Pembahasan ... 58

1. Temuan Khusus ... 58

2. Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat fundamental sebagai bekal dalam mejalani kehidupan. Dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan kognitif, memiliki kepribadian (afektif) dan memiliki keterampilan (psikomotorik). Bila di beratkan, pendidikan bagaimana cahaya yang menyinari kegelapan, sehingga dengan cahaya tersebut manusia mampu melihat situasi yang ada di sekitarnya. Pendidikan pada dasarnya adalah segala bentuk aktivitas dari suatu proses mengenai pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang nantinya akan di teruskan kepada generasi selanjutnya. (Ikhsan, Syahran.

2020:1-2)

Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sekolah Dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Pemendiknas No. 23 Tahun 2006 Tentang Santar Kompetensi Lulusan).

Pembelajaran adalah suatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk membantu peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Tujuan belajar adalah terwujudnya efisien dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni, 2012:11).

Pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan dengan berbagai cara, tidak hanya dengan mengandalkan proses pembelajaran yang dilakukan disekolah

(17)

tetapi juga dapat dilakukan dirumah. Sama halnya dengan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang sedang dilaksanakan pada tahun ajaran kali ini yakni dengan menggunakan metode pembejaran daring/online diseluruh Indonesia saat ini. Ini terjadi karena penyebaran wabah covid-19 yang sedang meraja lela di Negeri ini.

Pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan pada saat kegiatan bertatap muka di Sekolah kini hanya bisa dilaksanakan di rumah masing-masing. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran yang seharusnya terlaksana dengan baik, kini hanya dapat terlaksana separuh dari kegiatannya. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan semacam ini banyak sekali menguntungkan dan merugikan banyak pihak. Keefektifan pada saat pembelajaran mempengaruhi banyak aspek salah satunya yakni terhadap pelaksanaan pada anak berkebutuhan khusus autis yang sedang berlangsung selama masa pandemic covid-19 ini.

Anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang jika dilihat signifikan merupakan seorang anak yang memiliki kelainan, baik dalam fisik, emosional, mental, ataupun sosial, dalam proses pertumbuhannya jika dibandingkan dengan sejumlah anak yang lainnya yang memang seusia dengannya. Seorang anak berkebutuhan khusus memiliki kesempatan yang sama dengan siswa lainnya hanya saja perlu perlakuan khusus untuk ditempatkan di sekolah yang sesuai dengan kondisinya.

Salah satu sekolah yang menaungi anak-anak yang memiliki keunikan/special adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). Salah satu bentuk anak tersebut adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus yang dinamakan anak autis.

Autisme pada hakikatnya adalah gangguan perkembangan nerobiologi yang luas pada anak. Gangguan ini menimbulkan masalah bagi anak, dalam hal berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan. Anak autis tak dapat berinteraksi dengan siapapun secara berarti, karena ketidakmampuan memahami apa yang di maksud orang lain (Mulyadi dan Sutadi, 2014).

Berdasarkan Observasi awal di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung jabung Timur dengan salah satu guru Sekolah Luar Biasa (SLB) kelas autis pembelajaran pada masa pandemic covid-19 ini tidak berjalan dengan optimal. Karena siswa tidak di perbolehkan datang ke sekolah dikarenakan virus covid-19. Pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis selama masa pandemic covid-19 ini hanya

(18)

menggunakan buku paket atau lembar kerja yang telah diberikan oleh guru kepada wali murid. Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran orang tua sangat mengalami kesulitan. Karena anak-anak mereka tidak ingin mengerjakan tugas dan ketika guru mengirimkan tugas mereka tidak ingin di ganggu dan ingin mengerjakannya sendiri. Ketika kondisi mereka lagi baik maka orang tua baru bisa membantu mereka untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

Permasalahan diatas menggambarkan betapa sulitnya pembelajaran yang berlangsung secara daring pada masa pandemic covid-19 dan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran siswa sehingga proses pembelajaran tidak menghasilkan hasil yang maksimal dikarenakan virus covid-19. Berdasarkan uraian permasalahan diatas yang diteliti ingin mengangkat judul “Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di Masa Covid-19 Di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis hasil penelitian dan menghindari penyimpangan dalam pembahasan penelitian ini, peneliti difokuskan kepada Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autis di masa covid-19 di Sekolah Luar Biasa Tanjung Jabung Timur.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19 di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur?

2. Apa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19 di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur?

3. Bagaimana cara guru mengatasi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19 di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur?

(19)

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19 di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur

2. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak berkubutuhan khusus autis di masa covid-19 di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur

3. Unutk mengetahui cara guru mengatasi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19 di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan guru dan peneliti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran secara daring pada masa pandemi covid-19

b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada guru bagaimana menerapkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi covid-19

c. Hasil penelitian mampu menjadi acuan teoritis bagi peneliti yang sejenis.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

1) Memberi wawasan baru kepada siswa bagaimana ketika melaksanakan pembelajaran jarak juah

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

b. Bagi guru

(20)

1) Memberikan informasi sebagai wawasan untuk para guru sehingga dapat mengetahui hasil pembelajaran dan dapat meningkatkan pelaksanaan pembelajaran

2) Dengan pembelajaran jarak jauh ini diharapkan siswa mampu beradaptasi ketika proses pembelajaran berlangsung

c. Bagi sekolah

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam upaya pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.

