• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

C. Saran

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini melibatkan siswi-siswi yang tidak memperoleh pengasuhan ayah dalam hidupnya. Diharapkan penelitian selanjutnya untuk lebih peka pada hal-hal yang sensitif, agar proses pengambilan data dapat berjalan lancar.

Selain itu, penelitian ini hanya berfokus pada jenis kelamin perempuan. Adanya kemungkinan jenis kelamin laki-laki juga memiliki pengaruh dan menunjukkan factor yang beraneka ragam pada prestasi akademik anak fatherless. Sehingga, diharapkan penelitian selanjutnya melihat dari sudut pandang anak laki-laki.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, B. R., & Ogston, D. G. (1974). The Effect of Father Absence on Male Children in the Home and School. Journal of School Psychology, Vol. 12, No.3.

Azwar, S. (1996). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, Ed.2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basrowi & Suwandi (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Biggs, J.B. (1987). Study Process Questionnaire Manual – Student Approaches to Learning and Studiying. Australian Council for Education Research. Bungin, B. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke

Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Creswell, JW. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Dagun, S. M. (1990). Psikologi Keluarga (P eranan Ayah dalam Keluarga). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Kinard, E. M., & Reinherz, H. (1986). Effects of Marital Disruption on Children‘s School Aptitude and Achievement. Journal of Marriage and Family, Vol. 48, No.2, pp. 285-293. National Council on Family Relations.

Kriesberg, L. (1967). Rearing Children for Educational Achievement in Fatherless Families. Journal of Marriage and Family, Vol. 29, No.2, pp. 288-301. National Council on Family Relations.

La Guardia, A. C., Nelson, J. A., & Lertora, I. M. (2014). The Impact of Father Absence on Daughter Sexual Development and Behaviors: Implications for Professional Counselors. The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, Vol. 22(3) 339-346. SAGE.

Lisiswanti, R., Saputra, O., Carolia, N., & Malik, M. M. (2015). Hubungan Pendekatan Belajar dan Hasil Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 2, No. 1, 79-84.

Mancini, L. (2010). Father Absence and Its Effects on Daughter. (Disertasi). Diunduh dari: http://demoiselle2femme.org/wp-content/uploads/Father-Absence-Its-Effects-on-Daughters.pdf )

Murray, A. & Sandqvist, K. (1990). Father Absence and Children‘s Achievement from Age 13 to 21. Scandinavian Journal of Educational Research, Vol. 34, No. 1.

Prastowo, A. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Reber, A. S., & Reber, E. S. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanders, M. G. (1998). The Effects of School, Family, and Community Support on the Academic Achievement of African American Adolescents. URBAN EDUCATION, Vol.33, No. 3, 385-409. Corwin Press, Inc.

Santrock, J. W. (2003). ADOLESCENCE: P erkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in Education: Theory, Research, and Applications. United States of America: Pearson Prentice Hall.

Slameto (2010). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Edisi Revisi. Bandung: Rineka Cipta.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sundari, A.R. & Herdajani, F. (2013). Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Prosiding Seminar Nasional Parenting. Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI. [hal.256-271]

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam Psikologi. Yogyakarta: Penerbit USD.

Suryabrata, S. (1993). Psikologi Pendidikan. Jakarta: C.V Rajawali.

Svanum, S., Bringle, R. G., & McLaughlin, J. E. (1982). Father Absence and Cognitive Performance in a Large Sample of Six-to-Eleven-Year-Old Children. Child Development, Vol. 3, No.1, pp. 136-143. Wiley on behalf of the Society for Research in Child Development

Syah, M. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Trudeau. F., & Shepard. R. J. (2009). Relationships of Physical Activity to Brain Health and the Academic Performance of School Children. American Journal of Lifestyle Medicine, X.

Vandamme, T. H. P., & Schwartz, S. (1985). Father-Absence and Scholastic Performance in Primary School Children. Current Psychological Research & Reviews, 204-213.

Wadsby, M., & Svedin, C. G. (1996). Academic Achievement in Children of Divorce. Journal of School Pychology. USA : Linkoping University. Vol. 34, No. 4, pp. 325-336.

