• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Menular a. Malaria

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

22 1. Angka Kematian Bayi (AKB)

2. Penyakit Menular a. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Parasit malaria kemudian membelah diri dalam tubuh manusia yang terkena gigitan nyamuk yang telah terinfeksi, kemudian parasit bertambah banyak di hati dan kemudian menginfeksi sel-sel darah merah. Sebagai daerah endemis malaria, malaria masih menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya perbaikan derajat kesehatan masyarakat di Maluku Utara.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

32

Penentuan diagnosa malaria dilakukan secara klinis dan laboratorium. Diagnosa yang ditegakkan dengan mengamati gejala-gejala klinis yang muncul disebut malaria klinis, sedangkan untuk pemeriksaan lanjutan maka diagnosa malaria klinis akan diikuti dengan pemeriksaan sampel darah di laboratorium untuk menentukan jenis dan jumlah parasit. Sebagai daerah endemis malaria, ada tiga jenis plasmodium yang paling sering ditemukan dalam pemeriksaan laboratorium, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, dan plasmodium malariae. Akan tetapi seringkali dalam pemeriksaan laboratorium ditemukan lebih dari satu jenis plasmodium pada seorang penderita malaria. Indikator utama yang digunakan dalam mengukur kinerja program pemberantasan malaria adalah Annual Malaria Incidence (AMI) atau jumlah kasus malaria yang dinyatakan secara klinis dan Annual Paracit Incidence (API) yang merupakan jumlah kasus malaria yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

Sesuai data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 jumlah kasus malaria klinis sebanyak 15.588 kasus dan telah dilakukan pemeriksaan laboratorium ditemukan sebanyak 8.826 kasus malaria positif (57%). Jika dipilah berdasarkan jenis kelamin maka jumlah kasus malaria klinis maupun yang positif tidak menunjukkan jumlah yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Untuk Provinsi Maluku Utara angka kesakitan malaria (API) adalah 8,5 per 1.000 penduduk dengan case fatality rate sebanyak 0,1. Angka API Maluku Utara masih lebih rendah dibandingkan API hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2010 yaitu 10,3 per 1.000 penduduk. Mengingat malaria adalah penyakit endemis dan masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Maluku Utara maka upaya-upaya dalam rangka penurunan angka kesakitan malaria sangat perlu untuk terus digiatkan.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

33 b. TB Paru

TB Paru adalah salah satu penyakit menular yang prevalensinya masih cukup tinggi di Maluku Utara dan telah mendapatkan perhatian yang sangat serius dalam upaya penanganannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011, diketahui prevalensi TB Paru di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2011 adalah 104 per 100.000 penduduk yang terdiri atas prevalensi pada laki-laki sebanyak 91 per 100.000 penduduk dan 68 per 100.000 penduduk pada perempuan. Sedangkan Incidence rate (IR) dilaporkan sebesar 90 per 100.000 penduduk, dimana IR untuk laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu masing-masing 77 pada laki-laki dan 59 pada perempuan. Untuk angka kematian TB paru dilaporkan sebesar 5 per 100.000 penduduk dengan angka kematian pada laki-laki lebih tinggi yaitu 5,3 per 100.000 penduduk dibanding kematian pada perempuan yaitu 2,3 per 100.000 penduduk. Rincian mengenai prevalensi, insidensi, dan kesuksesan pengobatan penyakit TB paru menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 10 hingga tabel 12.

c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual

Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia dan khususnya Maluku Utara pada beberapa tahun terakhir menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Fenomena gunung es untuk penyakit HIV/AIDS sangat memerlukan perhatian khusus karena dibalik jumlah kasus yang terlacak ada 100 kasus lainnya yang tersembunyi di dalam masyarakat. Perilaku seksual yang tidak aman, penggunaan NAPZA suntik, sering berganti-ganti pasangan merupakan beberapa perilaku berisiko yang menjadi katalisator semakin bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun.

Di Maluku Utara pada tahun 2011 jumlah penderita HIV terlacak sebanyak 7 orang, dan untuk kasus AIDS terlacak sebanyak 26 orang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang sangat drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Maluku Utara tahun 2008-2011 dapat dilihat pada gambar 3.5. Sedangkan jumlah kematian penderita HIV/AIDS tahun 2011

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

34

sebanyak 18 orang yang dilaporkan di kab. Halmahera Utara, Kab. Halmahera Selatan, dan Kab. Kepulauan Sula. Selain itu juga dilaporkan sebanyak 32 orang penderita HIV/AIDS yang ditemukan di RSUD dr. Chasan Boesoirie Ternate, dan sebanyak 13 orang dilaporkan meninggal pada tahun 2011.