2) Dapat meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah sehingga pembelajaran lebih berkualitas lagi

3) Peningkatan nilai siswa berpengarauh terhadap prestasi sekolah itu sendiri.

d. Bagi peneliti

1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti dalam pembelajaran daring. Mampu menjadi acuan teoritis bagi peneliti peneliti yang sejenis.

2) Sebagai salah satu persyaratan bagi peneliti untuk memenuhi tugas skripsi

(21)

6 BAB II

TINJAUN PUSTAKA A. Kajian Teoritik

1. Pembelajaran Bagi Anak Autis a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “belajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) di tambah awalan “pe” dan akhiran “an”

menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Nurhalim,K.2014;25).

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organic dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. (Supriyanto, 2009:13)

Pembelajaran untuk anak autis pada umumnya di dasarkan pada prinsip-prinsip 1) terstruktur; 2) terpola; 3) terprogram; dan 4) konsisten. Pembelajaran terstruktur dalam implementasinya mencakup keempat prinsip yang dimaksud. Strategi pembelajaran terstruktur bagi anak autis pada tataran praktis mengandung makna pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan/akar materi yang paling mudah dan dapat di lakukan oleh anak. Setelah kemampuan tahap satu dikuasai, baru di lanjutkan ke tahap berikutnya namun merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari tahap sebelumnya. (Hermansyah,2019:2)

(22)

Implementasi pembelajaran terstruktur sangat berguna bagi anak autis untuk dapat belajar secara mandiri atau dengan arahan dan bantuan yang minim. Melalui pembelajaran terstruktur yang menggunakan media komunikasi visual sangat membantu anak autis untuk memahami arahan secara visual. Implementasi pembelajaran terstruktur dalam bentuk struktur fisik dapat menciptakan lingkungan belajar yang teratur dan mengkondisikan pembelajaran secara konsisten. Ini dapat memudahkan anak autis untuk memasuki masa transisi aktivitas pembelajaran satu ke aktivitas pembelajaran yang baru.

Salah satu prinsip dari pembelajaran terstruktur yaitu proses pembelajaran di mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan dari yang kongkrit ke yang abstrak. Memperkenalkan sebuah konsep atau pengertian suatu objek kepada anak autis juga harus di mulai dari yang konkrit menuju yang abstrak secara bertahap terstruktur.

Secara psikologis anak autis mudah cemas apabila dihadapkan pada situasi baru dan berubah-rubah. Karena anak autis lemah pada imajinasi, maka dalam melaksanakan suatu aktivitas atau menyelesaikan suatu tugas cenderung menggunakan satu cara (one way). Dalam kondisi keterbatasan semacam ini, pembelajaran terstruktur memberikan solusi untuk mengarahkan dan membimbing anak autis agar dapat tumbuh dan berkembang dalam menjalani kehidupan seperti halnya anak-anak yang normal lainnya. Pembelajaran terstruktur akan memudahkan anak autis untuk memahami lingkungannya, belajar melakukan aktivitas sesuai dengan tahapan yang konsisten dijalaninya.

b. Peran Guru Dalam Pembelajaran Siswa autis

Peran guru yang penting dalam mendorong pembelajaran siswa adalah meningkatkan keinginan siswa atau motivasi untuk belajar.

Melakukan tugas ini, guru perlu memahami siswa-siswa dengan baik

(23)

agar nantinya mampu menyediakan pengalaman-pengalaman pembelajaran yang siswa akan menemukan sesuatu yang menarik, bernilai. Dan secara intrinsic memotivasi, menantang, dan berguna bagi mereka. (Trianto, 2011:54)

Guru yang efektif adalah mereka yang selalu memperdalam keahliannya bermanfaat untuk murid luar biasa yang dididiknya.

Keefektifan guru dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu banyaknya tujuan pembelajaran yang dicapai oleh murid dan pola pengajaran yang berhubungan dengan belajar seperti waktu, tenaga, dan usaha yang di curahkan oleh guru. (Jamila, 2008:169)

Guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah memiliki peranan yang ganda, yaitu membantu orang tua anak autistic di sekolah dan membantu terapis atau pembimbing dan pelatih dalam program pelaksanaan gangguan autis. Widiyawati mengemukakan bahwa tujuan terapi pada gangguan autistic adalah untuk mengurangi masalah perilaku, meningkatkan kemampuan dan perkembangan belajar anak autistic, terutama dalam hal penguasaan bahasa, dan membantu anak autistic agar mampu bersosialisasi dalam beradaptasi di lingkungan sosialnya. (Abdul:118)

Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang di tunjukkan peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku tersebut dengan perhatian dan pujian. Kedengarannya seperti hal yang sederhana, tetapi memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mecari dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual. (Mulyasa, 2011: 23)

c. Perencanaan Pembelajaran

Peranan guru yang lain ialah memasukkan anak autistic di sekolah formal umum bagi anak yang memiliki intelegensi normal yang berintelegensi dibawah rata-rata normal di masukkan di Sekolah Luar Biasa bagian C dengan catatan perilkau dan emosi telah terkendali.

