• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan evaluasi dalam program Pemberian Obat Pencengah Massal Filariasis (POPMF).

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Filariasis a. Definisi

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Nematoda yang tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik.

Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun setelah terpapar parasit selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, filariasis sering disebut dengan kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah kecacatan permanen yang sangat mengganggu produktifitas (Widoyono, 2008).

Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan jika tidak mendapatkan pengobatatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan

alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat berkerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung pada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Filariasis, bukanlah penyakit wabah penyakit wabah seperti kolera dan cacar (walaupun dikatakan penyakit endemik), tetapi merupakan penyakit parasit yang menahun. Filariasis disebabkan sejenis cacing angkatan Nematoda (filarial worms) dikenal sebagai penyakit limfodema (disebut elephantiasis) (Susanna, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sejenis cacing yang ditularkan oleh berbagai nyamuk dan dikenal sebagai penyakit kaki gajah serta menimbulkan cacat menahu atau kronis berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.

b. Epidemiologi

Di daerah-daaerah endemik, 80 % penduduk bisa mengalami infeksi tetapi hanya sekitar 10-20% populasi yang menunjukkan gejala klinis, infeksi parasit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Asia, Pasifik Selatan, dan

Amerika Selatan. Telah diketahui lebih dari 200 spesies filaria.

Dari 200 spesies tersebut hanya sedikit yang menyerang manusia.

Masyarakat yang beresiko terserang adalah mereka yang bekerja pada daerah yang terkena paparan menahun oleh nyamuk yang mengandung larva. Di seluruh dunia, angka perkiraan infeksi filaria mencapai 250 juta orang. Di Asia, filaria endemik terjadi di Indonesia, Myamar, India dan Sri Langka (Widoyono, 2008).

Perilaku nyamuk sebagai vektor filariasis turut menentukan penyebarluasan penyakit filariasis dan timbulnya daerah-daerah endemis filariasis. Di antara perilaku vektor tersebut adalah: 1) Derajat infeksi alamiah hasil pembedahan nyamuk alam/liar yang tinggi; 2) Sifat antropofilik dan zoofilik yang meningkatkan jumlah sumber infeksi; 3) Umur nyamuk yang panjang sehingga mampu mengembangkan pertumbuhan larva mencapai stadium infektif untuk disebarkan/ditularkan; 4) Dominasi terhadap spesies nyamuk lainnya yang ditunjukkan dengan kepadatan yang tinggi disuatu daerah endemik; 5) Mudahnya menggunakan tempat-tempat pengandung air sebagai tempat perindukan yang sesuai untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa (Gandahusada, 2010).

c. Etiologi

Di Indonesia ditemukan 3 jenis parasit Nematoda penyebab filariasis limfatik pada manusia yaitu, Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Parasit-parasit ini tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia oleh berbagai spesies nyamuk yang termasuk dalam genus Aedes, Anopheles, Culex, Mansonia, Coquilettidia dan Armigeres. Beberapa spesies Anopheles, Culex dan Aedes telah dilaporkan menjadi vektor filariasis bancrofti dapat ditularkaan oleh berbagai spesies Anopheles seperti An.

Aconitas, An. Bancrofti, An. Farauti, An. Punctuulatus dan An.

Subpictus, atau dapat pula ditularkan oleh nyamuk Aedes Kochi, Cx.Bitaeniorrhynchus, Cx.Annulirostris dan Armigeres obsturbans.

Vektot utama filariasis malayi ialah berbagai spesies dari Anopheles, Mansonia dan Coquilettidia, seperti Mansonia Uniformis, Coquilettidia crassipes (tipe zoofilik = subperiodik nokturna) dan An. Barbirostris, An.nigerrius ( tipe antropofilik = periodik nokturna), sedangkan vektor utama filariasis timori ialah An.barbirostris. (Gandahusada,2010)

Beberapa spesies filaria yang menyerang manusia di antaranya adalah Wuchereria bancrofti, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus. W. Bancrofti dan B. Timori banyak ditemukan di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika, sedangkan O.volvulus banyak terdapat di Afrika (Widoyono, 2008).

d. Morfologi

1) Cacing dewasa

W. bancrofti berbentuk seperti rambut berwarna putih susu, panjang cacing jantan sekitar 4 cm, yang bertina 10 cm. Brugia malayi, bentuk mirip W.bancrofti, panjang cacing jantan sekitar 23 cm, cacing betina 35 cm.

