• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejujuran Membawa Kebaikan, Kebohongan Mengakibatkan Keburukan

02'8/ MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK

TEPAT JANJI DAN JUJUR

B. Kejujuran Membawa Kebaikan, Kebohongan Mengakibatkan Keburukan

Allah berfirman:

SM{iU‘›Wc

WÛÏ°Š

SÄ=W%XÄ

SÁ"

‹

SÅSÉXT

<

Y×SV

;ic°i\y

§°©¨

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar” (al-Ahzab: 70),

Mempertegas ayat di atas, Rasulullah saw bersabda:

Ʉ_ɄX Ʉ_ɄXɄɄ0ɈyɄ0Ʌo ɆɯɄɈlɄL

Ɇ-ɈɅyɄʙɄTɆ0Ɇ(ʚɈɆcɈsɄzɈ`ɄrɆɛ̀ɆɅlɆeɈɅyɄiɄ\ɈlɄeɄgɛaɄ4ɄrɆqɈzɄaɄLɅ ɛ˿ ɛ˱Ʉ<Ɇɛ˿ Ʌ_sɅ4Ʉ/

ɆcɈsɄzɈ`ɄrɆɛ̀ɆɅlɆeɈɅyɄiɄ\ɈlɄeɄrɅqɄUɈz Ʉ@ɈcɆ0Ɉ]ɅzɈaɄTɆ0Ɇ(ʚɈ ɆcɈsɄzɈ`ɄrɆɛ̀ɆɅlɆeɈɅyɄiɄ\ɈlɄeɄrɅnɄ/Ʉ

ɄzɈaɄTɆ0Ɇ(ʚɈ

ɈbɅY

ɈɅfɈ=ɄzɆ`ɈrɄɀ Ɉ˼Ʉ(

΀

qzaLZUe

Artinya:

“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia tidak menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan

tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia bertakat-kata yang baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari & Muslim)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Islam merupakan agama fitrah yang menjunjung tinggi nilai dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Dan demikian pentingnya etika dalam Islam, hingga Rasulullah SAW mengkategorikan akhlak sebagai “faktor” yang paling banyak untuk dapat mengantarkan orang ke dalam surga, beliau bersabda yang artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya tentang yang paling banyak menyebabkan orang masuk surga, beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Kemudian beliau ditanya tentang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (HR. Turmudzi) 2. Diantara etika atau akhlak yang baik adalah etika dalam bertutur kata atau berbicara.

Allah SWT bahkan menjadikannya sebagai “perintah” yang wajib untuk dilakukan oleh setiap hamba-Nya, dimanapun dan kapanpun, bahkan terhadap siapapun. Apakah di rumah terhadap keluarganya, di kantor terhadap rekan kerja, atasan atau bawahannya, di masyarakat terhadap tetangganya, dsb. Artinya bahwa bertutur kata yang baik, seharusnya menjadi jati diri bagi setiap muslim. Apabila diibaratkan dengan sebuah pohon, maka bertutur kata yang baik adalah seperti buahnya, yang memberikan manfaat kepada siapapun. Allah SWT berfirman (QS. Al-Ahzab : 70 – 71):

ɀ,yɆ, Ʉ4ɀʘɈsɄXsɅ`sɅXɄrɄ ɛ˿sɅYɛsɅkɄeɄɄlyɆ.ɛ`ɄpɜyɄɄy

΅

ɈgɅ]ɄsɅjɅ-ɈgɅ]Ʉ`Ɉ0ɆUɈQɄyɄrɈgɅ]Ʉ` Ʉ˴ɈLɄɈgɅ]Ʉ` Ɉ&ɆaɈ=Ʌy

ɀ˴zɆIɄLɀ1ɈsɄTɄ1ɄTɈ,ɄYɄTɅqɄ`sɅ4Ʉ/ɄrɄ ɛ˿ɆNɆEɅyɈlɄeɄr

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

3. Bertutur kata yang baik bukan hanya sebagai satu kewajiban, namun lebih dari itu, ia memiilki dampak positif bagi setiap muslim, Diantaranya adalah sebagai berikut :

x Allah SWT akan menjadikan orang yang berutur kata dengan baik, bahwa amalnya akan diperbaiki oleh Allah SWT. Menurut Ibnu Katsir firman Allah ͸&a=y

g]`˴Lg]`͹ maknanya adalah ͸%`=`_˴Lʝ`gpYTr ͹ϱ Allah akan menunjukkan mereka

pada amal-amal shaleh. Atau memudahkan mereka untuk melakukan amal shaleh.

x Akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.

x Mendapatkan kemenangan yang besar (surga). Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud adalah diselamatkan dari Azab Allah SWT serta dihantarkan ke dalam keni'matan yang langgeng (surga).