(24)

Rencana pendidikan anak autistic dibuat secara individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Guru perlu memperhatikan kelemahan dan kekuatan anak sebagai basis dalam menyusun dan menerapkan pendidikan untuk anak autistic. Guru perlu memberikan latihan yang terstruktur yang memperkecil kesempatan anak untuk melepaskan diri dari teman-temannya dan guru segera betindak bila melihat anak melakukan aktivitas sendiri. Anak perlu diikut sertakan dalam proses penyusunan program pelatihan struktur ini dengan tujuan agar anak dapat bekerja atas kemapuan sendiri. Dalam menganai anak autistic yang agresif, peranan yang dilakukan oleh guru ialah mengajari keterampilan sosial anak melalui peragaan. Guru perlu juga konsultasikan anak ke ahli endokrionologi untuk mengatasi agresivitas seksual anak dan konsultasi neurologi untuk mengatasi adanya serangan kejang lobus temporalis dan sindrom hipotalamik. Guru harus menciptakan lingkungan sekolah yang aman, teratur, dan responsive terhadap anak autistic. (Mulyasa, 2011:119)

d. Metode Pembelajaran

Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa program intervensi dini untuk anak autistic mencakup: (a) Discrete Trial Training (DTT) dari Lovaas, (b) Intervensi LEAP (Learning Experience and alternative Program for preschooler and Patens), (c) Floor Time, dan (d) TEACCH (Treatment and Education of Autistik and Related Comumunication Handicapped Children). (Hadis:104)

Untuk terapi perilaku selama ini memakai metode Lovaas dengan kurikulum karangan Chaterine Maurice. Adapun untuk terapi-terapi tambahan lainnya menyesuaikan dengan kebutuhan/kasus anak, pelaksanaan terapinya terpadu antara yang satu dengan yang lainnya.

Sedangkan untuk pelakasanaan terapi mutlak diharapkan agar hasil terapi dapat maksimal di perlukan kerja sama yang baik dari orang tua untuk secara berkesinambungan. Melanjutkan program-program terapi

(25)

dirumah. Materi program kurikulum untuk anak autism dikelompokkan ke dalam kategori materi dan aktivitas yang terdiri dari 3 tingkatan yaitu: tngkat dasar, tingkat menegah dan tingkat lanjutan.

Untuk tingkat dasar dan menengah terdiri dari 6 kategori yaitu:

1) Kategori A : kemampuan mengikuti pelajaran 2) Kategori B : kemampuan imitasi/menirukan 3) Kataegori C : kemampuan bahasa reseptif/kognitif 4) Kategori D : kemampuan bahasa ekspresif

5) Kategori E : kemampuan pre akademik 6) Kategori F : kemampuan bantu diri

Untuk tingkat lanjutan ada 3 tambahan kategori yaitu kemampuan sosialisasi, kemampuan bahasa abstrak, dan kesiapan masuk sekolah.

Kepatuhan dan kontak mata yang termasuk kategori A merupakan kunci masuk metode Lovaas, tanpa penguasaan kedua kemampuan ini anak autis akan sulit sekali di ajarkan aktivitas perilaku yang lain setelah kedua hal tersebut dikuasai anak, kemudian dapat dilanjutkan dengan mengajarkan kemapuan imitasi atau menirukan. Selanjutnya baru diajarkan kemampuan bahasa reseptif, bahasa ekspresif, kemampuan pre-akademik, kemampuan bantu diri, kemampuan bahsa abstrak dan kemampuan sosialisasi diajarkan bersama-sama secara bertahap dan teratur.

Beberapa muatan kegiatan dapat di aplikasikan ke dalam kurikulum autism maupun kegiatan terapi lainnya di antaranya sebagai berikut:

1) Art

2) Matematika 3) Show and tell

4) Fine dan gross motor 5) Agama cerita

6) Bermain dan bernyanyi. (Adchiah, 2014)

(26)

e. Evaluasi Pembelaran

Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. Evaluasi pembelajaran bagi peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar, penilaian hasil bertujuan untuk melihat kemajuan dan prestasi belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

Evaluasi pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi bagi anak berkebutuhan khusus menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomondasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minatnya. Bahwa pembelajaran pada pendidikan inklusif mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik belajar peserta didik dengan cara melakukan evaluasi secara simultan dan berkelanjutan.

Intinya, kegiatan evaluasi atau penilaian pada sekolah umumnya dilakukan dalam ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.

Namun bagi anak yang berkebutuhan khusus, jenis evaluasi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan kecerdasan mereka dalam menerima materi pelajaran.

2. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan secara lebih intens. Kebutuhan tersebut di sebabkan karena kelainan atau bawaan dari lahir atau karena masalh tekanan ekonomi, politik, sosial, emosi, dan perilaku menyimpang.

berkebutuhan khusus karena anak tersebut memiliki kelainan dan berbeda dengan anak normal pada umumnya. (Wijaya, 2019:2)

Menurut Marlina (2019:6) anak berkebutuhan khusus diartikan sebagai seorang anak yang memiliki hambatan perkembangan dan

(27)

hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat dan mereka memerlukan pendidikan khusus yang di sesusaikan dengan kebutuhan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.

