• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

8. Bagian Kedelapan

Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedelapan “Tim Terbaik” dari novel Pulang karya Tere Liye

Dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dicerikan tentang Bujang yang meminta bantuan kepada Yuki, Kiko, dan White untuk menemaninya ke markas Keluarga Lin di Makau. Jika terjadi penyerangan, Yuki, Kiko, dan White bersedia untuk membantu Bunjang menghadapi Keluarga Lin (Liye, 2015: 117).

b. Merumuskan Masalah

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dari novel Pulang karya Tere Liye

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dari novel Pulang karya Tere Liye

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki tiga tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat kaku, sedangkan White bersifat pemberani dan ramah, Yuki dan kiko bersifat matrealistis, berperan sebagai tokoh tambahan.

d. Mengumpulkan Data

1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedelapan? a) Bujang

b) White, putra sulung dari Frans White merupakan seorang marinir dan beralih profesi menjadi juru masak.

c) Yuki dan Kiko, dua gadis kembar merupakan cucu dari guru Bushi dan berprofesi sebagai pencuri kelas dunia.

2) Siswa menetukan tokoh dan penokohan a) Bujang

Bujang memiliki sifat yang kaku. Sifat kaku Bujang digambarkan saat ia tidak ingin diajak foto bersama Yuki dan Kiko. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Selamat bersenang-senang.” Aku berpamitan hendak melangkah. “Hei, apa kau tidak mau berfoto bersama kami sebelum pergi?” Aku menggeleng.

“Ayolah! Untuk kenang-kenangan.” Salah satu gadis itu menggoda, “Kau tidak pernah mau berfoto bersama setiap kali bertemu. Selfie?”

Aku melambaikan tangan, tertawa kecil sambil berjalan menjauh, “Ingat! Jangan terlambat, pukul Sembilan nanti malam” (Liye, 2015: 110).

b) White

White adalah seorang marinir yang yang beralih profesi menjadi juru masak. Selain pintar memasak, White juga digambarkan sebagai sosok yang pemberani dan ramah kepada Bujang.

Sifat pemberani White digambarkan saat Bujang mengajaknya untuk ikut masuk ke markas Keluarga Lin, dan mengambil barang yang telah dicuri oleh Keluarga Lin. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berukut: Orang Amerika di seberang meja mereka pelipisnya, memperbaiki posisi celemek, “Masuk ke markas Keluarga Lin sama saja dengan bunuh diri, Bujang. ada ratusan pengawal pribadi, belum lagi security resmi dari kasino. Kalaupun bisa masuk, tidak ada yang menjamin kau bisa keluar. Kita hanya bisa masuk, tidak ada yang menjamin kau bisa keluar. Kita hanya berempat dengan si kembar itu. Dan entah hal bodoh apa yang akan si kembar lakukan di sana, yang bisa membuat semua berantakan. Aku tidak tahu.”

“Kau ikut atau tidak, White?” Aku tersenyum, meletakkan sendok, meyerahkan catatan kecil berisi rencana nanti malam.

“Baiklah, aku ikut. Aku bosan setiap hari memotong cumi atau memukuli udang. Lama sekali aku tidak menembaki para penjahat.” White mengambil kertas itu (Liye, 2015: 115).

Sifat ramah White kepada Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Selamat pagi, Bujang. kejutan kapan kau tiba di Hong Kong?” Dia menyapa dengan bahasa setempat__meski bukan penduduk setempat, tersenyum lebar.

Aku balas tersenyum, mengangguk, “Selamat pagi, White. Aku baru saja tiba tadi malam. Perutku lapar. Bisakah kau menyiapkan sesuatu? Aku sengaja tidak sarapan di hotel.”

“Kau pesan seperti biasa? Tanpa bir, tanpa danging babi?”

“Iya, untuk yang itu seperti biasa. Tapi kali ini, aku ingin kau menemaniku makan. Ada yang hendak kubicarakan. Kau mungkin tertarik.”

Juru masak akrab menepuk bahuku, “Baiklah. Akan kusiapkan dulu makanannya, setelah itu aku akan menemanimu, Bujang” (Liye, 2015: 112).