Watts, D. S., & Watts, K. M. (1992). The Impact of Female-Headed Single Parent Families on Academic Achievement. Journal of Divorce & Remarriage, 17:1-2, 97-114. The Haworth Press, Inc.

Wilson, M. N. (1989). Child Development in the Context of the Black Extended Family. American Psychologist, Vol. 44, No. 2, 380-385. American Psychological Association, Inc.

Winkel, W. S. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi. Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology: Active Learning Edition (Edisi

10/Bagian 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yee, D. K., & Eccles, J. S. (1988). Parent Perceptions and Attributions for Children‘s Math Achievement. Sex Roles, Vol. 19, Nos. 5/6. Plenum Publishing Corporation.

Zia, A., Malik, A. A., & Ali, S. M. (2015). Father and Daughter Relationship and Its Impact on Daughter‘s Self-Esteem and Academic Achievement. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, Vol 4, No. 1. MCSER Publishing.

Sumber di internet :

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/01/mkk1kp-anak-yatim-di-indonesia-capai-32-juta

Interview Protokol

Nama interviewee : Interview ke : Waktu : Tempat : Pendidikan/Kelas : Umur :

Riwayat Prestasi di Kelas :

Pertanyaan Pembuka

1. Menurutmu, apa itu keluarga?

2. Selama ini, kamu tinggal dengan siapa?

3. Coba ceritakan orang-orang yang ada di rumahmu?

4. Kalau tentang ayah, coba ceritakan kapan terakhir ketemu ayah? 5. Coba ceritakan apa yang biasanya kamu lakukan bersama ayahmu?

6. Bagaimana perasaanmu saat tidak tinggal atau jarang bertemu dengan ayah?

7. Apa yang berubah semenjak tidak tinggal dengan ayah?

8. Dengan kondisi hanya tinggal dengan ibu, bagaimana proses belajarmu di rumah?

Pertanyaan Inti

1. Sekarang tentang sekolah ya, Apa yang mendorongmu untuk berprestasi di akademik? (Apakah dirimu sendiri? Atau dari luar? Apa perannya?

3. Bagaimana pendapatmu ketika kamu mendapatkan tugas yang banyak untuk mata pelajaran yang sulit?

4. Apa yang kamu lakukan pada tugas tersebut? Caranya?

5. Bagaimana pendapatmu ketika kamu mendapatkan tugas yang banyak untuk mata pelajaran yang sulit?

6. Apa yang kamu lakukan pada tugas tersebut? Caranya?

7. Apa yang kamu rasakan ketika kamu sudah berhasil? Mengapa? 8. Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya saat kamu sudah berhasil?

Penutup

1. Terima kasih dan mohon maaf jika menyinggung beberapa hal yang sensitif.

No. Verbatim Ringkasan Awal Ringkasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kamu kelas satu kemaren, rangking 1 ya di kelas? Iya. Apa sih yang mendorong kamu untuk berprestasi di akademik ini? Apa ya.. sebenarnya jujur, dari keluarga, soalnya keluarga besar aku, kalo mamah sama papah sih biasa aja, tapi kalo keluarga besar aku pernah, apa ya, keluargaku tu termasuk, keluarga yang isinya pinter semua. Cuma kayak aku tu lho yang kurang. Lha jadi kayak pakdeku, aku bilang terakhir aku SMP pas lulus aku ranking 5, terus habis itu aku cerita kan, udah bangga soalnya ga pernah dapet rangking segitu. Terus keluargaku bilang, ‗o.. rangking 5 ya? kok gak ranking satu? Lain kali masuk dua besar ya?‘ jadi kan udah sakit hati duluan ya, udah berjuang kayak gini, tapi cuman, Cuma di ooh in aja. Jadi itu sih yang bikin aku jadi pengen.

AD terdorong berprestasi karena keluarga besarnya termasuk keluarga yang isinya orang-orang pintar. (Line 3-6)

AD merasa dirinya kurang pintar. (Line 6-7)

AD memperoleh rangking 5 saat lulus SMP. AD merasa bangga karena tidak pernah mendapat rangking segitu. (Line 8-10)

AD cerita pada keluarganya bahwa ia memperoleh

rangking. Tetapi

keluarganya malah mengkritik dan tidak puas dengan rangking AD. Keluarganya ingin AD masuk dua besar. (Line

10-AD terdorong berprestasi karena keluarga besarnya adalah orang-orang yang pintar.

