• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah kondisi dari dalam diri yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran seorang siswa dalam mencapai prestasi akademiknya.

Dari hasil penelitian, para partisipan menjelaskan faktor dari dalam dirinya yang mempengaruhi prestasi akademiknya, berikut ini penjelasannya:

a. Kemampuan

Kecakapan yang tercermin pada partisipan penelitian ini adalah ketika DT menyatakan bahwa ia lebih suka jika ia paham mengerjakan soal karena dirinya sendiri, tanpa bantuan dari les. Hal tersebut menunjukkan bahwa DT ingin belajar secara mandiri karena kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki, sehingga DT menjadi paham dalam belajar. DT terlihat lebih mudah menangkap dan memahami pelajarannya jika ia belajar sendiri. Selain itu, saat DT memperoleh soal yang sulit, DT menyadari bahwa ternyata ia bisa menyelesaikan soal yang sulit. Hal tersebut menunjukkan bahwa DT menyadari bahwa ternyata ia mampu mengatasi kesulitannya. Ia mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan soal yang sulit.

―...tapi kalo terdukungnya Dita tuh lebih suka kalo Dita mudeng karena Dita sendiri tuh lho.‖ (Line 220-221)

―Kalo ngerasa ini kok gini sih? Ini kok bisa gini? Penasaran tu lho. Nanti kalo udah selesei tu mbak, kayak ada sensasi, kayak kepuasan batin, enggak, pokoknya kayak seneng aja tu lho, ya ampun ternyata aku bisa ngelesein.‖ (Line 59-62)

Begitu pula dengan AD, ia memang menganggap ibu dan guru lesnya adalah sosok pendamping dalam belajar, namun yang AD yakini dalam belajar adalah dirinya sendiri. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa AD yakin pada kecakapannya dan lebih mempercayai dirinya sendiri dalam memahami pelajaran.

―Jadi guru les ato mama tu sebagai pendamping aku belajar, tapi yang aku yakinin ya aku sendiri.‖ (Line 27-28)

Selain itu, ada kalanya AD cenderung stress ketika memperoleh banyak tugas. AD selalu memikirkan tugas-tugas yang belum ia kerjakan atau ulangan yang akan dilaksanakan minggu depan. Tetapi, AD memiliki pemikiran bahwa ia tetap bisa mengatasi tugas-tugasnya tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa AD memiliki kemampuan untuk mengatasi beban tugas yang banyak. Namun, ternyata AD memiliki pemikiran bahwa dirinya kurang mampu jika membandingkan kemampuannya dengan kepintaran yang dimiliki oleh keluarga besarnya.

―...kadang suka stress sendiri, sebenernya tu kan hari sabtu minggu itu kan udah libur. Itu kayak aku masih kepikiran tu lho, masih kepikiran aduh minggu depan masih ada ulangan ini, ada tugas ini, aku belum ngerjain, aku belum dapet sumber buat wawancara, kadang suka stress sendiri. Tapi tetep bisa sih.‖ (Line 31-36)

―…tapi kalo keluarga besar aku pernah, apa ya, keluargaku tu termasuk, keluarga yang isinya pinter semua. Cuma kayak aku tu lho yang kurang.‖ (Line 6-7)

b. Sikap

Sedangkan pada VN, faktor dari dalam diri yang mendorongnya untuk memperoleh nilai akademik yang baik adalah VN memiliki sikap positif pada setiap mata pelajarannya. Sikap tersebut tercermin ketika VN menyukai pekerjaannya. Menurut VN, jika ia menyukai pekerjaan yang ia lakukan, maka moodnya akan bagus dan VN menjadi mau mengerjakan pekerjaan tersebut. Selain itu, salah satu kunci kesuksesan yang VN pegang adalah menyukai pekerjaannya terlebih dahulu. VN merasa tidak ada pelajaran yang ia benci, sehingga ia berusaha untuk belajar semua mata pelajarannya.