Sedangkan menurut Grichara (2013:148) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan (fisisk, mental, intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya di bandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Beragam definisi yang dikemukan oleh para ahli, dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan dengan karakteristik khusus yang membedakan dengan anak normal pada umumnya serta memerlukan pendidikan khusus sesuai dengan jenis kelainannya.

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok, anatara lain (Marlina, 2019:11).

1) Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)

Anak bergangguan penglihatan adalah anak yang memiliki gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus. Anak tunanetra terdiri dari buta total (blind) dan kurang penglihatan (low vision).

2) Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tunarungu)

Anak yang mengalami gangguan pendengaran adalah mereka yang mengalami kehilangan pendengaran meliputi pengaruh gardiasi atau tingkatan baik ringan, sedang, berat, dan sangat berat yang mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini

(28)

walaupun telah di berikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

3) Anak dengan Gangguan Intelektual Rendah (Tunagrahita)

Tunagrahita adalah kondisi yang ditandai dengan kemampuan mental jauh dibawah rata-rata, memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara sosial, berkaitan dengan adanya kerusakan organic pada susunan saraf pusat dan tidak dapat di sembuhkan serta membutuhkan layanan pendidikan khusus,layanan multididiplin,dan dirancang secara individual.

4) Anak dengan Gangguan Fisik dan Motorik (Tunadaksa)

Anak yang mengalami fisik atau motoric adalah anak yang mengalami gangguan fisik berkaitan dengan tulang, otot, sendi, dan sistem persarafan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus agar kemampuannya berkembang secara optimal. Anak tunadaksa rata-rata mengalami gangguan psikologis yang cenderung merasa malu, rendah hati, dan sensitive serta memisahkan diri dari lingkungannya.

5) Anak Berbakat ( Anak Gifted dan Talend )

Anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat kecerdasan atau kemampuan umum di atas rata- rata. Anak berbakat di antaranya: anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, kemampuan individual dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, kemapuan khusus dan kemampuan umum.

6) Anak Berkesulitan Belajar (Children With Learning Disabilitas) Anak Children With Learning Disabilitas yaitu anak yang memiliki intelegensi normal atau superior, tetapi sulit belajar dalam satu atau beberapa bidang tertentu, dan mungkin unggul dalam bidang lain. Salah satu ciri dari kesulitan belajar adalah adanya dugaan adanya gangguan fungsi otak, yang di sebabkan oleh adanya sel otak yang rusak.

(29)

7) Anak Lambat belajar (Slow Leaner)

Anak Slow Leaner adalah anak yang memiliki intelegensi berada pada tahap perbatasan dengan IQ 75-85 (berdasarkan tes baku).

Lambat belajar bukan termasuk golongan kecerdasan di bawah rata- rata. Anak ini umumnya berada di sekolah regular. Penyebab lambat belajar karena keterbatsan kemampuan dalam memecahkan masalah secara cepat dan tepat.

8) Anak Autisme ( Autistic Spectrum Disorder )

Autisme merupakan gangguan perkembangan yang berat, akibat adanya kerusakan atau masalah perkembangan pada otak yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Penyebab autism memiliki gangguan dalam interaksi soisal, komunikasi, tidak memahami gerak-gerik tubuh, ekspresi muka dan suara datar (monoton). Dan juga mengalami gangguan imajinasi dan pola perilaku berulang- ulang.

9) Anak Dengan Gangguan Emosi dan Perilaku

Anak tunalaras sering disebut dengan gangguan emosional yang sering mengalami konflik baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Mereka mengalami kesulita bermain maupun belajar bersama anak lain. Anak tunalaras mengalami kesulitan beradaptasi dengan kehisupan masyarakat, sering berkelahi, dan tidak disukai oleh anak-anak lain pada umumnya, karena ketidakmampuannya menjalin hubungan persahabatan, maka anak tunalaras oleh orang awan sering disebut juga anak nakal.

10) Anak Dengan Gangguan Pemutusan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) merupakan perilaku yang berkembang secara tidak sempurna dan timbul pada anak-anak dan orang dewasa. Perilaku yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam hal menaruh perhatian,

(30)

pengontrolan gerak hati, serta pengendalian motoric. Keadaan yang demikian menjadi masalah bagi anak-anak (penderita) terutama dalam memusatkan perhatian terhadap pelajaran sehingga akan menimbulkan kesukaran di dalam kelas.

Berdasarkan klasifikasi anak berkebutuhan khusus diatas, peneliti memfokuskan pada anak berkebutuhan khusus autis. Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Gejalanya bisa muncul pada anak-anak yang tampak tumbuh normal, sampai usia anatara satu hingga tiga tahun.

Beberapa orang penyandang autis berkondisi nonverbal, tetapi yang lain dapat berbicara dan berkomunikasi dengan lebih normal.

Setiap individual anak autis memiliki kemampuan yang berbeda dalam komunikasi maupun bahasa, hal tersebut berpengaruh pada perkembangan intelegensi seorang anak. Pembagian kelas anak autis di sesuaikan dengan kemampuan setiap individual siswa bukan berdasarkan pada umumnya.

c. Factor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Perkembangan anak adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih konfleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. (Sari,2017:47)

Menurut Suparno dkk (2007) beberapa factor penyebab untuk anak berkebutuhan khusus antara lain:

1) Faktor heriditer

(31)

Factor heriditer terjadi karena kelebihan kromosom yang di sebabkan oleh kesamaan gen pada pasangan suami istri. Selain itu, usia ibu pada saat hamil juga sangat berpengaruh terhadap kelahiran anak. Usia ibu saat hamil di atas 35 tahun memiliki resiko yang cukup tinggi untuk melahirkan anak berkebutuhan khusus.