Bukti lain ini akan menunjukkan White merupakan tokoh yang pintar memasak. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Aku tidak punya pilihan. Mereka yang memulai…. Omong-omong, ini lezat sekali, White. Kau memang jauh lebih pandai memasak dibandingkan menjadi mariner (Liye, 2015: 113).

c) Yuki dan Kiko

Yuki dan Kiko digambarkan sebagai dua gadis kembar yang berasal dari Jepang. Yuki dan Kiko memiliki sifat yang matrealistis dan tidak serius dalam misi.

Bukti yang menggambarkan Yuko dan Kiko sebagai gadis Jepang, dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut:

Aku menyapa dua gadis. Mereka mengenakan pakaian seperti turus Jepang, warna-warni cerah, juga dengan topi lebar berwarna. Di tangan

mereka tergenggam kamera terkini. Usia mereka sekitar dua puluh lima tahun. Wajah Jepang mereka terlihat jelas. Kembar (Liye, 2015: 108).

Bukti lain yang menunjukkan Yuki dan Kiko memiliki sifat matrealistis, yaitu saat Bujang mengajak Yuki dan Kiko untuk ikut menemaninya di Makau dalam menyelasaikan misi. Yuki dan Kiko menyetujui ajakan Bujang dengan bayaran lima batang emas untuk setiap orang. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kalian bisa menemaniku di Makau? Grand Lisabon. Lantai 40. Pukul Sembilan tepat.”

“Menemanimu? Apa acaranya?”

“Mengambil sesuatu. Di luar itu bebas, tidajada peraturan.” “Siapa tuan rumahnya?”

“Tuan rumah yang sama sekali tidak ramah.” “Orang tua? Apa yang harus kami siapkan?”

“”Apa pun yang bisa kalian bawa. Aku butuh semua bantuan yang tersedia, terutama saat kabur dari kejaran anjing pemilik rumah. Kalian bisa menemaniku?”

Dua gadis tersenyum centil, “Tergantung. Berapa bayarannya?” “Limabelas batang emas. Untuk setiap orang.”

Meraka saling tatap sejenak, tertawa. Mengangguk serempak (Liye, 2015: 109).

Bukti lain ini akan menggambarkan Yuki dan Kiko merupakan tokoh yang suka bermain dalam misi. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut:

“Siapa yang bertugas sebagai pengalih perhatian?” “Yuki dan Kiko.”

White menepuk celemek yang dipakainya, berseru, “Aku tidak suka cucu kembar Guru Bushi. Mereka selalu bermain-main dalam setiap misi.”

Aku tertawa kecil, meraih gelas, “Cukup adil. Mereka juga tidak suka dengan kau, yang terlalu serius dalam setiap misi. Kau tertarik berabung?” (Liye, 2015: 114).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” novel Pulang karya Tere Liye.

f. Merumuskan Kesimpulan

Pada cerita kedelepan “Tim Terbaik, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat yang kaku (teknik dramatik). White digambarkan sebagai seorang marinir beralih profesi menjadi juru masak yang memiliki sifat yang pintar memasak (teknik ekspositori),pemberani, dan ramah kepada Bujang (teknik dramatik). Yuki dan kiko digambarkan sebagai gadis kembar dari Jepang yang matrealistis (teknik dramatik) dan suka bermain-main dalam misi (teknik ekspositori).

9. Bagian kesembian a. Orientasi

Siswa diminta untuk membaca cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dari novel Pulang karya Tere Liye

Dalam cerita kesembilan “Tim Terbaik” menceritakan kejadian saat Bujang berada di Makau. Hotel Grand Libson adalah tempat tujuan Bujang untuk bertemu dengan Tuan Lin dan mengambil pemidai yang dicuri oleh Keluarga Lin. Bujang berhasil mengambil pemidai prototype dan membunuh Tuan Lin dengan

meleparkan kartu nama dengan jurus shuriken yang dikuasainya. Dengan bantuan White, Yuki, dan Kiko, Bujang berhasil menyelamatkan diri dari serangan Keluarga Lin (Liye, 2015: 117-133).

b. Merumuskan Masalah

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dari novel Pulang karya Tere Liye

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dari novel Pulang karya Tere Liye

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tuan Lin bersifat sombong, Putra Tertua Tuan Lin bersifat mampu menahan marah, White bersifat pemberani, Yuki dan Kiko bersifat pemberani.

d. Mengumpulkan Data

1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kesembilan? a) Bujang

b) Tuan Lin

c) Putra Tertua Tuan Lin d) White

e) Yuki dan Kiko

2) Siswa menentukan tokoh dan penokohan a) Bujang

Bujang memiliki sifat pemberani. Saat Bujang bertemu dengan Tuan Lin di ruang meditasi, Bujang tidak diizinkan membawa senjata dan itu bisa membuat dia terbunuh. Sifat pemberani Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tuan Lin akhirnya tertawa, “Kau akan membunuhku dengan apa? Kau tidak membawa senjata apa pun, bahkan sepatu mu dilepas di ruang meditasi ini.”