Tugas seperti apa yang ingin kamu lakukan di sekolahmu? Apa yaa.. Tugas yang aku sukai. Kenapa? Ya karna aku suka. Kalo aku udah suka, moodku bagus. Kalo moodku udah bagus, aku kerjain. Walaupun kimia itu sebenernya aku ga suka-suka banget, tapi benci juga enggak tu lho. Jadi, emang aku berusaha untuk suka itu.‖ (Line 249-253; 262; 267)

―Masalahnya ga ada pelajaran yang ga aku suka. Jadi, semuanya tu serba biasa aja. Dan ga ada yang ga suka, jadi semuanya kayak aku berusaha.‖ (Line 255-257) (267)

Ketika VN suka pada pekerjaannya, maka ia akan memiliki mood yang baik. Saat VN mood, ia akan berusaha belajar dan konsentrasi. Suatu saat VN pernah mengikuti ujian matematika. Pada saat itu VN sedang dalam suasana hati yang baik. Sehingga VN merasa harus bisa

mengerjakannya dan hasilnya VN bisa mengerjakan ujiannya. Sedangkan, jika VN tidak mood, maka ia tidak bisa berkonsentrasi. Ketika mengalami kegagalan, VN akan berusaha membangun moodnya agar menjadi baik. Cara VN membangun mood adalah dengan mendengarkan musik, menonton film, atau bercengkrama dengan orang lain. Terkadang VN bingung karena VN sering mengalami suasana hati yang buruk, namun ia tetap memperoleh nilai yang baik. Sehingga, VN beranggapan bahwa ia memperoleh nilai bagus karena moodnya sedang dalam keadaan baik.

“Menurutmu, kamu merasa bisa dapet nilai lebih bagus dari dia tu kenapa? Karena mood, moodku bagus.‖ (183)

“Tugas seperti apa yang ingin kamu lakukan di sekolahmu? Apa yaa.. Tugas yang aku sukai. Kenapa? Ya karna aku suka. Kalo aku udah suka, moodku bagus. Kalo moodku udah bagus, aku kerjain. Walaupun kimia itu sebenernya aku ga suka-suka banget, tapi benci juga enggak tu lho. Jadi, emang aku berusaha untuk suka itu.‖ (249-253)

―Karena aku mood, aku usaha. Bener-bener aku belajar, konsentrasi tu lho. Kalo ga mood pikirannya kemana-mana kan.‖ (232-234)

―...aku tu matematika hari pertama tu aku mood banget. Pokoknya aku harus bisa dan iya aku bisa tu lho.‖ (Line 199-200)

“Terus apa yang akan kamu lakukan setelah gagal? Ya usaha lagi. Ya udahlah berusaha membangun mood yang baik. Seneng-seneng gitu. Cara kamu membangun mood yang baik tu kayak gimana? Ndengerin lagu, nonton, sering cerita-cerita.‖ (Line 297-300) (Line 305-308)

―Tapi selama ini tu aku juga ga mood, tapi bingungnya aku udah ga mood tapi nilaiku tetep segitu. Aku juga bingung.‖ (Line 42-43)

c. Minat

Selain menyukai pelajarannya, ternyata VN menyatakan bahwa ia mulai tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan medis. VN menjadi tertarik untuk menonton drama atau mencari informasi mengenai kedokteran. Muncul ketertarikan entah dari mana, namun VN tidak tertarik untuk mempelajarinya. VN berpendapat, jika ia sudah menyukai atau tertarik pada sesuatu, maka ia akan mengejar ketertarikannya tersebut.

―…..aku nonton-nonton drama kan, nontonnya yang doctor stranger, emergency couple, lihat di istagram yang bedah-bedahan. Tapi ga tau, aku suka. Aku emang suka liat itu. Cuma aku ga tertarik belajar haha.‖ (Line 109-112)

Caranya suka sama sesuatu tu gimana? Ya kan ga tau, tiap orang kan beda-beda to. Kayak ketertarikan masing-masing gitu ya. Kejar aja apa yang kamu sukain.‖ (Line 269-270)

d. Motivasi Intrinsik

Faktor internal lainnya yang mempengaruhi para partisipan dalam mencapai prestasi mereka adalah motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa untuk melakukan perilaku belajar yang berguna untuk mencapai prestasinya.