AD merasa dirinya kurang pintar.

AD memperoleh rangking 5 saat lulus SMP. AD merasa bangga karena tidak pernah mendapat rangking yang tinggi.

AD cerita pada keluarganya. Tetapi keluarganya mengkritik dan tidak puas dengan rangking AD. Keluarganya ingin AD masuk dua besar.

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Terus, perannya mereka tu apa dalam belajarmu? Hmm.. apa ya.. jujur aku usaha sendiri sih. Mungkin cuma mamah yang cariin guru les. Hubungan kamu dengan guru lesmu gimana? Deket. Terus biasanya apa yang kamu lakukan dengan guru lesmu? Yaa.. Cuma ngajarin biasa, tapi aku suka nargetin sendiri sih. Aku nargetin, kalo remidi aku harus belajar lagi, aku males, jadi mending sekarang aja. Menurut kamu, kira-kira kamu belajar tanpa guru les bisa ga? Bisa. Kenapa? Sebenernya tergantung aku ngerti apa enggaknya sih, di kelas udah bisa ngerti apa enggak. Kalo aku udah bisa ngerti, ya aku selanjutnya bisa lihat dari catetan.

Kalo bener-bener aku nggak ngerti, aku les sekali, terus belajar yang aku nggak ngerti itu, habis itu yaudah di lepas. Oke.. Jadi guru les ato mama tu sebagai pendamping aku belajar, tapi yang aku yakinin ya aku sendiri.

AD merasa sakit hati pada pamannya karena di saat AD sudah berjuang memperoleh rangking 5,

pamannya hanya

mengatakan ‗oh‘. AD menjadi ingin berprestasi. (Line 11-13)

AD usaha sendiri dalam belajar. (Line 15)

Ibunya yang mencarikan guru les. (Line 15-16) AD suka menargetkan sendiri belajarnya. Saat remidi, AD harus belajar lagi. AD malas, sehingga lebih baik belajar sekarang. (Line 18-20)

AD belajar tergantung pada apakah ia mengerti materi pelajarannya atau tidak. Jika di kelas ia sudah mengerti materinya, AD

AD menjadi ingin berprestasi karena AD sakit hati pada pamannya. Di saat AD sudah berjuang memperoleh rangking, pamannya malah tidak mempedulikannya.

AD usaha sendiri dalam belajar

Ibunya yang mencarikan guru les.

AD suka menargetkan sendiri. Jika remidi, AD harus belajar lagi. AD malas jika harus belajar lagi, maka dari itu AD memilih untuk belajar sekarang.

Jika di kelas AD sudah mengerti materinya, AD akan belajar melalui catatannya.

catatannya. (Line 22-24) Saat AD tidak mengerti materi pelajarannya, AD ikut les satu kali. Jika AD belajar dan tidak paham materinya, maka ia melepaskan materi tersebut. (Line 25-26)

Guru les atau ibu adalah sebagai pendamping belajar AD, tetapi yang AD yakini adalah dirinya sendiri. (Line 27-28)

Saat AD tidak mengerti materi pelajarannya, AD ikut les. Jika AD belajar namun tidak paham materinya, maka ia melepaskan materi tersebut.

Guru les atau ibu adalah sebagai pendamping belajar AD, tetapi yang AD yakini adalah dirinya sendiri

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Bagaimana sih pendapat kamu waktu kamu tu dapat banyak tugas, tapi mata pelajarannya tu sulit? Eee.. kadang suka stress sendiri, sebenernya tu kan hari sabtu minggu itu kan udah libur. Itu kayak aku masih kepikiran tu lho, masih kepikiran aduh minggu depan masih ada ulangan ini, ada tugas ini, aku belum ngerjain, aku belum dapet sumber buat wawancara, kadang suka stress sendiri. Tapi tetep bisa sih. Tetep bisa kayak gimana? Kamu cara ngerjainnya gimana? Kalo aku biasanya aku sks sampe malem, biasanya kerja minta bantuan temen sampe malem, terus besoknya dikumpulin. Sks itu? Sistem kebut semalam. Bagaimana perasaan kamu kalo dapet tugas yang

Kadang suka stress sendiri karena masih kepikiran banyaknya tugas dan ulangan di saat sedang libur. Masih belum ngerjain tugas, tapi tetep bisa. (Line 31-36)

Biasanya AD ngerjain tugas system kebut semalam sampai malam.

