• Tidak ada hasil yang ditemukan

55 b. Imunisasi pada Ibu Hamil

SITUASI UPAYA KESEHATAN

55 b. Imunisasi pada Ibu Hamil

Tetanus masih merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi di Indonesia, salah satunya disebabkan kondisi yang kurang steril pada saat persalinan. Dengan demikian program imunisasi pada ibu hamil difokuskan pada pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada bayi dan mengurangi resiko tertular Tetanus dari ibu yang telah terinfeksi maupun bayi terkena Tetanus pada saat proses persalinan. Para ibu yang telah menerima vaksin Tetanus selama kehamilan akan memberikan perlindungan kepada bayi yang cukup hingga masa dua bulan setelah kelahiran dimana setelahnya bayi akan mendapat imunisasi kombinasi sebagai bagian dari program rutin imunisasi pemerintah untuk mencegah Difteri, Pertusis, Batuk Rejan, dan Tetanus.

Pada tahun 2011, pencapaian cakupan imunisasi TT2 pada ibu hamil hanya mencapai 46%, akan tetapi cakupan TT 2+ telah mencapai 64%. Kabupaten dengan persentase tertinggi cakupan TT2 adalah Kab. Halmahera Utara yakni sebesar 84% dan terendah di Kepulauan Kepulauan Sula yang hanya mencapai 14%. Demikian pula untuk cakupan TT2+ tertinggi di Kabupaten Halmahera Barat yang mencapai 89%, sedangkan cakupan terendah TT2+ dilaporkan di Kab. Kepulauan Sula yaitu 16%. Rincian cakupan imunisasi TT pada ibu hamil dapat dilihat pada lampiran tabel 29. Gambar 4.6 memperlihatkan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Maluku Utara pada tahun 2010-2011.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

56

Gambar 4.6

Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Provinsi Maluku Utara Tahun 2010 dan 2011

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011

Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan pencatatan cakupan imunisasi TT2 yang seringkali berbeda dari cakupan K4. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya pada sub bagian Pelayanan Antenatal.

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan

Beberapa kegiatan pokok upaya pelayanan kesehatan rujukan yang akan diuraikan dalam bagian berikut adalah Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dan Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat.

1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu, dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di

0 20 40 60 80 TT 1 TT 2 TT 3 TT 4 TT 5 TT 2+ 57 51 11 7 7 75 50 46 7 5 6 64 2011 2010

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

57

rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy

Rate (BOR)), rata-rata lama hari perawatan (Lenght of Stay (LOS)), rata-rata

tempat tidur dipakai (Bed Turn Over (BTO)), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval (TOI)), presentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate (GDR)) dan presentase pasien keluar yang meninggal > 48 jam perawatan (Net Death Rate (NDR)).

Berdasarkan laporan dari rumah sakit kabupaten/kota baik milik pemerintah maupun swasta pemanfaatan Rumah Sakit dapat dilihat dari penggunaan tempat tidur di rumah sakit (BOR). Di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2011 persentase penggunaan tempat tidur rumah sakit (BOR) adalah 33%. BOR tertinggi untuk rumah sakit pemerintah dilaporkan pada RSU dr. Chasan Boesoirie sebagai pusat rujukan tertinggi di Provinsi Maluku Utara BOR yang mencapai 76%, dqn di RSU Tobelo sebesar 74%. Sedangkan BOR tertinggi untuk rumah sakit swasta dilaporkan pada RS Dharma Ibu yang mencapai 51% dan RSB Permata Hati yaitu sebesar 26%.

TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI) pada rumah sakit di 1Maluku Utara adalah 7 hari pada tahun 201. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tempat tidur di rumah sakit belum memenuhi standar efisiensi terutama untuk rumah sakit swasta. Akan tetapi jika dipilah untuk rumah sakit pemerintah, khususnya RSU dr. Chasan Boesoirie terlihat bahwa TOI masih memenuhi standar dengan selang waktu 1 hari tempat tidur tidak terisi dan RSU Tobelo dengan TOI sebesar 2 hari. Akan tetapi pada beberapa rumah sakit kabupaten terlihat TOI yang sangat besar misalnya pada RSU Weda yaitu selama 40 hari. Sedangkan untuk rumah sakit swasta TOI terendah dilaporkan di RS Dharma Ibu yaitu hanya 2 hari dan TOI terlama dilaporkan di RS Islam Ternate yakni selama 82 hari.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

58

GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar dari rumah sakit. Nilai GDR adalah standar <45/1.000 pasien. Secara umum, nilai GDR pada tahun 2011 untuk rumah sakit di Maluku Utara hanya sebesar 2,6 per 1.000 pasien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa GDR di Maluku Utara masih memenuhi standar dengan 3 kematian per 1.000 pasien keluar dari rumah sakit. Pada rumah sakit pemerintah GDR tertinggi dilaporkan pada RSU dr. Chasan Boesorie yaitu 30 kematian per 1.000 pasien keluar dari rumah sakit.

NDR adalah angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1.000 pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran umum pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Angka NDR standar adalah <25/1000 pasien. NDR Maluku Utara pada tahun 2011 masih <25/1000 pasien yaitu hanya sebesar 1,2 artinya telah mencapai angka ideal dan menggambarkan tidak ada faktor internal rumah sakit yang menjadi masalah dalam pelayanan dan perawatan pasien.

LOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran tentang mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Pada tahun 2011, nilai LOS pada rumah sakit di Maluku Utara adalah 3 hari, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata seorang pasien hanya dirawat selama 3 hari pada sebuah rumah sakit di Maluku Utara. Rincian nilai GDR, NDR, BOR, LOS, dan TOI menurut rumah sakit dapat dilihat pada lampiran tabel 59 dan tabel 60.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

59

Dokumen terkait