Gambar 3.8

Prevalensi HIV/AIDS di Provinsi Maluku Utara Tahun 2008-2011

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2010

Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tidak terlepas dari program-program preventif dan promotif. Salah satu upaya preventif adalah dengan melakukan skrining pada donor darah di unit-unit transfusi darah. Pada tahun 2011, berdasarkan data dari 5 unit transfusi darah di Maluku Utara telah dilakukan skrining terhadap 6.564 (98%) sampel darah yang berasal dari 6.658 orang pendonor dan ditemukan sebanyak 9 (0,14%) sampel darah yang positif HIV.

Ditemukannya sampel darah yang positif HIV merupakan indikasi bahwa penyakit-penyakit infeksi menular seksual khususnya HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat krusial di Provinsi Maluku Utara. Selain itu juga dimungkinkan banyak ada penderita yang tidak berani mengunjungi sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan disebabkan stigma

3 6 20 65 0 10 20 30 40 50 60 70 2008 2009 2010 2011

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

35

yang akan mereka terima sebagai penderita HIV/AIDS. Untuk itu upaya pencegahan dan penanggulangan secara terpadu dan berkesinambungan antara lain melalui kegiatan pelacakan, penjaringan, dan penyuluhan perlu untuk semakin ditingkatkan terutama pada kelompok-kelompok yang beresiko tinggi.

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang menjadi fokus program kesehatan adalah Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian anak. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabakan oleh bakteri, virus, maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, demikian pula resiko terserang ISPA akan lebih besar pada individu yang memiliki masalah kesehatan misalnya malnutrisi atau gangguan imunologi. Program ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus mendapat tata laksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.

Pada tahun 2011, prevalensi penderita pneumonia pada balita di Maluku Utara meningkat sangat drastis dibandingkan prevalensi tahun-tahun sebelumnya yaitu 1.883 penderita. Hampir di seluruh kabupaten/kota prevalensi pneumonia balita meningkat sangat tajam terutama di Kab. Halmahera Tengah, Kab. Halmahera Utara, dan Kota Ternate. Lampiran tabel 13 memberikan gambaran mengenai prevalensi pneumonia balita di Maluku Utara tahun 2011.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

36

Gambar 3.9

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2010 Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011

e. Kusta

Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani dengan baik kusta dapat menyebabkan

kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Kusta dikategorikan menjadi dua jenis yaitu Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB) atau kusta basah dan kusta kering. Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, salah satu indikator yang digunakan adalah angka proporsi cacat tingkat II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka kecacatan tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala dini penyakit kusta. Sedangkan indikator proporsi anak diantara kasus baru merepresentasikan penularan yang terjadi di masyarakat. Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam upaya penemuan penderita secara dini diantaranya survei kontak, school survey, dan leprosy elimination campaign (LEC).

Pada tahun 2011 secara umum prevalensi kusta di Maluku Utara adalah 4,9 per 10.000 penduduk. Jumlah kasus baru sebanyak 520 orang, sedangkan untuk

0 2000 2008 2009 2010 2011 1619 591 1117 1883 Jumlah Penderita Pneumonia pada Balita

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011

37

penderita PB sebanyak 100 orang dan 361 penderita MB tercatat. Dari kedua jenis kusta tersebut proporsi penderita anak adalah 11,7%. Sedangkan persentase cacat tingkat II adalah sebesar 4,23%. Prevalensi dan RFT penyakit kusta menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada lampiran tabel 17, 18, 19 dan 20.

f. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Pada bagian ini akan disajikan beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi khususnya difteri, pertusis, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio/AFP. Pada tahun 2011 pertusis, polio, dan hepatitis B belum ditemukan kasus di Maluku Utara. Namun seperti halnya dengan data lainnya dalam profil ini, kasus PD3I belum dapat dianalisa berdasarkan jenis kelamin. Rincian mengenai kasus penyakit PD3I dapat dilihat pada lampiran tabel 21 dan tabel 22.

Dokumen terkait