• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Perilaku Kewirausahaan

Dalam dokumen Kewirausahaan: Teori dan Praktek (Halaman 95-98)

Apabila perilaku merupakan bentukan dari nilai, para ahli telah menempatkan studi motivasi dan kebutuhan pada pola-pola perilaku (McClelland, 1981). Menurut Martin L. Maehr (1973), ada tiga strategi yang dapat ditelusuri untuk menjelaskan motivasi.

Strategi pertama, dapat digambarkan sebagai berikut.

C  P  M

C adalah budaya ( culture) atau pengalaman belajar kemasyarakatan

yang diberikan oleh lingkungan tempat seseorang berkembang. P adalah

kepribadian ( personality) atau beberapa watak asli yang diduga akan tampak jika menghadapi situasi tertentu. M adalah kecenderungan

bertindak ( motivation) yang terlihat dalam berbagai situasi yang peri-lakunya disebut motivasi.

Strategi pertama menunjukkan bahwa pendidikan dan pengalaman berpengaruh pada kepribadian atau watak asli. Watak asli berpengaruh pada perilaku dan motivasi.

Strategi kedua, dapat digambarkan sebagai berikut.

S  (P)  M

S adalah situasi ( situation) atau konteks yang berpengaruh terhadap

motivasi. (P) adalah kepribadian ( personality) ditempatkan dalam tanda kurung, yang menunjukkan bahwa dalam pola ini secara relatif variabel ke-pribadian tidak penting. Diperkirakan minatnya terarah pada aspek S yang langsung berpengaruh pada aspek M, yaitu pola perilaku yang terlihat.

Strategi ketiga, menggambarkan kombinasi dari kedua strategi ter-dahulu. Strategi ini dapat digambarkan sebagai berikut.

C  P  S = M

Hal ini menggambarkan bahwa belajar dari lingkungan (C) akan membentuk watak-watak kepribadian tertentu (P) dan pola-pola ini menghasilkan perilaku motivasi yang berbeda (M) bergantung pada situasi atau konteks (S).

Baik strategi pertama, kedua maupun ketiga menggambarkan pe-ngaruh pengalaman dan belajar terhadap kepribadian serta pepe-ngaruh kepribadian terhadap perilaku.

Ahli lainnya yang mengemukakan tentang perilaku adalah Martin L. Maehr. Ia menyatakan bahwa motif berprestasi diartikan sebagai perilaku yang timbul karena melihat standar keunggulan, sehingga dapat dinilai dari segi keberhasilan dan kegagalan.

Taksonomi pola-pola perilaku di atas secara khas menghasilkan rumusan motivasi yang meliputi kebiasaan yang mudah dikenali, seperti perubahan arah tujuan/pilihan, keuletan, dan variasi penampilan. Pola-pola taksonomi juga menunjukkan bahwa kecenderungan bertindak pada wirausaha dipengaruhi oleh kepribadian, sedangkan kepribadian tersebut dipengaruhi oleh pengalaman belajar.

Seseorang tidak akan berprestasi seandainya tidak berada dalam kon-teks sosial. Artinya, pranata-pranata sosial akan menentukan prestasi dan perilaku seseorang. Perilaku-perilaku tersebut dipengaruhi oleh pedoman, pengharapan, dan nilai-nilai kelompok. Perubahan peran dalam sistem

Pustaka Setia

status memengaruhi motivasi berprestasi (Marten L. Maehr dan McNelly, 1969). Dengan demikian, jiwa kewirausahaan dipicu oleh nilai-nilai individu dan nilai-nilai kelompok. Banyak wirausaha yang sukses dipengaruhi oleh suasana keluarga pada masa kecil (Ahmad Sanusi, 1995: 25).

Hubungan nilai kewirausahaan dengan perilaku kewirausahaan dalam bentuk yang lebih operasional, Kathleen L. Hawkins dan Peter A. Turla (1986), membaginya dalam beberapa kelompok, meliputi:

a. kepribadian, aspek ini dapat diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian dalam menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan keinginan yang kuat;

b. kemampuan/hubungan, operasionalnya dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antarpersonal, kepemimpinan, dan mana-jemen;

c. pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga, periklanan, dan promosi;

d. keahlian dalam mengatur, operasionalnya diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi;

e. keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang.

Dengan demikian, cukup jelas bahwa peranan wirausaha adalah inovator dalam mengombinasikan sumber-sumber bahan baru, akses pasar baru, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934). Ibnu Soedjono (1993) menamakan peran tersebut dengan enterpreneurial action . Wirausahalah yang membuka peluang baru, cakupan usaha baru yang menentukan kemandirian dan keberhasilan usaha. Dengan metode dan teknik baru yang lebih efisien, usaha kecil dapat meningkatkan kemandiriannya.

Enterpreneurial action (perilaku kewirausahaan) terbentuk atas dasar

persamaan: EA = f (PR, C, I, E) Di mana: EA = Enterpreneurial Action PR = Property Right C = Competency/Ability I = Incentive E = External Environment

(Ropple, 1990; Ibnu Soedjono, 1993: 2)

Dalam persamaan tersebut, tampak adanya hubungan fungsional, yaitu entrepreneurial activity (EA) merupakan fungsi dari property right (PR),

competency/ability (C), incentive dan external environment (E). Diterimanya affective abilities di samping cognitive abilities sebagai bagian pendekatan entrepreneurial. Affectivebilities mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan,

dan emosi, yang tentunya berkaitan dengan kondisi lingkungan dengan segala ekspresinya.

KEWIRAUSAHAAN Teori dan Praktik

192

Pustaka Setia

10Bab

alam menghadapi persaingan pada abad ke-21, UKM dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan memenuhi permintaan konsumen yang semakin spesifik, ber-ubah dengan cepat, produk berkualitas tinggi, dan harga yang murah­ Salah satu upaya yang dapat dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerja sama dengan Usaha Besar (UB)­ Kesadaran kerja sama ini telah me-lahirkan konsep supply chain management (SCM) pada tahun 1990-an­

Supply chain pada dasarnya merupakan jaringan perusahaan yang secara

bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pengguna akhir­

A. Hakikat Kemitraan

Kemitraan dalam wirausaha sangat penting­ Jika kita mempunyai ide bisnis yang brilian dan prospektif, tetapi tidak memiliki modal atau keterampilan yang dibutuhkan, bukan berarti kita harus berhenti me-wujudkan mimpi­ Ada banyak cara untuk mengatasinya­ Di sini, kemitraan dalam wirausaha sangat penting­ Apabila kekurangan modal, kita dapat meminjam kepada saudara, teman, atau bank­

1. Pengertian Kemitraan

Ada perbedaan pendapat di antara para sarjana mengenai pengertian kemitraan­ Untuk menambah dan memperkaya pemahaman kita

me-KEMITRAAN

ANTARWIRAUSAHA

ngenai kemitraan, berikut ini akan dipaparkan beberapa pengertian kemitraan­

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan­ Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerja sama sebagai mitra (Dikbud, 1991)­

b­ Menurut Muhammad Jafar Hafsah (1999: 43), kemitraan adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan­ Karena merupakan strategi bisnis, keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis­ c­ Menurut Ian Linton (1991: 10), kemitraan adalah sebuah cara

me-lakukan bisnis, yaitu pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama­

Menurut Keint L­ Fletcher (1987), partnership is the relation which

subsists between persons carrying on a business in common with a view of profit­

Semua definisi tersebut belum memberikan definisi secara lengkap tentang kemitraan­ Hal tersebut dikarenakan para sarjana mempunyai titik fokus yang berbeda dalam memberikan definisi tentang kemitraan­

Sekalipun demikian, perbedaan pendapat di antara para sarjana apabila dipadukan akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, yaitu kemitraan merupakan jalinan kerja sama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar, dan saling menguntung-kan­ Dalam kerja sama tersebut, tersirat adanya satu pembinaan dan pengembangan­

Dalam dunia usaha, kemitraan merupakan satu bentuk usaha bersama, yaitu para mitra usaha berbagi keuntungan atau kerugian sebagai akibat dari kegiatan investasi yang dilakukan­ Dalam arti yang lebih sempit, kemitraan adalah kontrak atau perjanjian antarindividu yang dengan semangat kerja sama sepakat untuk menjalankan usaha dan memberikan kontribusi terhadap usaha dengan menyatukan kekayaan, pengetahuan, atau kegiatan, dan membagi keuntungan di antara mereka­ Akan tetapi, banyak juga yang menjalin kemitraan tanpa perjanjian resmi (misalnya perjanjian sesama teman) hanya atas dasar rasa saling percaya­ Dalam hal ini, wirausaha muncul dan berkembang dalam pergaulan sosial di antara

Pustaka Setia

pelakunya­ Mereka dituntut untuk menjalin kemitraan dalam berbagai aspek kegiatan wirausaha­ Untuk itu, mereka harus mengetahui dan me-mahami prinsip-prinsip kemitraan­

Menurut Astamoen (2005: 219), ada lima faktor yang harus diper-hatikan dalam membangun kemitraan, yaitu (1) saling mengerti dan memahami; (2) saling bermanfaat; (3) saling menerima dan memberi; (4) saling memercayai; (5) amanah­

2. Pengertian Kemitraan Menurut Peraturan Perundangan

Definisi kemitraan menurut peraturan perundang-undangan yang telah dibakukan sebagai berikut­

a­ Menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal 1 angka 8, “Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pem-binaan dan Pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memper-kuat, dan saling menguntungkan”­

b­ Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang ke-mitraan, Pasal 1 angka 1, “Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”­

3. Unsur-unsur Kemitraan

Pada dasarnya, kemitraan merupakan kegiatan saling menguntung-kan dengan berbagai bentuk kerja sama dalam menghadapi dan mem-perkuat satu sama lainnya­ Julius Bobo menyatakan bahwa tujuan utama kemitraan adalah mengembangkan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan ( self-propelling growth scheme) dengan landasan dan struktur perekonomian yang kukuh dan berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai tulang punggung utamanya­

Kemitraan mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan kerja sama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling memerlukan, yaitu sebagai berikut­

Dalam dokumen Kewirausahaan: Teori dan Praktek (Halaman 95-98)