Berikut ini dorongan dari dalam diri para partisipan yang mempengaruhi prestasi mereka adalah adanya keinginannya untuk menambah pengetahuan. Hal tersebut terlihat dari keinginan DT yang akan terus mencari soal lain saat ia gagal mengerjakan suatu soal. Menurutnya, usaha tersebut dapat memperkaya pengetahuannya. Semakin banyak DT

mencari soal, DT pun menjadi terbiasa mengerjakan berbagai soal. Hal tersebut akan membantunya menguasai soal-soal yang ia hadapi.

―Misalnya kalo gagal dalam soal gitu, ga bisa, trus nyari soal laen gitu, memperkaya diri sendiri gitu lho. Makin banyak, makin sering, makin biasa dan makin bisa kan, kayak gitu.‖ (Line 95-98)

Dorongan dari dalam diri DT untuk mencapai prestasi juga bisa dipengaruhi oleh berbagai keadaan. Hal tersebut tercermin ketika DT mengerjakan soal yang sulit, ia merasa bahwa ia tetap harus mengerjakan soal tersebut, karena soal yang sulit dapat membantu DT untuk selalu berlatih. DT berpendapat bahwa tujuan diberikannya tugas adalah agar siswa dapat mengerjakan tugas secara mandiri, melatih ketepatan waktu dan melatih kemampuannya. DT menyukai tugas menantang karena tugas menantang dapat melatih dirinya sendiri dan mengukur kemampuan yang DT miliki. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa DT berusaha berlatih karena dilatarbelakangi oleh motif untuk menambah pengetahuan dan adanya kebutuhan untuk melatih dan mengukur skillnya.

―Tugas yang banyak.. untuk mata pelajaran sulit.. tetep harus dikerjain mbak. Gimana pun itu tu latian buat kita kan. Tujuannya dikasih kan buat kita bisa ngerjain sendiri, trus bisa selesei itu kan, selain kita nglatih tepat waktu itu lho mbak, terus bisa ngelatih kemampuan kita sendiri kan.‖ (Line 30-34)

―... Karena kalo menantang tu kita juga nglatih diri sendiri tu lho kak, kita bisa mengukur kemampuan kita sampe mana dan seberapa.‖ (Line 55-57)

Dorongan dari dalam diri DT juga bisa dipengaruhi oleh rasa ingin tahu terhadap materi pelajarannya. DT selalu penasaran dengan soal-soal

yang ia kerjakan. Jika masalah di soal-soal tersebut belum tuntas diselesaikan, maka DT akan terus mengerjakan soal tersebut sampai tuntas. Sehingga saat DT bisa mengerjakan soal tersebut, ia merasakan sensasi dan kepuasan. DT merasa bahagia dan bangga pada diri sendiri karena bisa keluar dari soal yang sulit.

―Kalo ngerasa ini kok gini sih? Ini kok bisa gini? Penasaran tu lho. Nanti kalo udah selesei tu mbak, kayak ada sensasi, kayak kepuasan batin, enggak, pokoknya kayak seneng aja tu lho, ya ampun ternyata aku bisa ngelesein.‖ (Line 59-62)

―Aku itu orangnya penasaran, kalo masalah ini belum selesai ya, ngutek ngutek disitu‖ (Line 193-194)

Selain itu, DT termotivasi untuk berprestasi karena adanya keinginan untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari sekarang, dari segi pendidikan.

―impian aku.. Kualitas hidupnya, lebih baik dari sekarang. Kualitas lebih baik dari sekarang itu nggak Cuma dari segi pendidikan....‘‘ (Line 157)

e. Motivasi Ekstrinsik

Sedangkan motivasi lainnya yang mempengaruhi para partisipan dalam mencapai prestasi mereka adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah siswa terdorong untuk melakukan perilaku belajar karena dipengaruhi rangsangan dari situasi atau pihak luar dirinya.

Berikut ini cerminan motivasi ekstrinsik yang muncul pada para partisipan yang mempengaruhi prestasi belajarnya adalah pada DT, ia terdorong untuk berprestasi karena melihat perjuangan ibu DT mencari uang untuk menyekolahkan DT.