2) Faktor infeksi

Factor infeksi di sebabkan adanya berbagai serangan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan baik langsung maupun tidak langsung terjadinya kelainan seperti TORCH toksoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes, polio, meningitis.

3) Faktor keracunan

Keracunana dapat secara langsung pada anak, maupun melalui ibu hamil. Munculnya FAS (Fetal Achohol Syndrome) adalah keracunan janin yang disebabakan ibu mengkonsumsi alcohol yang berlebihan. Kebiasaan kaum ibu mengkonsumsi obat bebas tanpa pengawasan dokter merupakan salah satu penyebab. Adanya polusi pada berbagai sarana kehidupan terutama pencemaran udara dan air.

4) Trauma

Kejadian yang tidak terduga yang berlangsung pada anak seperti proses kelahiran yang sulit sehingga memerlukan pertolongan yang mengandung resiko tinggi mengakibatkan kekurangan oksigen pada otak. Bencana alam juga bisa menyebabkan anak memiliki kebutuhan khusus. Seperti cacat fisik dan gangguan mental.

5) Kekurangan gizi

Masa tumbuh kembang sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama kehidupan.

Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya kelainan metabolisme maupun penyakit-penyakit pada anak seperti cacingan.

(32)

d. Dampak Kelainan Anak Berkebutuhan Khusus

Suparno dkk (2007) mengemukakan bahwa dengan adanya kelainan pada seorang anak dapat mengalami hambatan yang akibat pada aspek fisiologis, psikologis, dan sosial.

1) Dampak fisiologis

Dampak fisiologis terutama terjadi pada anak-anak yang mengalami kelainnan yang berkaitan dengan fisik termasuk sensorimotor terlihat pada keadaan fisik penyandang kebutuhan khusus kurang mampu mengkoordinasi sensori motor, melakukan gerak yang tepat dan terarah, serta menjaga kesehatan.

2) Dampak psikologis

Dampak psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya, karena keadaan mental yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapan terhadap tuntutan sosiologis.

3) Dampak sosiologis

Dampak sosiologis terjadi karena adanya hubungan dengan kelompok atau individu di sekitarnya terutama keluarga dan saudara-saudaranya. Kehadiran anak berkebutuhna khusus merupakan musibah, kesedihan dan beban yang berat. Semua masalah dikeluarga tersebut merupakan dampak sosiologis yang harus di tanggung oleh keluarga.

3. Autis

a. Pengertian Autis

Menurut Jamaris (2015:227) autisme adalah keadaan yang disebabkan oleh kelainan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku yang sangat kaku dan pengulangan perilaku. Autisme sendiri merupakan gangguan yang meliputi area kognitif, emosi, perilaku, sosial, termasuk juga ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Anak autis akan tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda di bandingkan dengan anak- anak normal lainnya.

(33)

Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang khas mencakup persepsi, linguistik, kognitif, komunikasi dari yang ringan sampai yang berat, dan seperti hidup di dunianya sendiri, di tandai dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan lingkungan eksternalnya (Koswara, 2013:11).

Sedangkan menurut Yuwono, (2012:26) berpendapat bahwa pengertian autisme dimuat dalam IDEA (Individuals with Disabilitas Education Act) yakni masalah perkembangan yang secara signifikan berdampak pada kemampuan berkomunikasi verbal, non verbal, interaksi sosial yang umunya terjadi sebelum umur tiga bulan.

Beragam definisi yang di kemukakan oelh para ahli, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif yang menganggu fungsi kognitif dan mempengaruhi kemampuan bahasa, komunikasi, perilaku, dan interaksi sosial. Anak autis cenderung melakukan kegiatan yang ia sukai secara berulang-ulang.

b. Penyebab Autis

Autisme adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku. Gejala autis mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun. Gangguan autistic ditandai dengan tiga gejala utama yaitu gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku yang stereotipik. Apabila interaksi membaik, seringkali gangguan komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis. Komunikasi tidak selalu identic dengan bicara, dapat di lakukan secara nonverbal (Desinigram, 2016).

Menurut Wiyono dalam (Usop, 2014:11) secara spesifik, factor- faktor yang menyebabkan anak menjadi autistik belum ditemukan secara pasti, meskipun secara umum ada kesepakatan di dalam lapangan yang membuktikan adanya keberagaman tingkat penyebabnya. Hal ini termasuk bersifat genetic, metabolic,dan

(34)

gangguan syaraf pusat, gangguan pencernaan hingga keracunan logam berat. Struktur otak yang tidak normal seperti hydrocephalus juga dapat menyebabakan autistic.

Penyebab autisme secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu genetic dan lingkungan. Factor genetic telah ditemukan gen autis yang telah diturunkan orang tua kepada beberapa anak autis.

