• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I."

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Turnip, Elicha Bonita. 2016. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Peneliti ini mengkaji tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang Karya Tere Liye. Tujuan peneliti adalah untuk mendeskripsikan metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk siswa SMA kelas XI semester I.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian berupa kalimat-kalimat dalam dialog yang mengandung informasi mengenai tokoh dan penokohan dalam novel Pulang. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pulang karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dengan membaca dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struktur tokoh dan penokohan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa kelas XI semester I dapat dilakukan menggunakan beberapa langkah yang terdapat dalam metode inkuiri. Dari hasil data dan pembahasan ditemukan tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye. Tokoh utama adalah Bujang. Adapun tokoh tambahan adalah Tauke Muda, Kopong, Basyir, Parwez, Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki dan Kiko, Mansur, Master Dragon, Shang, Tuan Lin, Putra Tertua Tuan Lin, Tuanku Imam, Edwin,Joni, Dokter, dan Togar. Dalam penokohan ada dua teknik yang digunakan, yakni teknik ekspositori dan teknik dramatik.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa SMA kelas XI dapat diterapkan. Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan untuk mencapai standar kompetensi (SK) membaca: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD): 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan.

(2)

ABSTRACT figure and characterization of the novel for third grade senior higschool student in first semester.

This type of reaserch is descriptive qualitative research. Data research are in sentences in dialouge form, that contains information about figure and characterization in the novel. Data resource of this research is a novel “Pulang” by Tere Liye. Refer techinque are used in the acumulation technique by reading and obtain things that related with the characterization structure.

The result of this research are indicating implementation of inquiry method to literature study to find the figure and characterization of the novel for the third grade senior highschool student can be applied by using several steps that found in the inquiry method. Figure and characterization are found as the results of the data and discussion of the novel. The main character is Bujang. And the other additional figures are Tauke Muda, Kopong, Basyir, Parwez, Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki and Kiko, Mansyur, Doctor, and Togar. Expository and dramatic techinque are two techinques that can be used to find the characterization.

Based on the results of data analysis and discussion, researchers can conclude that the implementation of the inquiry method in learning literature to find the figure and characterization in the novel can be apllied for third grade senior highschool students. Related to learning activity in school, researchers set up a syllabus and lesson plans (RPP) that can be used to achieve the reading competencey standards (SK): 7. Understanding various tale, Indonesia novels/translation novel with basic competency (KD): 7.2 analysing the intrinsic and extrinsic elements of the novel.

(3)

METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TOKOH

DAN PENOKOHAN NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE

UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Elicha Bonita Br Turnip NIM: 121224112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TOKOH

DAN PENOKOHAN NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE

UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Elicha Bonita Br Turnip NIM: 121224112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

 Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat.

 Bapakku Toni Turnip dan Mamaku Merli Manik yang

luar biasa telah memberikan cinta dan kasih sayang

(8)

v MOTO

“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau

hidup selamanya”

(Mahatma Gandhi)

“Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui

apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepadanya”

(Matius 6:8)

“Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu

tidak akan mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya maka

jawabannya adalah tidak. Jika kamu tidak melangkah maju, kamu

akan tetap berada pada tempat yang sama”

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Turnip, Elicha Bonita. 2016. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Peneliti ini mengkaji tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang Karya Tere Liye. Tujuan peneliti adalah untuk mendeskripsikan metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk siswa SMA kelas XI semester I.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian berupa kalimat-kalimat dalam dialog yang mengandung informasi mengenai tokoh dan penokohan dalam novel Pulang. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pulang karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dengan membaca dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struktur tokoh dan penokohan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa kelas XI semester I dapat dilakukan menggunakan beberapa langkah yang terdapat dalam metode inkuiri. Dari hasil data dan pembahasan ditemukan tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye. Tokoh utama adalah Bujang. Adapun tokoh tambahan adalah Tauke Muda, Kopong, Basyir, Parwez, Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki dan Kiko, Mansur, Master Dragon, Shang, Tuan Lin, Putra Tertua Tuan Lin, Tuanku Imam, Edwin,Joni, Dokter, dan Togar. Dalam penokohan ada dua teknik yang digunakan, yakni teknik ekspositori dan teknik dramatik.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa SMA kelas XI dapat diterapkan. Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan untuk mencapai standar kompetensi (SK) membaca: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD): 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan.