Karna aku melihat Mimo yang nyekolahin aku. Cari uang itu nggak gampang. Apalagi cari uang untuk aku seko- lihat usaha Mimo lihat kerjanya Mimo selama ini untuk nyekolahin aku tuh nggak gampang tuh lho mbak. (Line 3-6; 20) (DT)

Sehingga DT berusaha untuk memberikan prestasi yang baik di sekolah. Hal tersebut didorong oleh rasa tanggungjawab untuk membalas perjuangan ibunya yang sudah mencari uang dengan susah payah. Walaupun ibu DT tidak meminta balas budi dari usaha DT, DT merasa harus tetap memberikan yang terbaik untuk ibunya. DT merasa tidak nyaman jika tidak memberikan yang terbaik untuk ibunya. DT membentuk tekad untuk membalas budi kepada ibunya.

―Tanggung jawabku apa? Ya tanggung jawabku ya aku bisa ngasih dengan hasil nilai, Hasilnya aku, aku tanggung jawab. Kamu sudah milih. Kan mimo nggak minta, yang Tanggung jawab gitu Mimo nggak pernah minta. Tapi beban dimana Dita nggak bisa kasih yang terbaik buat Mimo. Dita kayak nggak, nggak enak gitu lho, tanggung jawabku tu mana?‖ (Line 7-12)

―...kalo untuk orang lain sih yang jelas Dita sudah berhasil, menunjukkan tanggung jawabnya Dita. Itu. Balas budi itu tadi.‖ (Line 142-144)

Selain itu, setelah mencapai keberhasilan, DT ingin memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari sekarang, baik dari segi pendidikan maupun sosial. Dari segi material, DT ingin berkecukupan dan bisa memberi kepada orang lain. DT juga ingin mempunyai banyak relasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya dorongan untuk maju di dunia sosial dan ekonomi.

―impian aku.. Kualitas hidupnya, lebih baik dari sekarang. Kualitas lebih baik dari sekarang itu nggak Cuma dari segi pendidikan, tapi dari segi social, aku

temen aku, temen-temen juga, aku pengen punya relasi banyak. Aku pengen. Terus aku juga kalo dari segi material yha, itu, aku juga pengen maksudnya, nggak terus aku pengen kaya raya tuh nggak, setidaknya aku tuh pengen yang bercu—berkecukupan yang bahkan aku bisa ngasih ke orang lain.‖ (Line 157-164) DT

Sedangkan pada VN, ia terdorong untuk berprestasi karena sugesti dari guru SMPnya. Ketika VN mengambil rapor sewaktu SMP, guru SMPnya tiba-tiba memberikan semangat kepada VN dan memanggil VN dengan sebutan dokter. Gurunya juga memuji nilai VN. Julukan dari guru tersebutlah yang memberikan rangsangan pada VN untuk belajar dan meraih prestasi.

―Karena guru SMP. Jadi Bu wid tiba-tiba pas ambil rapot tu bilang ke aku, ‗semangat ya bu dokter, pasti nilainya bagus-bagus ya‘. Ke aku dan mamaku denger. Dan emang sekalinya guru ini ngomong ke murid, itu tu terjadi sama muridnya.‖ (Line 3-7)

Selain itu, VN memperoleh bantuan secara financial dari bibinya pada saat VN duduk di bangku SMP. VN bersekolah di sekolah swasta dengan biaya SPP yang cukup mahal. Sehingga, VN merasa harus balas budi pada bibinya yang telah membiayai sekolahnya. Dapat terlihat bahwa motivasi ekstrinsik yang muncul pada situasi ini adalah perasaan untuk membalas budi. VN terdorong untuk berprestasi karena adanya rangsangan dari bibinya yang membuat VN merasa berhutang budi.

―Terus juga karena budheku. Itu pas waktu SMP, jadi di SMP emang di swastalah, di PL. Ngerti sendiri bayarnya kayak apa. Bayarnya kan dua ratus, tiga ratus gitu kan. Dan selama ini budheku udah nyekolahin aku... Selama ini mereka bayarin sekolah aku, aku harus balas budilah.‖ (Line 19-22, 29-30)

Saat beranjak SMA, VN masuk sekolah negeri dan memperoleh beasiswa dari pemerintah. VN tidak perlu membayar biaya sekolahnya. VN merasa banyak orang yang memperebutkan beasiswa yang ia terima. Sehingga VN tidak ingin menyia-nyiakan keberuntungan yang ia dapatkan tersebut. VN pun berusaha belajar semaksimal mungkin. VN terdorong untuk berprestasi juga karena dilatarbelakangi oleh beasiswa yang ia peroleh.