Sedangkan factor lingkungan adalah terkontaminasinya lingkungan oleh zat-zat beracun, pangan, gizi, dan akibat raksenasi (Winarno, 2013:17).

Selain hal tersebut, terdapat factor lain yang menyebabkan autisme pada anak yaitu interaksi antara lingkungan dan gen. jika seorang anak menderita autisme,terdapat resiko besar bahwa anak lain yang terlahir dari orang tua yang sama akan memilikinya juga (berdasarkan rasio dasar 0,7 persen, kemungkinan saudara-saudaranya sekandung adalah 4 sampai 10 persen). Mengidentifikasi penyebab genetic akan memampukan mengenali anak bagaimana yang beresiko terserang autisme. Tes genetic memungkinkan intervensi lebih awal diberikan bagi anak yang beresiko terserang autis (Sastry dan Aguirre, 2014).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa gejala anak berkebutuhan khusus autis terlihat sebelum usia tiga tahun, dengan gangguan utama pada interaksi, komunikasi dan perilaku yang berulang dan tidak bervariasai. Hal ini disebabkan oleh factor genetic, metabolic, gangguan syaraf pusat, gangguan pencernaan, dan lingkungan yang telah terkontaminasi oleh zat-zat beracun.

c. Klasifikasi Autis

Menurut Surana dan Paderoit (2014:20) mengklasifikasikan keadaan lima jenis gangguan perkembangan yang terjadi pada anak autis antara lain:

1) Autistic Disorder Autism

(35)

Autis yang muncul sebelum usia tiga tahun dan ditunjukkan dengan imajinasi serta adanya perilku berulang pada minat dan aktivitas tertentu.

2) Asperger’s Syndrome

Autis yang terhambat pada perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum menunjukkan keterlambatan bahasa dan berbicara, serta memiliki tingkat intelegensi rata-rata hingga diatas rata-rata.

3) Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified

Merujuk pada istilah atypical autis, autis jenis PDD-NOS adalah seoranga anak autis yang tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosis tertentu (autis aspergers dan rett’syndrome).

4) Rett’s Syndrome

Autis yang lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Anak mengalami gangguan perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya. Kehilangan kemampuan fungsi tangan yang digantikna dengan gerakan- gerakan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1-4 tahun.

5) Childhood Disintegrative Disorder

Menunjukkan kemampuan perkembangan anak yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan, kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

d. Karakteristik Autis

Menurut Jamaris (2015:228-230) anak autis timbul dengan gejala yang beragam, tetapi keberagaman tersebut masih dapat diklasifikasikan ke dalam empat bagian, yaitu: (1) kelainan dalam interaksi sosial, (2) kelainan dalam komunikasi, (3) kelainan dalam perhatian, dan (4) perilaku yang berulang.

(36)

1) Kelainan dalam interaksi sosial

Kelainan interaksi sosial yang dikenal dengan istilah ASD, yang biasanya telah terlihat sejak usia dini. Bayi yang terdeteksi autisme memperlihatkan perhatian yang sangat kurang pada stimulus diberikan kepadanya, seperti: tersenyum, canda orang tua kepadanya. Jarang melihat pada orang lain, tidak merespons apabila namanya dipanggil. Anak usia dini yang mengalami autis dapat dibedakan dengan jelas dari anak normal. Anak autis menunjukkan kelemahan dalam bahasa pemahaman dan menafsirkan isis bahasa. Oleh sebab itu, dalam berkomunikasi dengan anak atau individu autis perlu lebih sabar dan dengan ucapan kalimat yang tidak tepat.

2) Kelainan dalam komunikasi

Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap anak autis menunjukkan bahwa dua pertiga, bahkan sampai setengah dari jumlah anak autis tidak mengalami perkembangan bahasa dan komunikasi pada hakikatnya telah muncul sejak bayi, yang mencakup terlambat dalam meraba, menunjukkan isyarat-isyarat yang aneh, tidak merespons sapaan, dan ungkapan vocal yang tidak sesusai dengan apa yang di contohkan oleh orang tua atau pengasuhnya.

3) Perilaku berulanag

Individu autis menunjukkan berbagai bentuk pengulangan perilaku atau perilaku yang tetap tidak berubah. Keberagaman pengulangan perilaku tersebut di kelompokkan ke dalam beberapa bagian dan pengelompokan. Kategori tersebut adalah sebagai beriku:

a) Stereotype, yaitu penguangan gerakan, seperti bertepuk tangan, mengeluarkan bunyi suara tertentu, menggoyangkan kepala atau badan.

b) Compulsive behavior, yaitu perilaku yang bertujuan untuk mengikuti peraturan, seperti membariskan sejumlah mainan.

(37)

Susunan terbaik tidak akan di ubah dan selalu di lakukannya pada waktu menyusun benda atau mainan.

c) Sameness, yaitu perilaku yang tidak mau berubah, misalnya mempertahankan agar suatu benda terletak pada tempatnya dan tidak boleh di ubah dan di ganggu.

d) Ritualistic Behaviore, yang mencakup tidak memvariasikan pola kegiatan sehari-hari, misalnya tidak mau menu makan atau minuman yang berbeda.

e) Restricted Behavior, yaitu perilaku yang terbatas dan terfokus pada minat dan aktivitas tertentu.

f) Self-injuret, yaitu perilaku melukai diri dan dilakukan berulang- ulang, seperti menarik-narik kulit tangan, menggigit-gigit tangan, dan membentur-benturkan kepala.

g) Tidak ada perilaku yang berulang yang spesifik bagi anak autis, akan tetapi yang dapat mentap adalah meningkatkan pola perilaku berulang dan keparahan ini berlanjut.