Selain hadis di atas terdapat pula sebuah hadis yang menjelaskan buah dari kejujuran dan akibat dari kebohongan yaitu:

Ʉ_ɄXga4rqzaL˿˱< ɝwɆɛk`ɆlɄLqkL˿ʎ/Ɇɛ˿Ɇ,ɈɄLɈlɄL

ͷ

ͅɝ ɆɫɈ` Ʉ˰Ɇ tɆ,ɈpɄy ɄWɈ,ɝ=`ɛiɆ

ɅWɅ,Ɉ=ɄzɄ` ɄbɅ ɛ0`ɛiɆ ɄrͅɆɛkɄ!Ɉ` Ʉ˰Ɇ tɆ,ɈpɄyɛ ɆɫɈ`ɛiɆ Ʉr

Ʉ˰Ɇ tɆ,ɈpɄy ɄɆ.Ʉ]Ɉ`ɛiɆ ɄrͅɀYyɝ, Ɇ<ɄisɅ]ɄywɛɄ$

ɛ.Ʉ\Ɇɛ˿ Ʉ,ɈkɆL ɄɄɈ]ɅywɛɄ$ͅ ɅɆ.Ɉ]ɄzɄ` ɄbɅ ɛ0` ɛiɆ ɄrͅɆ/ɛk` Ʉ˰Ɇ tɆ,ɈpɄyɄ/sɅ!ɅUɈ` ɛiɆ ɄrͅɆ/sɅ!ɅUɈ`

ɀ

Ͷ

͸x/)`mr/͹

Artinya:

Dari Abdullah ra, dari Nabi saw., dia bersabda: “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa kepada surga, dan sesungguhnya seseorang yang benar-benar jujur akan menjadi ‘shiddiq’ (orang yang jujur). Dan sesungguhnya kebohongan membawa kepada keburukan, dan keburukan akan membawa ke neraka, dan sesungguhnya seseorang yang benar-benar berbohong akan dicatata di sisi Allah sebagai pembohong” (HR. Bukhary)

Bohong Adalah Satu Tanda Kemunafikan

Secara harfiah, kata munafiq berasal dari kata ˲ϖ˴˰ϔ˴ϧ yang salah satu artinya adalah lubang tikus di dalam tanah, yang memilki dua pintu, pintu pertama terlihat, sedang pintu kedua tidak terlihat. Tikus itu bisa masuk dari pintu yang terlihat lalu keluar dari pintu yang tidak terlihat. Begitu pula seorang munafik seolah-olah masuk ke dalam Islam, tetapi dia keluar dari Islam melalui pintu yang tersembunyi. Secara etimologi atau istilah, munafik adalah orang yang menyembunyikan akidah kekafirannya dan menampakkan keimanannya secara lahiriyah dengan kata-kata.20

Rasulullah bersabda:

ɈlɄL

ɆɯɄ

ɄɄ0ɈyɄ0Ʌo

ɛiɄ

Ʉ_s Ʌ4Ʉ/

Ɇɛ˿

ɛ˱ Ʉ<

Ʌɛ˿

ɆqɈzɄaɄL

ɄgɛaɄ4Ʉr

Ʉ_ɄX

ɅɄy

ɆZɆTɄkɅfɈ`

Ɂ ɄʙɄȾ

Ʉ-Ɇ

Ʉɛ,Ʉ$

ɄɄ.Ʉ\

Ʉ-Ɇ Ʉr

Ʉ,ɄLɄr

ɄVɄaɈ(Ʉ

Ʉ-Ɇ Ʉr

ɄlɆ ɅɱɈ

͸ga5emr/͹ɄiɄ(

Artinya:

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya dia berkhianat (HR. Muslim)

Penjelasan Hadis

Sebagian ulama menganggap bahwa hadis ini musykil, sulit untuk dijelaskan, karena sifat-sifat dusta, ingkar janji, atau khiyanat mungkin saja ada pada diri seorang Muslim. Namun demikian para ulama bersepakat bahwa orang yang membenarkan ajaran Islam dengan hati dan lisannya, tetapi melakukan perbuatan-perbuatan tersebut tidak dinyatakan sebagai kafir ataupun munafik yang akan dihukum kekal di neraka.