O. volvulus jantan panjangnya sekitar 4 cm, cacing betina dapat mencapai panjang 50 cm.

2) Mikrofilaria

Gambar 2.1 Bagan morfologi mikrofilaria (Soedarto, 2009)

Mikrofilaria W. bancrofti mempunyai selubung (sheath), panjangnya sekitar 300 mikron, dengan inti tidak mencapai ujung ekor. Pada B.malayi,-mikrofilaria berselubung, panjangnya sekitar 260 mikron, dengan inti mencapai ujung ekor. Mikrofilaria O.volvulus tidak mempunyai selubung, panjangnya 300 mikron dengan inti

tidak mencapai ujung ekor. Morfologi mikrofilaria penting untuk membedakan spesies filaria, dan lebih mudah ditemukan dari pada cacing dewasa (Soedarti, 2009).

e. Siklus Hidup

Gambar 2.2 Siklus Hidup W. Bancrofti (Widoyono, 2008)

Mikrofilaria yang menyerang manusia seperti W.bancrofti dan B. Malayi mempunyai siklus hidup sebagai berikut yaitu dimulai dari saat filaria betina dewasa dalam pembuluh limfe manusiamemproduksi sekitar 50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah.Nyamuk kemudian menghisap mikrofilaria pada saat menggigit manusiaselanjutnya larva tersebut akan berkembang dalam darah tubuh nyamukdan ketika nyamuk

menggigit manusia, larva infektif akan masuk ke dalam tubuh manusia.Larva akan bermigrasi ke saluran limfe dan berkembang menjadi bentuk dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi setelah 6 bulan - 1 tahun setelah terinfeksi dan bisa bertahan 5-10 tahun. Vektor utama filaria adalah nyamuk Anopheles, Culex, Mansoris, dan Aedes (Widoyono, 2008).

MANUSIA SERANGGA

CACING DEWASA DI DARAH/LIMFE

MIKROFILARIA DI JARINGAN

MIKROFILARIA DI DARAH/

KULIT (O.VOLVULUS)

LARVA INFEKTIF

PERKEMBANGAN LARVA

Skema 2.1 Siklus Hidup Filaria (Soedarto, 2009)

Adapun menurut Soedarti (2009) Cacing-cacing tersebut ditularkan dari penderita ke orang lain dengan perantaraan serangga (insekta) melalui gigitan. Serangga penular W.bancrofti dan B.malayi adalah nyamuk sedangkan O.volvulus ditularkan oleh Simulium. Hospes definitif W.bacrofti adalah manusia, sedangkan B.malayi dan O.volvulus adalah parasit zoonoosis yang hewan juga bisa menjadi reservoir host.

f. Tanda dan Gejala

Penderita filariasis bisa tidak menunjukkan gejala klinis (asimtomatis), hal ini disebabkan oleh kadar mikrofilaria yang terlalu sedikit daan tidak terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium atau karena memang tidak terdapat mikrofilaria dalam darah.

Apabila menimbulkan gejala, maka yang ditemukan adalah gejala akibat manifestasi perjalanan kronik penyakit. Gejala penyakit pada tahap awal (fase akut) bersifat tidak khas seperti demam selama 3-4 hari yang dapat hilang tanpa diobati, demam berulang lagi 1-2 bulan kemudian, atau gejala lebih sering timbul bila pasien bekerja terlalu berat. Dapat timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha dan ketiak dengan tidak ada luka di badan. Dapat teraba garis seperti urat dan berwarna merah, serta terasa sakit dari benjolan menuju arah ujung kaaki atau lengan. Gejala terjadi berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Cacing akan menyebabkan fibrosis dan penyumbatan pembuluh limfe. Penyumbatan ini akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah yang bersangkutan.

Tanda klinis yang sering ditemukan adalah pembengkakan skrotum (hidrokel) dan pembengkakaan anggota gerak terutama kaki (elefantiasis) (Widoyono, 2008).

Adapun menurut Soedarto (2009) gambaran klinis dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Filariasis bancrofti

Gambaran klinis yang umum terjadi pada filariasis bancrofti adalah demam yang tidak beraturan, limfangitis, hiperplasia kelenjar limfe dan eosinofilia. Kelenjar limfe di daerah spermatika mengalami kelainan paling awal, berupa funikulitis, epididimitis, atau orchitis disertai dengan kelenjar limfe inguinal yang membengkak dan terasa nyeri. Hidrokel merupakan manifestasi yang umum terjadi pada filariasis bancrofti yang kronis, diikuti limfedema, elefantiasis, dan kiluria.