Aku tidak menjawab. Tetap menatapnya tanpa berkedip.

“Aku suka dengan anak muda ini. Kau benar-benar tidak memiliki rasa takut. Berapa Keluarga Tong membayarmu, hah? Akan aku lipat-gandakan jika kau mau bergabung bersamaku” (Liye, 2015: 122).

b) Tuan Lin

Tuan Lin memiliki sifat yang sombong. Sifat sombong Tuan Lin tergambar saat Bujang menemuinya di ruangan meditasi untuk mengambil Prototype pemindai yang telah di curi oleh Keluarga Lin. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

Tuan Lin kembali tertawa, tawa yang menghina. Dia menoleh ke meja di sampingnya. Prototype pemindai iu ada di sana, hanya sebesat tablet atau laptop, di dalam kotak terbuka. Benda kecil yang sangat bernilai. “Kau piker aku kan mengembalikannya? Keluarga kalian picik sekali takut dengan siapa pun.”

“Kau seharusnya takut, Tuan Lin.”

“Oh ya? Bukankah kau hanya datang seorang diri? Aku cukup mengangkat tanganku sekarang maka pertemuan ini akan berakhir. Dan besok pagi-pagi kami akan mengirim potongan kepalamu ke Tauke, membuatnya terkencing-kencing ketakutan.”

Aku menggeram. Percakapan ini sudah tiba di ujungnya.

“Kau telah melakukan kesalahan fatal, Tuan Lin” (Liye, 2015: 123).

c) Putra Tertua Tuan Lin

Putra tertua Tuan Lin memiliki sifat yang mampu menahan marah. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung.

Kutipan yang medukung pernyataan di atas adalah sebahgai berikut: “Periksa sekali lagi!” pastikan dia tidak membawa apa pun ke dalam sana,” Putra tertua Keluarga Lin mendesak. Wajahnya sejak tadi merah padam menahan marah (Liye, 2015: 120).

d) White

White digambarkan sebagai seorang mantan mariner yang memiliki sifat pemberani. Saat Bujang diserang oleh Kelurga Lin karena telah membunuh Tuan Lin, White datang membantu Bujang dengan menyamar sebagai cleaning service. Sifat pemberani White dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.

Bukti yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

Pelayan itu adalah White. Dia mengeduk sesuatu dari gerobak cleaning service-nya, mengeluarkan senjata mitraliun, Thompson Sub Machine Gun yang bisa muntahkan seratus peluru per menit. Ia segera melepaskan tembakan ke depan, membantuku. Dua tukang pukul yang mengangkat pelontar granat tersungkur, senjatanya menyalak saat tubuh mereka jatuh, menembak sembarang rekannya. Saat meledak, granat itu menghancurkan dinding beton lantai 40. Dari kejauhan Kota Makau, pasti terlihat jelas ledakannya (Liye, 2015: 127).

e) Yuki dan Kiko

Yuki dan Kiko adalah gadis kembar yang memiliki sifat pemberani. Saat Bujang dan White sudah kehabisan peluru untuk mengalahkan Keluarga Lin, Yuki dan Kiko datang membantu mereka dalam pertempuran. Sifat pemberani Yuki dan Kiko dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Saat aku hampir memutuskan untuk keluar dari tangga darurat, Yuki dan Kiko akhirnya bergabung dalam pertempuran. Mereka datang dari lantai bawah dan menembaki tukang pukul, membersihkan para pengejar. Tukang pukul itu tidak menduga kehadiran si kembar, mereka dengan cepat dibersihkan.

“Kalian dari mana saja?” White berseru kesal.