Meskipun demikian para ulama berbeda pendapat megenai makna hadis ini. Sebagian besar berpendapat bahwa sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat orang munafik, siapapun yang memiliki sifat demikian, dia menyerupai seorang munafik dan berakhlak dengan akhlak seorang munafik, karena sesungguhnya kemunafikan adalah menampakan apa yang berbeda dari apa yang disembunyikan. Dan hal itu ada pada orang yang

memiliki sifat-sifat tersebut. Maka kemunafikannya dirasakan oleh orang yang mengajaknya berbicara, diberi janji olehnya, dan yang memberinya amanat. Kemunafikan seperti ini adalah munafik perbuatan bukan munafik dalam hal akidah. Kemunafikan seperti ini tidak diancam dengan kekal berada di dasar api neraka.

Mengenai jumlah sifat-sifat munafik yang berbeda pada dua hadis di atas, hal itu tidak menjadi persoalan, karena suatu sifat bisa melahirkan sifat-sifat lainnya. Seperti sifat ingkar janji, dapat terbentuk darinya sifat menghindar dari kesepakatan yang telah dibuat.

Sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang dari segi perbuatan- perbuatannya disebut munafik adalah orang yang sebagian besar perbuatannya berupa dusta, ingkar janji, dan khiyanat. Adapun orang yang hanya sesekali melakukan perbuatan tersebut tidak termasuk munafik.

Menurut al-Turmudzi, orang-orang munafik pada zaman Rasulullah menyatakan keimanan mereka tetapi mereka berdusta, mereka diberi amanat untuk menjalankan agama tetapi mereka mengkhiyanatinya, dan mereka berjanji untuk menolong agama tetapi mereka mengingkarinya. Karena itu al-Khattaby mengatakan bahwa hadis ini merupakan peringatan atas kaum Muslimin agar tidak terbiasa mengamalkan sifat-sifat tersebut yang dikhawatirkan akan menyeretnya kepada kemunafikan yang sebenarnya.21

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita dengar kata munafik. Kata munafik mungkin kita anggap tidak begitu kasar di telinga kita, karena kata itu jarang dipublikasikan di media massa. Namun sebenarnya munafik adalah suatu sifat seseorang yang sangat buruk yang bisa menyebabkan orang itu dikucilkan dalam masyarakat.

Hadits Nabi Muhammad saw diatas menegaskan bahwa tanda-tanda munafik adalah:

1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta;

2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya; 3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya;

Seseorang dapat dikatakan sebagai orang munafik tulen/sejati apabila memenuhi semua sifat di atas yaitu pembohong, penghianat dan pengingkar janji ada pada dirinya, dan selalu nampak dalam kebanyakan perbuatannya. Kalau hanya satu atau dua sifat itu ada padanya, atau hanya sesekali saja melakukan perbuatan-perbuatan itu tidak dapat dikatakan munafik.

Diatas telah disebutkan bahwa Hadis ini merupakan peringatan dari Rasulullah agar umat Islam tidak membiasakan sifat-sifat tersebut yang dapat menyeretnya menjadi seorang munafik sesungguhnya, yaitu orang kafir yang mengingkari Islam tetapi berpura- pura menjadi Muslim. Ketiga sifat itu harus dihindari mengingat bahaya yang dapat timbul darinya.

1. Dusta/Bohong

Berdusta adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Berdasarkan hadis di atas, apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita telah memiliki satu ciri orang yang munafik. Berdusta sering dilakukan dalam kehidupan sehari- hari pada perkara-perkara yang sepele. Kebiasaan dusta seperti ini meskipun tampak

21 Sampai pada paragraph ini, penjelasan hadis dikutip dari al-Nawawy, Shahih Muslim bi Syarh al-

ringan akibatnya, tetapi kalau dibiasakan akan merembet kepada dusta-dusta pada perkara-perkara penting, dan berakibat pada bahaya besar.