Terkadang AD stress memikirkan banyaknya tugas dan ulangan di saat

libur. AD belum

mengerjakan tugasnya, namun AD tetap bisa. Biasanya AD mengerjakan tugas semalaman suntuk sebelum dikumpulkan. AD

42 43 44 45 46

minggu depan, minggu depan ulangan ya..‘ aku pas dikasih tahu itu, aku santai, tapi begitu hari minggu, hari sabtu tu, aku kan suka liat jadwalku kan. Hah? Kok banyak banget tugasnya, kadang kaget sendiri, gitu. Padahal aku pas dikasih tahunya udah santai. Kagetnya pas menuju hari-H nya aja.

bantuan teman sampe malam, lalu besoknya dikumpulkan. (Line 37-39)

sampai malam, lalu

besoknya tugas dikumpulkan. 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61

Tugas seperti apa yang ingin kamu lakukan di sekolahmu? Kalo aku milih tugas yang biasa aja, tapi aku enggak suka yang terlalu mudah sih. Lebih biasa aja sama menantang. Kenapa? Apa ya.. gampang tu kayak ngerjainnya kan udah gampang, terus kayak ‗hal ini beneran? Udah? Jadi ragu-ragu. Tapi kalo yang biasa aja ke menantang kan, kita ngerjainnya rada mikir, tapi lancar gitu terus, udah puas sama jawaban ini. Tapi kalo mudah tu lebih ke ragu-ragu, masak cuma ini sih jawabannya. Aku lebih suka yang biasa-biasa aja soalnya aku tu orangnya males. Jadi ga suka yang terlalu berat, terlalu ekstrem. Kayak aku tu orangnya kalo udah dikasih tugas yang ektrem tu pasti langsung, ah pasti ga bakal selesei deh, pasti ga bakal selesei deh, dan akhirnya diseleseinya H-1 pasti. Berarti kalo dapet PR, selalu H-1? Iya. SKS.

AD lebih suka tugas yang biasa-biasa saja karena AD adalah orang yang malas. AD tidak suka tugas yang terlalu berat, terlalu ekstrem. (Line 55-57) Saat sudah diberi tugas yang ekstrem, AD langsung berpikir bahwa ia pasti tidak selesei mengerjakan tugasnya. Pada akhirnya, tugas diselesaikan pada

AD tidak suka tugas yang terlalu berat atau ekstrem. AD lebih suka tugas yang biasa-biasa saja karena AD adalah orang yang malas

Saat sudah diberi tugas yang ekstrem, AD langsung berpikir bahwa ia pasti tidak bias menyelesaikan tugas tersebut. Pada akhirnya, tugas diselesaikan sehari

62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Tambahan :

Dulu aku udah pernah, itu waktu pas SMP aku pernah ga tuntas PKN karena terlalu banyak hafalan. Terus aku pas itu bener-bener berjuangin banget belajar itu dari jam 6 sore sampai jam stengah 4 pagi, sampai cuma buka mata setengah, sampe di sekolah dibilangin, ‗kamu udah tidur ga sih din?‘ aku bilang ‗aku tidur kok, cuma bentar‘. Tapi hasilnya, aku ngerjain lancar, aku dapet nilai yang bagus, ga remidi sama sekali, bikin aku puas sih. Ya usaha terus. Sewaktu kamu belajar dari jam 6 sampe stengah 4 pagi itu, kamu ada jeda istirahat ato terus belajar? Paling, bengong bentar, terus oh iya aku lagi belajar, terus lanjut lagi. Itu malah lebih masuk belajarnya, soalnya kalo aku belajar dari minggu-minggu sebelumnya, aku lupa. Jadi mending aku semalemnya aja belajarnya. Oo.. gitu.. Aku sistemnya ngafal. Misalnya kalo matematika gimana? Kalo matematika, aku nghafalin rumus. Pertama, aku nghafalin rumus, aku bikin catetan gitu kan, kumpulan rumus, terus aku baca bentar, terus aku cari soal-soal latihan yang bakal keluar, aku coba.