Yuki tertawa, “Ayolah, Marinir. Jangan terlalu serius. Seharusnya kalimat pertama yang kau ucapkan adalah ‘terima kasih telah membantu” (Liye, 2015: 130).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” novel Pulang karya Tere Liye.

f. Merumuskan Kesimpulan

Pada cerita kesepuluh, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Tokoh Bujang dilukiskan mempunyai karakter yang memberani (teknik dramatik). Tuan Lin dilukiskan mempunyai karakter yang sombong (teknik dramatik). Putra Tertua Tuan Lin dilukiskan mempunyai sifat yang mampu menahan marah (teknik

ekspositori). White digambarkan seorang seorang mantan mariner yang pemberani (teknik dramatik). Yuki dan Kiko digambarkan sebagai dua gadis kembar yang pemberani (teknik dramatik).

10. Bagian Kesepuluh a. Orientasi

Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kesepuluh “Pindah ke Ibu Kota” dalam novel Pulang karya Tere Liye.

Dalam cerita kesepuluh “Pindah Ke Ibu Kota” diceritakan kembali ke masa lalunya Bujang. Saat itu Kopong sudah menemukan guru baru untuk, Bujang yaitu Guru Bushi. Bersama Guru Bushi, Bujang berlatih menggunakan shuriken, berupa pedang yang bersembunyi di telapak tangan. Berbulan-bulan Bujang terus berlatih menggunakan shuriken. Hingga suatu saat Guru Bushi mendadak harus pulang ke Jepang. Dia mendapat kabar bahwa ananknya tewas di Tokyo dan meninggalkan dua cucu kembar. Dalam sebuah perayaan keluarga Tong, Tauke mengumumkan bahwa mereka akan pindah ke Ibu Kota. Tiga Bulan sebelum Keluarga Tong pindah, Bujang lulus di universitas Ibu Kota dengan jurusan terbaik. Mendengar kabar kelulusan Bujang, Tauke sangat senang dan berniat untuk memberikan apa pun yang Bujang inginkan. Namun Tauke tidak setuju dengan permintaan Bujang, dia meminta agar Tauke mengizinkannya untuk ikut dengan tukang pukul lainnya dalam menyelesaikan sebuah tugas. Hingga suatu saat, sehari sebelum keberangkatan ke Ibu Kota, markas Keluarga tong diserbu oleh Kelopok Arab. Mereka adalah kelopok terakhir yang disinggkirkan Keluarga

Tong, penguasa kawasan pabrik tekstil. Seluruh tombol keamanan di markas Keluarga Tong dinyalakan dan menyisakan dua belas anggota penyerang. Tauke meraih pistol dan melepaskan tembakan ke para penyerang. Aminusi pistol Tauke sudah habis dan menyisahkan delapan orang penyerang. Penyerang berhasil sampai di jantung benteng Keluarga Tong. Dengan mendapatkan perintah dari Tauke, Bujang melawan delapan orang anggota Kelompok Arab yang tersisah. Saat itu juga Tauke mengisi amunisi pistolnya dan membantu Bujang berhadapan dengan penyerang. Bujang berhasil membunuh enam anggota Arab dan yang lainnya tumbang karena tembakan dari Tauke. Kejadiann itu membuat Bujang diangkat menjadi jagal nomor satu di keluarga Tong (Liye, 2015: 135-158).

b. Merumuskan Masalah

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kesepuluh “Pindah Ke Ibu Kota” dari novel Pulang karya Tere Liye.

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kesepuluh “Pindah Ke Ibu Kota” dari novel Pulang karya Tere Liye.

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarakan rumusan masalah yang telah dianalisis.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kesepuluh “indah ke Ibu Kota” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat keras kepala, pemberani, dan pekerja keras, sedangkan Tauke Besar bersifat perhatian, Kopong bersifat perhatian, dan Mansur bersifat penakut, berperan sebagai tokoh tambahan.

d. Mengumpulkan Data

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kesepuluh!

a) Bujang b) Tauke Besar c) Kopong d) Mansur

2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kesepuluh! a) Bujang.

Bujang digambarkan sebagai orang yang pintar, keras kepala, pemberani, dan pekerja keras. Kepintaran Bujang digambarkan saat ia lulus seleksi ujian di universitas Ibu Kota. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Dia diterima di universitas Ibu Kota, Tauke. Di jurusan terbaiknya. Anak angkatmu, Bujang, lulus ujian seleksi universitas.” Frans yang memberi tahu, tertawa (liye, 2015: 137).