2) Filariasis brugia

Bentuk akurat filariasis brugia lebih nyata dibandingkan dengan filariasis bancrofti, berupa serangan demam, limfangitis dan limfadenitis. Dapat terjadi pembentukan abses pada kelenjar limfe. Spermatic cord, skrotum dan ginjal jarang mengalami gangguan. Elefantiasis umumnya hanya terjadi di daerah tungkai kaki dibawah lutut atau lengan dibawah siku.

3) Tropical Pulmonary

Sindrom ini merupakan respon hiperimun hospes terhadap W.bancrofti dan B. malayi pada waktu terjadi eliminasi mikrofilariadari dalam darah tepi. Gambaran spesifik sindrom ini adalah limfadenopati, batuk kronis, asma, hipereosinofilia, meningkatnya serum IgE yang spesifik dan terbentuknya lesi

histologisyang khas (Meyers-ko bodies) di dalam kelenjar limfe, paru, limpa, dan hati.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) gejala filariasi terbagi menjadi dua yaitu :

1) Gejala Klinis

a) Demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat.

b) Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.

c) Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan.

d) Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (limfedema dini).

2) Gejala kronis

Gejala kronis filariasis yaitu pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).

g. Diagnosa Filariasis

Diagnosa filariasis menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), yaitu:

1) Klinis

Diagnosa klinis ditegakkan bila ditemukan gejala dan tanda klinis akut maupun kronis.

2) Laboratorium

Dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan pada malam hari (pukul 20.00 s.d 02.00) waktu setempat. Seseorang yang dinyatakan sebagai penderita filariasis, apabila dalam sedian darah tebal ditemukan mikrofilaria.

Adapun menurut Soedarti (2009) diagnosis filariasis yaitu ditemukan mikrofilaria di dalam darah pada puncak masa periodik, misalnya antara jam 10 malam sampai tengah malam (nocturnal periodik W. Bancrofti dan B. malayi). Pada infeksi ringan teknik konsentrasi dan teknik filter nukleopor dilakukan untuk menentukan spesies parasit. Selain itu dapat dilakukan deteksi antigen spesifik yang beredar di dalam darah.

h. Pengobatan

Obat filariasis yang biasa diberikan adalah Dietilkarbamazin (DEC), Ivermectin (Mectizan) dan Albendazole 400mg dosis tunggal (Widoyono, 2008).

Adapun Pengobatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), yaitu:

1) Pengobatan masal

Peengobatan masal dilakukan di daerah endemis (Mf rate

>1%) dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albendazole sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti demam, diberikan paracetamol.

2) Selektif

Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria dan anggota keluarga yang tinggal serumah, di daerah dengan hasil survai mikrofilaria < 1 % (non endemis).

i. Pencengahan

Upaya pencengahan filariasis menuurut Widoyono (2008), sebagai berikut:

1) Pengobatan massal

Cara pencengahan penyakit yang paling efektif adalah mencengah gigitaan nyamuk pembawa mikrofilaria. Apabila suatu daerah sebagian besar sudah terkena penyakit ini, maka pengobatan massal dengan DEC, Ivermectin, atau Albendazole dapat diiberikan setahun sekali dan sebaiknya dilakukan paling sedikit selama lima tahun.

2) Pengendalian Vektor

Kegiatan pengendalian vektor adalah pemberantasan tempat perkembangbiakan nyamuk melalui pembersihan got dan

saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan penebaran bibit ikan pemakan jentik. Kegiatan lainnya adalah menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu, meenggunakaan obat nyamuk oles, memasang kasa pada ventilasi udara, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot.

3) Peran serta masyarakat

Warga masyarakat bersedia datang daan mau diperiksa darahnya pada malam hari pada saat ada kegiatan pemeriksaan darah, bersedia minum obat anti filariasis secara teeratur sesuai dengan ketentuan yang diberitahukan oleh petugas, memberitahukan kepada kader atau petugas kesehatan bila menemukan penderita filariasis, dan bersedia bergotong-royong membersihkan sarang nyamuk atau tempat perkembangbiakan nyamuk.

Adapun menurut Gandahusada (2010) upaya pemberantasan penyakit filariasis dapat dilakukan melalui berbagai cara:

1) Pengobatan semua penderita filariasis;

2) Upaya pengendalian vektor dengan cara yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang mahal;

3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit filariasiis dan penularannya, sehingga rakyat dapat berpatisipasi dalam pemberantasan penyakit ini.