―Terus, karena aku sekolah gratis. Kan aku ga bayar SPP kan, kalo emang pertama-tama uang tiga juta tu emang dibayarin. Cuma yang SPP itu, aku udah dibayarin pemerintah, banyak orang yang memperebutkan ini tapi masak aku ga memanfaatkan ini. Emang aku harus berusaha semaksimal mungkin buat itu. Masak aku mau menyia-nyiakan gitu aja.‖ (Line 12-18)

Berbeda dengan partisipan lain, rangsangan dari luar yang mendorong AD untuk berprestasi adalah keluarga besar. Keluarga besarnya cenderung tidak menghargai usaha AD dalam meraih rangking saat SMP dulu. Sehingga AD merasa tersinggung dan terpacu untuk lebih berprestasi lagi.

―Terus keluargaku bilang, ‗o.. rangking 5 ya? kok gak ranking satu? Lain kali masuk dua besar ya?‘ jadi kan udah sakit hati duluan ya, udah berjuang kayak gini, tapi cuman, Cuma di ooh in aja. Jadi itu sih yang bikin aku jadi pengen.‖ (11-13)

Motivasi ekstrinsik lain yang muncul pada AD adalah menghindari kegagalan. Hal tersebut tercermin saat AD menyatakan bahwa dirinya malas remidi jika ia gagal ujian. Sehingga AD menargetkan dirinya akan

berusaha belajar pada mata pelajaran yang diujikan supaya ia bisa menghindari remidi. AD merasa lelah jika harus belajar dua kali. AD merasa bahwa sebenarnya ia bisa menggunakan waktunya untuk kegiatan lain yang lebih menyenangkan ketimbang belajar untuk remidi. Hal tersebut yang memotivasi AD untuk tidak gagal dan terhindar dari kegagalan.

―Memotivasinya kayak apa ya.. ya kayak tadi itu, ah aku males remidi, nanti aku belajarnya jadi dua kali, ya lebih ke itu sih, daripada kamu belajar lagi, mending nonton drama atau film apa gitu. Mendingan tuntasin sekarang daripada harus belajar dua kali, kan capek. Bisa dipake yang lain.‖ (Line 129-134) (18-20)

Selain itu, dapat terlihat bahwa AD memiliki dorongan untuk tidak ingin kalah dari orang lain (persaingan). Hal tersebut terlihat ketika AD memperoleh nilai jelek. AD menjadi iri pada temannya karena temannya mendapat nilai bagus. AD mempertanyakan pada dirinya, mengapa ia bisa kalah dari temannya. Hal tersebut mencerminkan bahwa AD sedang bersaing dengan temannya, sehingga hal tersebut mendorong AD untuk meniru strategi belajar temannya agar ia bisa mencapai keberhasilan.

―...kalo aku tu orangnya yang suka iri soalnya aku dapet nilai jelek, terus temenku dapet nilai bagus. Itu tuh kayak, ‗aduh, kok bisa sih aku kalah dari dia?‘ aku lebih kayak ke gitunya sih, bukan ke yang nyesel ato gimana.‖ (Line 94-97)

Aku lebih kesel ke orang lain. Juga heran sih, ini orang cara belajarnya kayak mana sih? Sampai nilainya bisa kayak gini.(97-99)

Apa yang kamu lakukan? Ya kayak aku ngintip-ngintip gitu, biasanya sebelum ulangan mereka ngapain..biasanya mereka bawa ringkasan digambar-gambar lah atau apa. Kalo mereka bikin ringkasan terus

di gambar-gambar Misalnya kayak symbol-simbol gitu, aku juga coba ikutin dan berhasil. (Line 100-104)

DT juga menunjukkan dorongan untuk tidak ingin kalah dari orang lain. Hal tersebut terlihat dari pernyataan DT yaitu ketika memperoleh keberhasilan, ia mulai menyadari bahwa ia lebih berprestasi dibandingkan teman-temannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa DT membandingkan prestasinya dengan orang lain (adanya rangsangan untuk berkompetisi). Bahkan, DT merasa tidak pernah puas dengan prestasi yang ia dapatkan sekarang karena masih banyak orang yang jauh lebih unggul dari DT di luar lingkungan sekolahnya. Ketidakpuasannya tersebut mencerminkan bahwa ia ingin mengalahkan orang lain dengan mencapai prestasi setinggi-tingginya.