2. Ingkar Janji

Perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain terkadang harus kita lakukan. Apabila janji yang telah disepakati tidak kita penuhi tanpa alasan yang dapat dibenarkan, maka kita telah ingkat janji. Kemajuan di bidang ekonomi yang telah diraih oleh negara- negara maju, antara lain didukung oleh komitmen yang tinggi dari warganya untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang telah disepakati. Sebaiknya bangsa- bangsa yang rendah komitmennya untuk menepati perjanjian atau kesepakatan kerja akan jatuh sebagai bangsa yang terbelakang.

3. Khianat

Di antara ketiga sifat munafik yang tersebut dalam hadis di atas, khianat dapat dikatakan paling berat akibat buruknya dibandingkan dengan sifat dusta dan tukang ingkar janji. Orang yang berkhianat akan dihukum oleh masyarakat dengan dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan lagi, bahkan bisa dikenai hukuman penjara, apabila pengkhianatannya menimbulkan kerugian atau bahaya pada negara seperti menjadi mata-mata bagi pihak asing, atau seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatanya untuk menyelewengkan uang pajak.

Dalam al-Qur’an terdapat satu surat yang dinamai al-Munafiqun. Dinamai demikian karena surat yang hanya terdiri dari 11 ayat itu, 8 ayat diantaranya membicarakan sikap dan perilaku orang-orang munafik. Pada ayat pertama Allah swt mengungkap kebohongan orang-orang munafik yang berpura-pura mengakui kerasulan Muhammad saw. Dalam ayat itu dikatakan: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.22

Ayat kedua menjelaskan kelicikan mereka berpura-pura memberikan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah Rasululah. Dalam ayat tersebut dikatakan “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan“. Yang dimaksud perisai adalah sumpah mereka bahwa mereka beriman hanyalah siasat untuk menjaga harta dan diri mereka supaya tidak dibunuh atau ditawan atau dirampas harta mereka.

Kemudian al-Qura’an menggambarkan hati orang-orang munafik yang teah terkunci sehingga mereka tidak dapat menangkap kebenaran dan mengimaninya. Al- Qur’an berujar: “Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti“.

Lalu al-Qur’an mengingatkan orang-orang yang beriman agar tidak terjebak oleh pesona lahiriyah orang-orang munafik, dengan mengatakan “Dan apabila kamu melihat

mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Padahal mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?“ Yang dimaksud bahwa mereka seolah-olah kayu yang tersandar adalah meskipun tubuh-tubuh mereka bagus akan tetapi jiwa dan otak mereka kosong sehingga tidak dapat memahami kebenaran.

Sebagai bukti ketidakmampuan mereka memahami kebenaran diungkap dalam ayat berikutnya. “Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri“.

Maka sebagai akibatnya, Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan memberi petunjuk kepada mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. “Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik“.

Tugas Mandiri

1. Sebutkan sebanyak mungkin akibat ketidakjujuran terhadap bangsa dan negara Indonesia.

2. Kisahkan pengalaman pribadi dalam berinteraksi dengan orang lain terkait dengan kejujuran atau kebohongan, dan apa akibatnya.

Rangkuman

Jujur adalah salah satu sifat terpuji yang sangat ditekankan baik oleh al-Qur’an maupun hadis agar dimiliki oleh setiap Muslim. Kejujuran apabila sudah menjadi sifat seluruh anggota masyarakat, akan memberikan kebaikan kepada masyarakat tersebut; masing-masing akan saling percaya, tidak curiga dan buruk sangka, sehingga timbullah rasa aman dalam hidup.

Ketidakjujran/dusta/bohong akan menimbulkan ketidakpercayaan orang lain terhadap pelakunya. Apabila sifat negative ini menjadi watak banya orang, akan menimblkan keresahan. Apalagi bila sifat ini ada pada orang-orang yang diserahi amanat untuk mengurusi kepentingan orang banya. Karena itu Nabi mengingatkan orang-orang yang beriman dengan bersabda bahwa tidak jujur/dusta/bohong merupakan salah satu cirri orang munafiq.

Bagian IV