Selain itu menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) upaya pencegahan filariasis oleh masyarakat yaitu:

1) Menghindari diri dari gigitan nyamuk vektor : a) Menggunakan kelambu sewaktu tidur,

b) Menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa nyamuk, c) Menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk

bakar, dan

d) Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.

2) Memberantas nyamuk

a) Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa uang merupakan tempat perindukan nyamuk.

b) Menimbun, mengeringkan,atau mengalirkan genangan air sebagai tempak perindukan nyamuk.

c) Membersihkan semak-semak di sekitar rumah.

2. Konsep Dasar Masyarakat a. Definisi

Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang selalu berubah-ubah sesuai kebiasaan, karena masyarakat di bentuk dari

suatu kebiasaan, wewenang, dan kerja sama dari berbagai kelompok (Mubarak, 2009).

b. Ciri-ciri Masyarakat

Ciri- ciri Masyarakat menurut Mubarak (2009) yaitu:

1) Adanya interaksi di antara sesama anggota.

2) Saling bergantung.

3) Menepati wilayah dengan batas tertentu.

4) Adanya istiadat, norma, hukum, serta aturan yang mengatur pola tingkah laku anggotanya.

5) Adanya rasa identitas yang kuat dan mengikat semua warganya seperti: bahasa; pakaian; simbol-simbol tertentu (perumahan);

benda-benda tertentu (mata uang, alat pertanian); dan lain-lain.

6) Adanya kesinambungan dalam waktu.

c. Jenis Masyarakat

Jenis masyarakat menurut Mubarak (2009), yaitu:

Masyarakat terdiri atas dua jenis, yaitu masyarakat desa dan masyarakat kota.

1) Masyarakat Desa

Berikut ini adalah ciri dari masyarakat desa:

a) Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.

b) Ada istiadat dipegang kuat banget.

c) Sebagai besar memiliki kepercayaan terhap hal-hal yang gaib.

d) Tingkat buta huruf masih tinggi.

e) Masih berlaku hukum tak tertulis.

f) Jarang bahkan tak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keterampilan.

g) Sistem ekonomi sebagaian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sebagian kecil di jual.

h) Gotong-royong sangat kuat.

2) Masyarakat Kota

Berikut adalah ciri-ciri dari masyarakat kota:

a) Hubungan di dasarkan atas kepentingan pribadi.

b) Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling memengaruhi.

c) Kepercayaan masyarakat yang kuat akan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi.

d) Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian.

e) Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.

f) Hukum yang berlaku adalah tertulis.

g) Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar.

3) Konsep Dasar Motivasi a. Definisi

Motivasi berasal dari kata motif. Motif dalam bahasa inggris disebut motive, yang berasal dari motion artinya “gerakan”atau sesuaatu yang bergerak. Dalam arti yang lebih luas motif berarti rangsangan, dorongan, atau penggerak terjadinya suatu tingkah laku. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, atau pendorong seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu. Tingkah laku termotivasi dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan.

Kebutuhan tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu (Saam, 2012).

Motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam atau dari luar diri individu untuk melakukan suatu aktivitas yang bisa menjamin kelangsungan aktivitas tersebut, serta dapat menentukkan arah, haluan, dan besaran upaya yang dikerahkan untuk melakukan aktivitas sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Komarudin.2013).

Selain itu menurut Wijayaningsih (2014) Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga seseorang dapat mencapai tujuannya.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam maupun dari luar

individu untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Ciri-ciri motivasi

Motivasi memiliki ciri pokok menurut Komarudin (2013) yaitu:

1) Adanya direction

Direction menunjukkan kepada bentuk aktivitas yang dipilih untuk dilakukan.

2) Intensitas

Intensitas menggambarkan seberapa besar atau seberapa banyak usaha untuk melakukan aktivitas.