Sedangkan menurut Koswara (2013:12) anak autis memiliki karakteristik yang khas bila dibandingkan dengan anak berkebutan khusus lainnya. Secara umum anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Tidak memilki kontak mata dengan orang lain atau lingkungn

sekitarnya. Anak autis umumnya tidak dapat melakukan kontak mata atau menatap guru, orang tua atau lawan bicaranya ketika melakukan komunikasi

2) Anak autis sangat selekif terhadap rangsang, seperti tidak suka di peluk, meresa seperti sakit kepala ketika dibelai guru atau orang tuanya. Beberapa anak ada yang sangat terganggu dengan warna- warna tentu.

3) Respon stimulus diri yang mengganggu interaksi sosial. Anak autis sering kali melakukan atau menunjukkan sikap seperti mengepak- epakkan tangan, memukul-mukul kepala, menggigit jari tangan ketka

(38)

merasa kesal atau merasa panic dengan situasi lingkungan yang baru di masukinya.

4) Anak autis umumnya senang bermain sendiri, hal ini karena anak autis tidak melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Oleh karena itu anak autis jangan di biasakan bermain sendiri.

5) Anak autis pada umumnya melakukan gerakan tubuh yang khas, seperti menggoyang-goyangkan tubuh , jlan berjinjit, menggerakkan jari ke meja dan memperlihatkan ekspresi wajah yang datar sehingga sulit membedakan apakah anak sedang merasa senang, sedih ataupun marah.

4. Covid-19

a. Pengertian Covid-19

Coronavirus merupakan virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu baisa hingga penyakit yang lebih parah (Covid-19, 2020).

Gejala yang ditemukan seperti demam, batuk, sesak nafas dan kesulita bernafas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Kasus positif covid-19 pertama kali di Indonesia terjadi pada bulan Maret 2020 kemudian beberapa bulan kemudian menyebar sampai 34 provinsi di Indonesia (Djalante ot al., 2020).

Kasus positif covid-19 pertama kali di Indonesia semakin hari semakin bertambah sehingga pemerintah menetapkan kasus tersebut sebagai bencana nasional. Dalam menekan penyebaran kasus positif covid-19 pemerintah memberikan himbauan untuk menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan (Ardan, Rahman & Geroda, 2020).

(39)

5. Sekolah Luar Biasa (SLB)

a. Pengertian Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sebuah institusi pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dans sekolah khusus bagi penyandang kecacatan tertentu. Ketika seorang anak di identifikasi mempunyai kelainan, pendidikan luar biasa sangat diperlukan.

Pendidikan sekolah luar biasa adalah lembaga pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental, perilaku dan sosial agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1993).

b. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Pendidikan SLB

Pendidikan khusus (special education) adalah setiap program yang diberikan bagi siswa yang mempunyai ketidakmampuan dan bukan atau selain program pendidikan umum di ruang kelas. Setiap distrk sekolah menawarkan kepada anak yang mengalami kebutuhan khusus berbagai jenis layanan yang di maksudkan agar cukup untuk memenuhi kebutuhan semua anak (Slavin, 2019:264).

Pelayanan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus digunakan dalam upaya menjelaskan tentang program dan pelayanan yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem pendidikan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan/keterbatasan dalam mengikuti program pendidikan dengan berbagai alasan dan membutuhkan bantuan khusus termasuk keterbatasan fisik dan belajar serta kebutuhan sosial (Surna dan Pandeirot, 2014:198).

(40)

Kebijakan dan strategi direktorat pembinaan Sekolah Luar Biasa dalam pelayanan pendidikan khusus dan pendidikan pelayanan khusus Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Visinya adalah terwujudnya pelayanan pendidikan optimal untuk mencapai kemandirian bagi anak- anak berkebutuhan khusus serta yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Sedangkan misinya adalah memperluas kesempatan dan pemerataan pendidikan bagi anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran dan anak-anak yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus meningkatkan kepedulian dan memperluas jejaring tentang pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, mewujudkan pendidikan inkusif secara baik dan benar dilingkungan sekolah biasa, sekolah luar biasa, maupun keluarga/masyarakat.

Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran karena kelainan fisik, mental, emosional, sosial dan/atau memilliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 48 ayat 1).

Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling dan jenis layanan lainnya yang bersifat khusus sehingga anak berkebutuhna khusus berhak mendapatkan pendidikan di sekolah untuk menuntut ilmu memperoleh pendiidkan serta pembelajaran seperti anak berkebutuhan khusus tersebut memiliki Sekolah Luar Biasa (SLB), dan sekolah SLB terdapat tahapan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah

(41)

Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) yang tahapannya disesuaikan dengan kemampuan siswa, bukan berdasarkan umurnya.