Bukti lain yang menunjukkan Bujang memiliki sifat keras kepala, yaitu saat ia meminta kepada Tauke untuk menugaskannya bersama tukang pukul lainnya dalam menyelesaikan sebuah tugas. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung

“Astaga! Susah sekali menyuruh kau diam, Bujang.” Kali ini Tauke Besar benar-benar mengamuk, “Aku tahu kau ingin merasakan ditugaskan menjadi tukang pukul. Aku tahu kau satu-satunya di keluarga ini yang belum melewati masa inisiasi sebagai anggota. Kau ingin menunaikan tugas, membuktikan bahwa kau berharga, lantas diangkat sebagai anggota ritual keluarga. Tapi itu tidak perlu! Detik pertama kau tiba di sini, detik itu pula kau sudah menjadi anggota keluarga.”

Aku menunduk. Terdiam.

“Bawa dia keluar dari ruanganku, sebelum aku memukulnya dengan kayu.” Tauke Besar berteriak, menyuruh Frans si Amerika.

Frans segera menarik tanganku.

“Sial sekali anak Samad ini. Aku habis-habisan menjauhkannya dari masalah, dia sendiri yang bebal memintanya. Keras kepala dan susah diatur, persis seperti bapaknya.” Tauke berguman jengkel di belakangku (liye, 2015:140).

Bukti lain yang menunjukkan Bujang memiliki karakter pekerja keras. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Aku selalu bertanya-tanya, apa yang sebenarnya diajarkan di sekolah, Bujang. maksudku, kau belajar enam jam setiap hari, ditambah pekerjaan rumah. Tugas berminggu-minggu, berbulan-bulan, dua belas tahun, dan itu baru menyelesaikan sekolah menengah atas. Hei, apa sih yang dipelajari selama itu? Sekarang ditambah pula kuliah empat tahun, seolah tidak cukup dua belas tahun tersebut. Itu sistem yang gila, Bujang” (liye, 2015: 141).

Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang merupakan tokoh yang pemberani. Saat kelompok Arab menyerang markas besar Keluarga Tong dan menyisakan delapan anggota, Bujang tidak takut melawan mereka seorang diri.

Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut:

Delapan lawan satu. Aku sungguh tidak takut. Tidak ada kata itu dalam hidupku (Liye, 2015: 152).

b) Tauke Besar

Tauke besar memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Saat Bujang diterima di universitas Ibu Kota, Tauke senang dan ingin memberikan Bujang hadiah. Sifat perhatian Tauke dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku menatap wajah riang Tauke Besar.

“Ini kebetulan yang menarik, Bujang. kita pindah ke Ibu Kota minggu depan, menjemput masa depan Keluarga Tong yang gemilang, dank au diterima kuliah di sana. Katakana…. Katakan padaku, apa yang kau inginkan sekarang? Aku sedang senang, Bujang. akan kujadikan itu hadiah untukmu. Hadiah atas diterimanya kau di universitas” (Liye, 2016: 138).

c) Kopong

Kopong memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Sifat perhatian Kopong dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Aku tertawa mendengarnya. Kopong punya cara yang berbeda dengan Tauke Besar tentang belajar, tapi dia ikut senang melihatku sekolah (Liye, 2015: 141).

d) Mansur

Mansur digambarkan sebagai tokoh yang penakut dan memiliki daya ingat yang tinggi. Sifat penakut Mansur tergambar saat ia melihat dua belas anggota kelompok Arab yang selamat dari ledakan Bom. Dua belas anggota kelopok Arab itu memiliki badan-badan besar dan membawa pedang. Mansur meriuk di bawah meja, gemetar hingga terkencing-kencing dalam celana. Sifat penakut Mansur dibuktikan melalui teknik

dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Sialnya, tidak seluruh penyerang tewas, masih tersisah dua belas lagi. Mereka yang tidak menduga akan disambut ledakan bom dan menyaksikan ledakannya terkapar, berteriak kalap. Kelompok Arab itu muncul dari balik kepul debu dengan pedang teracung. Tubuh-tubuh tinggi besar itu berloncatan dengan hebat kepala bertuliskan simbol