• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengendalian Penyakit Polio

SITUASI UPAYA KESEHATAN

59 2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat

C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengendalian Penyakit Polio

Pada tahun 1988, sidang ke 41 WHA (World Health Assembly) yang dihadiri oleh para menteri kesehatan di negara-negara anggota WHO, telah menetapkan program eradikasi Polio secara global (global polio eradication

initiative) yang ditujukan untuk mengeradikasi penyakit Polio pada tahun 2000.

Kesepakatan ini diperkuat oleh sidang world summit for children pada tahun 1989, dimana Indonesia turut menandatangani kesepakatan tersebut.

Eradikasi dalam hal ini bukan sekedar mencegah terjadinya penyakit Polio, melainkan mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu menghentikan terjadinya transmisi virus Polio liar di seluruh dunia. Pengertian Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus Polio liar indigenous selama 3 tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan surveilans AFP yang sesuai standar sertifikasi.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

61

mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.

2. Pengendalian TB Paru

Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah: menurunkan insiden TB Paru pada tahun 2015, menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990, sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly

Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru

dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO), dan sedikitnya 85% tercapai succes rate.

Upaya pemerintah dalam menanggulangi TBC, setiap tahunnya semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan penemuan jumlah penderita dan yang disembuhkan setiap tahun. Penemuan penderita dapat diukur dengan persentase jumlah kasus BTA+ terhadap suspek TB Paru. Menurut standar, persentase BTA+ diperkirakan 10% dari suspek yang diperkirakan di masyarakat dengan nilai yang ditoleransi antara 5-15%. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2011, jumlah penderita TB Paru terdeteksi BTA+ dan diobati sebanyak 829 orang, dan telah menjalani pengobatan lengkap dan sebanyak 195 penderita (23%) dengan angka kesuksesan pengobatan sebesar 76%. Distribusi penderita TB Paru yang menjalani pengobatan lengkap dan dinyatakan sembuh dapat dilihat pada lampiran tabel 10, 11, dan 12.

3. Pengendalian Penyakit ISPA

ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Diperkirakan sebanyak 40% - 60% dari kunjungan di

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

62

puskesmas adalah karena penyakit ISPA. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena Pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.

Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam dua golongan yaitu Pneumonia dan yang bukan Pneumonia. Pemberantasan dan pengendalian penyakit ISPA difokuskan pada Pneumonia pada balita, dengan penetapan prosedur bahwa semua kasus yang ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar. Dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Pada tahun 2011, di Maluku Utara sebanyak 1.883 penderita (10% dari total perkiraan penderita balita) pneumonia pada balita telah ditemukan dan telah dilaksanakan penanganan terhadap seluruh penderita.

4. Penanggulangan HIV/AIDS

Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.

Upaya penemuan penderita dilakukan antara lain melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok beresiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), dan penghuni LAPAS. Penemuan penderita HIV/AIDS berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, pada tahun 2011 dilaporkan 7 orang penderita HIV dan 26 penderita AIDS, serta 119 penderita penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).

5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa di Indonesia. Upaya pemberantasan DBD terdiri atas 3 hal

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

63

utama yaitu: peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, diagnosa dini dan pengobatan dini, dan peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Pada tahun 2011 telah ditemukan 158 kasus DBD dengan angka kejadian (incidence rate ) sebesar 15 orang per 100.000 penduduk. Dalam upaya surveilans dan pemberantasan vektor telah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk pada 116.033 rumah/bangunan (85% dari jumlah rumah/bangunan yang ada), dan ditemukan sebanyak 67.533 rumah/bangunan yang telah bebas jentik (58%).

6. Pengendalian Penyakit Malaria

Malaria merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Dari seluruh daerah, Maluku termasuk salah satu daerah endemis malaria. Meningkatnya jumlah penderita malaria dan terjadinya kejadian luar biasa malaria sangat berkaitan erat dengan hal sebagai berikut: adanya perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria, mobilitas penduduk yang cukup tinggi, perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim kemarau, krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan dampak pada daerah-daerah tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga lebih rentan untuk terserang malaria, tidak efektifnya pengobatan karena terjadi plasmodium falciparum resisten klorokuin dan meluasnya daerah resisten, serta menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya penanggulangan malaria secara terpadu.

Pembebasan Maluku Utara dari Malaria pada tahun 2030 merupakan salah satu tujuan umum program eliminasi malaria di Indonesia. Dalam upaya pencapaian eliminasi malaria maka telah dilakukan berbagai kegiatan terutama yang bersifat promotif dan preventif dengan sasaran utama pada ibu hamil dan balita sebagai kelompok resiko tinggi, antara lain dengan kampanye penggunaan kelambu berinsektisida dan pendirian pos malaria desa.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

64

Penatalaksanaan malaria juga menikberatkan pada pemeriksaan sediaan darah dari seluruh kasus malaria klinis, dan pengobatan terhadap seluruh penderita malaria baik klinis maupun positif. Pada tahun 2011, sebanyak 15.588 orang dinyatakan menderita malaria namun tanpa pemeriksaan darah (malaria klinis), dan hanya sebanyak 8.826 orang penderita yang dinyatakan positif malaria setelah dilakukan pemeriksaan darah.

7. Pengendalian Penyakit Kusta

Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus penyakit Kusta digunakan angka proporsi cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya proporsi cacat tingkat II menunjukkan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah.

Berdasarkan laporan dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2011, presentase penderita kusta selesai berobat jenis penderita pausi basiler (RFT PB) adalah 83% sedangkan penderita multi basiler yang selesai berobat (RFT MB) adalah 60%. Distribusi persentase penderita kusta selesai berobat dapat dilihat pada lampiran tabel 20.

8. Pengendalian Penyakit Filariasis

Di Indonesia penyakit Filariasis (penyakit kaki gajah) tersebar luas hampir di seluruh Provinsi. Program eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of

Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the Year 2020” yang merupakan

realisasi dari resolusi WHA (World Health Assembly) pada tahun 1997. Program eliminasi dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu: 1) pengobatan massal (mass drug administration) kepada seluruh penduduk di kabupaten/kota endemis filariasis, dan 2) tata laksana kasus filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

65

Implementasi Unit (IU) yang digunakan dalam program eliminasi filariasis sejak tahun 2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Berdasarkan data dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, pada tahun 2011 dilaporkan belum ditemukan adanya kasus penyakit filariasis di Maluku Utara.

Dokumen terkait