Sedangkan peneliti memfokuskan pada anak berkebutuhan khusus autis yang menempuh pendidikan di SLB tahap pertama yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) khususnya anak autis. Teknik layanan pendidikan jenis pendidikan khususuntuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

B. Studi Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lady silalahi, pada tahun 2017, Universitas Sumatera Utara dengan judul “Pembelajaran Anak Autis (Studi Etnografi pada anak autis dalam proses Belajar di Sekolah Luar Biasa Taman Pendidikan Islam di Kota Medan)”. Penelitian ini memfokuskan tentang bagaimana komunikasi pembelajaran nonverbal anak autis dalam proses belajar. Sedangakan penulis memfokuskan pembelajaran anak berkebutuhan khusus autis pada masa covid-19.

Adapun persamaannya yaitu tertuju pada proses pembelajaran pada anak autis.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Sari Usop, pada tahun 2014, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dengan judul “Model yang di berikan oleh Guru pada Anak Autis di SLB Negeri 1 Palangkaraya”.penelitian ini memfokuskan pada model belajar anak autis.

Sedangkan penulis memfokuskan pada pembelajaran anak berkebutuhan autis di masa covid-19. Adapun persamaan nya yaitu tertuju pada proses belajar anak autis.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aisti Siwi dan Nisa Anganti, pada tahun 2017, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan Judul “Strategi Pengajaran Interaksi Sosial pada Anak Autis”. Penelitian ini memfokuskan pada interaksi sosial anak autis. Sedangkan penulis

(42)

memfokuskan pada pembelajaran anak berkebutuhan khusus autis di masa covid-19. Persamaannya yaitu tertuju pada pembelajaran anak autis.

Berdasarkan studi relevan diatas merupakan sebuah penelitian dengan suatu pokok bahasan tertentu, misalnya dari sei strategi pembelajaran anak autis, studi etnografi pada anak autis, model pembelajaran pada anak autis, interaksi sosial pada anak autis maupun pendidikan karakter bagi anak autis.

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan yang lainnya adalah lebih menekankan pada proes pembelajaran anak berkebutuhan khusus autis pada masa covid-19, kendala guru dalam menghadapi anak autis, dan upaya guru dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus autis. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah tertuju pada pendidikan anak berkebutuhan khusus autis dengan tujuan pada efektifitas pendidikan anak berkebutuhan khusus autis seperti pembelajaran anak autis maupun penanganan interaksi sosial anak autis, yang di harapkan dapat berjalan dengan lancar dan jadikan acuan serta masukkan kritik konstruktif terutama dalam mendidik anak berkebutuhan khusus autis.

(43)

26 BAB III

METODE PENELITIAN.

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi yang objektif, fakta yang akurat dan sistematis mengenaiperan guru kelas dalam membina kedisiplinan siswa saat membuat dan mengumpulkan tugas di Sekolah Luar Biasa Tanjung Jabung Timur.

Metode pendekatan kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Merode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mandalam, suatu data yang mengandung makna. Metode kualitatif adalah metode metode penelitian yang berlandasan pada filsafat postpotivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanyan adalah eksperimen) dimana penelitian ini adalah sebagai instrukmen kunci, pengambilan data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif. Dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2012:15)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang mana metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

(Sugiyono, 2006:9)

(44)

B. Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian yang dilakukan berbentuk penelitian kualitatif, untuk itu peneliti mempersisapkan setting penelitian berupa keterangan lokasi penelitian, waktu penelitian, berikut penjelasan yang lebih rinci mengenai setting penelitian diantaranya.

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur. Jl.WR. Supratama Parit Culum I kec. Muara Kab. Tanjung jabung Timur.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan memerlukan rancangan waktu yang sesuai sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan sehingga memperoleh hasil yang maksimal

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa anak berkebutuhan khusus autis, kepala sekolah, guru kelas autis dan siswa kelas autis di Sekolah luar Biasa Negeri Tanjung Jabung Timur.

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian kualitatif diperoleh dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder, karena menurut teori penelitian kualitataif, agar penelitisnnys dapat betul-betul berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, data tersebut yaitu data primer dan data sekunder. (Sandu Siyoto, 2015:28)

1. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variable yang diteliti. (Sandu Siyoto, 2015: 28)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan diputar pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan jangkar stator akan

Hasil dari biaya pakan yang dikeluarkan untuk beternak ayam kampung super relatif sama dengan pernyataan pada penelitian Dewanti dan Sihombing (2012) bahwa biaya

mathematics knowers and their epistemic relationship to theorems and proofs viz. epistemology of mathematics. The role of Kant’s theory of knowledge in setting up. the

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pengungkapan perubahan iklim, kinerja lingkungan, dan corporate social responsibility (CSR)

Berdasarkan tabel 9 di atas, antara lain perbandingan untuk melihat perbedaan pada sumber daya manusia Panti Rehabilitasi Sosial bahwa mereka bekerja atas dasar

Penambahan peubah dummy bulan pada pemodelan SDS menggunakan model linier terampat sebaran gamma, baik dengan teknik regularisasi L1/LASSO maupun analisis komponen

The proof for horizontal slices is easy: at the bottom of the cube (finest detail, largest scale) the input was already a valid planar partition, every generalization operation

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian P Padmaja dkk pada tahun 2015 terhadap 100 orang, dimana 50 pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan 50 orang sehat yang