waktu dikumpulkan. (Line 57-60)

Sewaktu SMP, AD pernah tidak tuntas PKN karena terlalu banyak hafalan. Lalu, AD benar-benar berjuang belajar dari pukul 6 sore sampai setengah 4 pagi. (Line 62-67)

Hasilnya, AD lancar mengerjakan ulangannya dan mendapat nilai bagus. AD tidak remidi dan AD merasa puas. AD berusaha terus. (Line 67-69)

Jika AD belajar dari minggu-minggu

sebelumnya, AD akan lupa. Sehingga AD memilih belajar semalam sebelum ulangan. (Line 72-75) Sistem belajar AD adalah menghafal. Pertama, AD

pengumpulan.

AD benar-benar berjuang belajar dari pukul 6 sore sampai setengah 4 pagi.

Hasilnya, AD lancar mengerjakan ulangannya dan mendapat nilai bagus. AD merasa puas dan berusaha terus.

Jika AD belajar dari minggu-minggu

sebelumnya, AD akan lupa. Sehingga AD memilih belajar semalam sebelum ulangan.

Sistem belajar AD adalah menghafal. Pertama, AD

membuat catatan berupa kumpulan rumus. AD

membaca rumusnya

sebentar, lalu mencari soal-soal latihan yang akan keluar di ujian. Lalu AD coba mengerjakan. (Line 75 & 77-79)

membuat catatan berupa kumpulan rumus. AD

membaca rumusnya

sebentar, lalu mencari soal-soal latihan yang akan keluar di ujian. AD coba mengerjakan. 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

Menurutmu, apa kunci dari keberhasilan itu? Rajin, fokus dan berdoa. Okee.. kenapa kamu milih buat rajin? Soalnya orang pinter bakalan kalah sama orang rajin. Kenapa bisa kalah? Jadi kan kalo orang pinter gak ada usahanya sama aja boong jadi kan nggak bisa dapetin hasil maksimal. Tapi kalo orang rajin berusaha keras kan bisa dapetin hasil yang maksimal walaupun orang itu nggak pintar. Okee.. terus, kenapa kamu milih fokus? Soalnya kalo blank kan ga bisa mikir. Terus, kenapa kamu berdoa? Supaya bisa dapet nilai yang maksimal dan bisa banggain orangtua. Ya buat penyempurna aja sih kalo doa tuh.

Kunci keberhasilan AD adalah rajin, focus, dan berdoa. (Line 80-81)

Karena orang pintar akan kalah dengan orang rajin. Kalau orang pinter tidak ada usahanya, maka tidak bisa mendapatkan hasil maksimal. Tapi untuk orang rajin, berusaha keras bisa mendapatkan hasil yang maksimal walaupun orang itu nggak pintar. (Line 81-86)

AD fokus karena jika blank, AD tidak bisa berpikir. (Line 87-88)

Kunci keberhasilan AD adalah rajin, focus, dan berdoa.

Kalau orang pintar tidak ada usahanya, maka tidak bisa mendapatkan hasil maksimal. Tapi untuk orang rajin, berusaha keras bisa mendapatkan hasil yang maksimal walaupun orang itu tidak pintar.

AD fokus karena jika pikiran kosong, AD tidak bisa berpikir.

mendapatkan nilai yang maksimal dan bisa membanggakan orangtua. Doa sebagai penyempurna. (Line 88-90)

AD berdoa supaya bisa mendapatkan nilai yang maksimal dan bisa membanggakan orangtua. 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104

Terus.. gimana sih pendapat kamu saat kamu gagal mengerjakan sesuatu? Kalau dapat nilai jelek gitu? Kalo aku dapat nilai jelek, aku lebih ke.. bukan nyalahin diri sendiri sih, kalo aku tu orangnya yang suka iri soalnya aku dapet nilai jelek, terus temenku dapet nilai bagus. Itu tuh

kayak, ‗aduh, kok bisa sih aku kalah dari dia?‘ aku lebih

kayak ke gitunya sih, bukan ke yang nyesel ato gimana. Aku lebih kesel ke orang lain. Juga heran sih, ini orang cara belajarnya kayak mana sih? Sampai nilainya bisa kayak gini. Apa yang kamu lakukan? Ya kayak aku ngintip-ngintip gitu, biasanya sebelum ulangan mereka ngapain..biasanya mereka bawa ringkasan digambar-gambar lah atau apa. Kalo mereka bikin ringkasan terus di gambar-gambar Misalnya kayak symbol-simbol gitu, aku juga coba ikutin dan berhasil.