3) Persisten dalam berperilaku

Persisten menggambarkan lamanya waktu dalam melakukan aktivitas.

c. Klasifikasi Motivasi

Motivasi itu bermacam-macam. Menurut Saam (2012) ditinjau dari pihak yang menggerakkan motivasi di golongkan menjadi dua golongan, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1) Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang telah berfungsi dengan sendirinya yang berasal dalam diri orang lain tersebut tanpa adanya dorongan atau rangsangan dari pihak luar.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena adanya dorongan dari pihak luar atau orang lain.

d. Faktor –faktor yang mempengaruhi motivasi

Menurut Notoadmojo (2010) faktor-faktor yang meempengaruhi motivasi dibagi menjadi 2 faktor yaitu:

1) Faktor Instrinsik a) Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Usia berpengaruh terhadap motivasi seseorang dalam hal kesediaannya dalam melakukan sesuatu hal. Semakin tua seseorang semakin banyak faktor lain yang mempengaruhi motivasi.

b) Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010), konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa , lebih baik, dan lebih matang diri individu, kelompok, atau masyarakat. Tingkat pendidikan juga salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi motivasi dalam mengubah perilaku positif yang meningkat.

c) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), seseorang yang mempunyai pengetahuan yang lebih luas juga memungkinkan termotivasi dalam mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman dan mudah mengerti tentang yang dianjurkan.

d) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru terbaik. Pepatah tersebut dapat diberikan bahwa pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran.

e) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon sesorang yang masih tertutup suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan atau perilaku Disamping itu, sikap juga mengandung motivasi, ini berarti sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2010).

f) Harapan

Adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang

mempunyai sikap dan perasaan subjektif seseorang.

Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

g) Kebutuhan

Manusia di motivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total.

2. Faktor Ekstrinsik

a) Lingkungan seperti dukungan keluarga dan petugas kesehatan

Faktor lingkungan dapat mempersulit motivasi seseorang, jika lingkungan keluarga tidak mendukung setiap upaya layanan kesehatan. Misalnya, keluarga terlihat acuh dengan kesehatan keluarganya. Demikian juga dengan petugas kesehatan khususnya perawat komunitas yang berfungsi sebagai organisator. Tugas organisator adalah memberikan motivasi kepada masyarakat. Disinilah dukungan keluarga dan petugas kesehatan untuk memberikan motivasi seoptimal mungkin sehingga diharapkan masyarakat lebih termotivasi untuk meminum obat anti filariasis (Notoatmodjo, 2010).

e. Pengukuran Motivasi

Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi, menurut Notoatmodjo (2010), yaitu:

1) Tes Proyeksi

Salah satu teknik proyeksi yang banyak di kenal yaitu Thematic Apperception Test (TAT). Dalam tes tersebut klien diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dari teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power (n-power), kebutuhan untuk brafiliasis (n-aff). Dari isi cerita tersebut dapat di telaah motivasi yang mendasari diri klien berdasarkan konsep kebutuhan.

2) Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang dapat memancing motivasi klien.

Pengukuran motivasi menggunakan kuesioner dengan skala Likert yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji validitasnya dan reabilitas.

a) Pertanyaan positif (Favorable)

(1) Sangat Setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 4.

(2) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 3.

(3) Tidak Setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 2.

(4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 1.

b) Pertanyaan negatif (Unfavorable)

(1) Sangat Setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 1.

(2) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 2.

(3) Tidak Setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 3.

(4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner di skor 4.

Menurut Aziz Alimul Hidayat (2009) kriteria motivasi dikategorikan menjadi :

Motivasi Kuat : 67-100%

Motivasi Sedang : 34-66%

Motivasi Lemah : 0-33%

3) Observasi Perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi dengan membuat situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya. perilaku yang diobservasi adalah, apakah klien menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil keputusan yang beresiko, dan mementingkan kualitas daripada kuantitas kerja.

B. Kerangka Teori

Skema 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2010) Faktor yang meempengaruhi Motivasi:

1. Faktor Instrinsik a. Umur b. Pendidikan c. Pengetahuan d. Pengalaman e. Sikap

f. Harapan g. Kebutuhan 2. Faktor Ekstrinsik

a. Lingkungan seperti dukungan keluarga dan petugas kesehatan

Motivasi Masyarakat dalam Meminum Obat

Anti Filariasis

37 BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Konsep

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah uraian tentang hubungan antara variabel-variabel yang terikat dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan kerangka teori / kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman penelitian. Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan diteliti, untuk mendeskripsikan secara jelas variabel yang di pengaruhi (variabel dependen) dan variabel pengaruh (variabel independen) (Supardi, 2013).

Peneliti melakukan penelitian mengenai gambaran motivasi dalam meminum obat anti filariasis, Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat berkerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung pada orang lain

Gambaran Motivasi Masyarakat dalam Meminum

Obat Anti Filariasis

sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara (Departemen

sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara (Departemen