Terus apa yang kamu rasakan ketika kamu berhasil? Yang jelas seneng, Seneng bisa kalo di—di aku sendiri, aku jadi punya prestasi yang bagus. Terus – terus keuntunganku, aku lebih, ternyata aku lebih unggul daripada teman-temanku. (Line 131-132) (Line 133-137) ―...Seunggul-unggulnya kita di sekolah, itu masih ada yang unggul lebih lain gitu lho. Jadi, jangan pernah puas dengan hasilnya yang di dapat sekarang. Kan ada langit di atas langit kan? Ini Dita baru unggulnya di sini, itu baru di satu sekolah, belum sama sekolah negeri lain di Jogja. Belum satu Indonesia, kan gitu kan?‖ (Line 137-142)

Dari dorongan untuk berkompetisi tersebut, memunculkan ambisi pribadi yang besar pada DT untuk meningkatkan prestasinya agar dapat diakui (ego-enchancement). Hal tersebut terlihat dari pemikiran DT yang merasa bahwa ia sudah bisa mengambil risiko pada usianya saat ini. Walaupun tidak bisa menjadi nomor satu, DT bertekad agar prestasinya

bisa meningkat dan menjadi yang terbaik. Menjadi yang terbaik mencerminkan bahwa DT memiliki ambisi untuk diakui bahwa ia merupakan siswa yang memiliki prestasi yang terbaik.

―Kamu udah gede, udah ini, udah mau ambil resiko. Harusnya kamu setidaknya, nggak harus jadi nomor satu, setidaknya kamu naik lah entah prestasinya baik, kalo nggak, kalo kamu bisa jadi yang terbaik kenapa enggak..‖ (Line 13-16)

Begitu pula dengan VN, VN juga memiliki ambisi untuk diakui oleh orang lain/ ego-enchancement. Hal terlihat ketika VN mengalami kegagalan, VN melihat teman-temannya memperoleh nilai yang bagus. Sehingga, VN membulatkan tekad bahwa ia harus bisa membuktikan pada orang lain bahwa ia juga bisa mendapatkan nilai bagus.

―Tapi besoknya kayak, kok temen-temenku bagus? Aku harus bisa buktiin kalo aku bisa gitu lho.‖ (Line 224-225) VN

Selain itu, ambisi VN untuk diakui orang lain juga dilatarbelakangi oleh perasaan tidak ingin diremehkan oleh teman-temannya. Hal tersebut yang memotivasi VN untuk lebih berprestasi. Teman-teman VN biasanya tidak mau bertanya tentang materi pelajaran kepada VN. Padahal VN merasa paham mengenai materi tersebut. Teman-teman VN meremehkan VN karena daya juang VN yang rendah dan VN terlihat malas ketika di sekolah. Padahal VN merasa ia memiliki usaha belajar. Namun, VN memang terlihat tidak rajin atau pintar, sehingga VN ingin menunjukkan dan membuktikan secara langsung bahwa ia berprestasi. VN tidak ingin menunjukkan kepintarannya secara terbuka pada teman-temannya, VN

ingin teman-temannya menyadari dengan sendirinya. Namun VN sering mengalami kendala dalam mencapai keinginannya, karena moodnya selalu buruk ketika berada di sekolah.

―kadang tu aku ga suka orang-orang remehin aku tu lho. Ya itu motivasi diri. Aku mau tunjukin itu. Orang-orang bilang ‗kamu tu pemales banget sih‘. Orang-orang taunya aku tu keset gitu lho di sekolah. Sebenernya aku ga kayak gitu. Aku tu juga usaha didalemnya, tapi tu di

Dokumen terkait