Jika mendapat nilai jelek, AD suka iri karena AD mendapatkan nilai jelek, dan temannya mendapat nilai bagus. AD berpikir kenapa ia bisa kalah dari temannya. (Line 94-97) AD lebih kesal ke orang lain. AD heran bagaimana cara belajar temannya tersebut sampai nilainya bisa bagus. (Line 97-99) AD mengintip kebiasaan yang temannya lakukan sebelum ulangan. Biasanya

mereka membawa

ringkasan bergambar.

Jika mendapat nilai jelek, AD iri pada temannya karena temannya mendapat nilai bagus. AD berpikir kenapa ia bisa kalah dari temannya.

AD lebih kesal ke orang lain. AD heran bagaimana cara belajar temannya sampai bisa mendapat nilai bagus.

AD mengintip kebiasaan yang temannya lakukan sebelum ulangan. Mereka membuat ringkasan, lalu di gambar seperti

simbol-105 106 107 108 109 110 111 112 113 114

Hmm.. Berarti kamu merasa cocok dengan cara belajar yang kayak temenmu itu? Iya. Kecuali sama kayak, temenku kan ada yang belajar tuh cuma dari dia dengerin orang baca, itu aku nggak bisa. Aku harus baca sendiri. Aku pernah coba, ga bisa. Kalo baca kan, diapalin juga sih. Kayak kemarin pas aku uts fisika, aku tuh bener bener lupa, aduh caranya diapain ya. Terus aku tutup mata, Terus aku ngebayangin buka buku satu-satu sih.Oh iya ini halaman pertama, halaman kedua, bukan, bukan ini. Ah itu tu kemaren pas di Lap Fisika, itu tu.. oiya caranya ini. Terus aku tulis.

lalu di gambar-gambar seperti symbol-simbol. AD juga mencoba mengikuti dan berhasil. (Line 100-104)

AD harus membaca sendiri.

AD membaca lalu

dihafalkan. (Line 108-109) Sewaktu ujian fisika, AD lupa cara mengerjakannya. Lalu AD tutup mata, membayangkan membuka buku yang pernah ia baca. AD menjadi ingat cara mengerjakan ulangannya. Lalu AD tulis. (Line 109-114)

meniru dan berhasil.

AD harus membaca sendiri.

AD membaca lalu

dihafalkan.

Sewaktu ujian fisika, AD lupa cara mengerjakan soal. Lalu AD tutup mata, membayangkan membuka buku yang pernah ia baca. AD menjadi ingat cara mengerjakan ulangannya. 115 116 117 118 119 120

Terus, kamu pernah mikir ga sih, kok kamu gagal? Pernah sih. Menurutmu kenapa? Karena.. misalnya aku nilainya jelek ya. Terus habis itu, ah semalem aku kurang apa ya. Oo semalem aku belom tidur siang, aku malemnya ngantuk, terus aku ah.. udahlah bodo amat. Terus ada faktor agamisnya juga sih. Ah aku lupa tadi malem belum berdoa.

AD mendapat nilai jelek karena AD belum tidur siang, sehingga malamnya AD mengantuk. Lalu AD menghiraukan untuk

AD mendapat nilai jelek karena AD belum tidur siang, sehingga malamnya AD mengantuk dan menjadi menghiraukan belajar.

122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136

berdoa. Besok doa, kayak gitu. Dengan doa aku lebih mantep. Lebih kayak kalo aku ga bisa, lebih salahin ke diri sendiri, ga salahin siapa-siapa.

Kalo pas kamu gagal, gimana perasaanmu? Aku sih kecewa, awalnya kecewa. Misalnya, hari itu tu aku kesel, rada bad mood gitu. Tapi besoknya ya udahlah jangan sampe

Dokumen terkait