(12)

ix learning about figure and the characteritazion in a novel “PULANG” by Tere Liye. The purpose of this reasearch is to esccribing inqury method in learning figure and characterization of the novel for third grade senior higschool student in first semester.

This type of reaserch is descriptive qualitative research. Data research are in sentences in dialouge form, that contains information about figure and characterization in the novel. Data resource of this research is a novel “Pulang” by Tere Liye. Refer techinque are used in the acumulation technique by reading and obtain things that related with the characterization structure.

The result of this research are indicating implementation of inquiry method to literature study to find the figure and characterization of the novel for the third grade senior highschool student can be applied by using several steps that found in the inquiry method. Figure and characterization are found as the results of the data and discussion of the novel. The main character is Bujang. And the other additional figures are Tauke Muda, Kopong, Basyir, Parwez, Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki and Kiko, Mansyur, Doctor, and Togar. Expository and dramatic techinque are two techinques that can be used to find the characterization.

Based on the results of data analysis and discussion, researchers can conclude that the implementation of the inquiry method in learning literature to find the figure and characterization in the novel can be apllied for third grade senior highschool students. Related to learning activity in school, researchers set up a syllabus and lesson plans (RPP) that can be used to achieve the reading competencey standards (SK): 7. Understanding various tale, Indonesia novels/translation novel with basic competency (KD): 7.2 analysing the intrinsic and extrinsic elements of the novel.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta dan kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Metode Inkuiri dalam Tokoh dan Penokohan dalam Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses menyelesaikan skripsi. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

4. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, dan memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Drs. P. Haryanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang dengan ketelitian telah membimbing dan memberi masukan yang berharga bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat dikerjakan dengan baik.

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... .1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Manfaat Penelitian Batas Penelitian... 6

1.4 Batasan Istilah ... 7

(16)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian yang Relevan ... 10

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Metode Inkuiri ... .12

2.2.1.1 Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasisi Inkuiri ... .14

2.2.1.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... .14

2.2.1.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Inkuri ... .16

2.2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri ... .18

2.2.2 Pengertian Novel ... 19

2.2.3 Unsur Pembangun Novel ... .20

2.2.2.1 Tokoh ... .21

2.2.2.2 Penokohan ... .22

2.2.4 Pembelajaran Sastra di SMA ... .23

2.2.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... .27

2.2.5.1 Silabus ... .28

2.2.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... .29

2.2.5.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... .29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

(17)

xiv

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4 Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV PEMBAHASAN ... 34

4.1 Deskripsi Data ... 33

4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Menggunakan Metode Inkuiri ... 36

1. Bagian Pertama ... 37

13.Bagian Ketiga Belas ... 101

14.Bagian Keempat Belas ... 106

15.Bagian Kelima Belas ... 114

16.Bagian Keenam Belas ... 119

17.Bagian Ketujuh Belas ... 124

18.Bagian Kedelapan Belas ... 129

19.Bagian Kesembilan Belas ... 135

20.Bagian Kedua Puluh ... 140

21.Bagian Kedua Puluh Satu ... 144

22.Bagian Kedua Puluh Dua ... 147

23.Bagian Kedua Puluh Tiga ... 152

(18)

xv

4.3 Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA ... 163

4.3.1 Silabus ... 164

4.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 167

BAB V PENUTUP ... 182

5.1 Kesimpulan ... 182

5.2 Saran ... 183

DAFTAR PUSTAKA ... 187

LAMPIRAN ... 189

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa) menerima dan memahami pengetahuan sebagai bagian dari dirinya, dan kemudian mengolahnya sedemikian rupa untuk kebaikkan dan kemajuan bersama. Pendidikan yang dimaksud bukanlah berupa materi pelajaran yang didengarkan ketika diucapkan, dilupakan ketika guru baru selesai mengajar dan baru diingat kembali ketika masa ulangan atau ujian datang, akan tetapi sebuah pendidikan yang memerlukan proses, yang bukan saja baik, tetapi juga asik dan menarik, baik bagi guru maupun bagi siswa (Khoirul, 2015: 1).

Selain itu, masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi yang diingatnya kemudian menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

(20)

materi yang akan diajarkan. Sebagai pendidik harus pintar-pintar dalam memilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan semata-mata agar kegiatan belajar mengajar tidak monoton, yang mana membuat peserta didik lebih dapat menyerap pelajaran yang diberikan guru. Metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah metode inkuiri. Secara garis besar, inkuiri berasal dari kata inquiri yang merupakan kata dalam bahasa inggris yang berarti penyelidikan/ meminta keterangan, atau “siswa diminta untuk

mencari dan menemukan sendiri” (Khoirul, 2015:7). Dalam konteks penggunaan

inkuiri sebagai metode mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berati bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran.

(21)

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15-16).

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menampilkan tokoh-tokoh dalam serangkaian peristiwa tersusun secara koheren dan estetik. Jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata. Novel, sebagai mana karya sastra umumnya, mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia. Novel lahir dan berkembang dengan sendirinya sebagai sebuah genre pada cerita atau menceritakan sejarah dan fenomena sosial. Novel mempunyai fungsi dulce et utile yang artinya menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca melalui penggambaran hidup nyata.

Dalam proses pembelajar, guru dapat menjadikan novel sebagai media pembelajaran sastra. Pemilihan novel yang akan digunakan sebagai media pembejaran sastra perlu dibertimbangkan agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Sebagai contoh, dalam penelitian ini media yang digunakan adalah novel Pulang karya Tere Liye. Dengan menggunkan novel Pulang karya Tere Liye,

kiranya mampu membantu siswa dalam proses pembelajaran.

(22)

menyerahkan anaknya kepada Tauke Besar. Tauke Besar kemudian mengajak Bujang ikut bersamanya ke kota.

Ada potensi sangat besar dalam diri Bujang yang terdeteksi oleh Tauke Besar, hingga tak ragu untuk memfasilitasi Bujang dengan semua bentuk latihan dan pendidikan. Tauke Besar bahkan telah bercita-cita, bahwa suatu hari nanti Bujang-lah yang akan menggantikan kedudukannya sebagai pimpinan Keluarga Tong. Keluarga Tong awalnya adalah salah satu penguasa di kota provinsi yang menguasai bongkar muat pelabuhan dengan sumber penghasilan terbesar berasal dari penyelundupan. Itu sebabnya, ada banyak begal yang dipekerjakan dalam Keluarga Tong.

Dalam perkembangannya, Keluarga Tong telah bertransformasi secara luar biasa. Dari penguasa shadow economy di tingkat provinsi lalu merambah ke ibukota. Dengan organisasi bisnis yang terus menggurita, membesar dan mencengkeram nyaris setiap sendi pergerakan ekonomi di ibukota bahkan negara. Dan selama itu pula, Bujang terus bermetamorfosis hingga menjadi jagal nomor satu dalam keluarga Tong. Namun Bujang bukan sekadar jagal biasa. Prestasinya jauh melesat, melampaui dua generasinya terdahulu, yaitu kakek dan ayahnya yang semuanya berprofesi sebagai begal. Bujang adalah seorang peraih master universitas luar negeri, jago menembak dan menguasai ilmu bela diri, sekaligus menjadi andalan Tauke Besar untuk melakukan diplomasi tingkat tinggi hingga lintas negara. Bujang memiliki gelar Si Babi Hutan.

(23)

menyajikan adegan demi adegan dengan detail. Menguras emosi dan juga memilih topik hangat yang sedang berkembang dalam masyarakat. Kalimat demi kalimat tidak dibuat bertele-tele dan mampu membuat pembaca hadir di dalam setiap kejadian.

Alasan lain peneliti menggunakan novel Pulang karya Tere Liye karena pengarangnya. Tere Liye merupakan penulis yang dikenal di masyarakat khususnya Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari karya-karyanya yang cukup terkenal dan bahkan diantaranya telah diangkat ke layar lebar. Karya-karyanya yang terkenal antara lain, Rembulan Tenggelam di wajahmu (2009), Bidadari-bidadari Surga (2004), Moga Bunda disayang Allah (2006), Hafalan Shalat

Delisha (2007), Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2012), Ayahku

(bukan) Pembohong (2011), Kisah Sang Penandai (2011), Sunset Bersama Rosie

(2011), Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah (2012), Berjuta Rasanya (2012), Negeri Para Bedebah (2012), Sepotong Hati yang Baru (2012), Negeri di Ujung

Tanduk (2013), Burlian (2009), Pukat (2010), