• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGAIMANA MEMULAI PTK?

BAB II. KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN A Kajian Teoretik

BAGAIMANA MEMULAI PTK?

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan solusi terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara terkendali dan kolaboratif. Langkah-langkah pokok yang umumnya ditempuh adalah: 1) penetapan fokus masalah penelitian, 2) perencanaan tindakan perbaikan, 3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, 4) analisis dan refleksi, dan 5) perencanaan tindak lanjut.

1. Penetapan fokus masalah penelitian a. Merasakan Adanya Masalah

Sebelum ada masalah yang ditetapkan, maka perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan kualitas pembelajaran yang selama ini dilcapai. Sikap demikian sangat diperlukan untuk menumbuhkan kemauan untuk memperbaiki diri. Pertanyaan-pertanyaan dapat diarahkan pada: apakah kualitas siswa sudah cukup baik? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah sarana pembelajaran cukup memadai? apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? Dan seterusnya. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah dalam pembelajaran.

b. Identifikasi Masalah

Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap masalah yang sangat merisaukan. Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut dengan tahapan mengidentifikasi permasalahan.

c. Analisis Masalah

Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui proses identifikasi, maka dilanjutkan dengan analisis masalah untuk menentukan urgensinya. Analisis terhadap masalah juga dimaksudkan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau solusi (obat) yang akan diambil.

d. Merumuskan Masalah

Selanjutnya, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh: apakah penerapan strategi Snow Bowling dapat meningkatkan minat belajar PAI melalui pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pekanbaru ?

2. Perencanaan Tindakan

Setelah masalah dirumuskan secara operasional, maka perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang diambil dapat dirumuskan ke dalam hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.

Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki suatu sistem, proses, atau hasil. Contoh: Penerapan strategi Snow Bowling akan berdampak positif terhadap peningkatan minat balajar PAI pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pekanbaru.

a. Persiapan Tindakan

Sebelum pelaksanaan tindakan, maka perlu perencanaan sebagai tindakan persiapan. Beberapa hal perlu direncanakan secara baik, antara lain, (1) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran disamping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan, (2) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan, (3) Mepersiapkan instrumen penelitian, misalnya untuk mengobservasi proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran, (4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di lapangan.

3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi a. Pelaksanaan Tindakan

Jika semua tindakan dipersiapkan, maka skenario tindakan dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual. Kegiatan pelaksanan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan. Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan mengobservasi dan interpretasi dilakukan secara berbarengan dengan kegiatan refleksi. Penggabungan kegiatan tindakan, observasi, interpretasi, dan refleksi merupakan suatu kenyataan proses pembelajaran yang utuh.

b. Observasi dan Interpretasi

Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dan cepat dilakukan. Observasi akan memiliki manfaat apabila dilanjutkan dengan diskusi sebagai balikan. Balikan ini sangat diperlukan untuk dapat memperbaiki proses penyelenggaraan tindakan.

4. Analisis dan Refleksi a. Analisis Data.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan hasil analisis, (1) Reduksi Data, adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna, (2) Paparan Data, merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan

mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, grafik, atau perwujudan lainnya, (3) Penyimpulan, merupakan pengumpulan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna.

b. Refleksi

Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai analisis pemaknaan penjelasan penyimpulan tindak lanjut. Dalam melakukan refleksi ini, tentunya dilakukan terhadap dua variabel. Artinya salah satu saja variabel yang diteliti belum mencapai target, maka perlu dilakukan daur ulang (pada siklus berikutnya). Oleh karena itu, refleksi pada PTK juga berfungsi sebagai analisis.

5. Perencanaan Tindak Lanjut.

Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka diperlukan langkah lanjutan pada siklus 2. Satu siklus kegiatan merupakan kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Banyaknya siklus tidak dapat ditetapkan, dan karenanya perlu dibuatkan semacam kriteria keberhasilan. Kriteria keberhasilan dapat ditetapkan, misalnya dengan menggunakan prinsip belajar tuntas. Apabila tingkat perbaikan yang diharapkan tercapai minimal 75%, Atau jika merujuk kepada permasalahan yang disbutkan di atas tentang peningkatan minat belajar PAI melalui penerapan strategi snow bowling pada siswa kelas VII SMP Negeri I Pekanbaru, maka kegiatan pembelajaran itu dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria apabila penerapan strategi snow bowling sudah dianggap sempurna penerapannya dan pencapaian minat belajar meningkat memenuhi standar minimal sesuai dengan rancangan PTK sebelumnya.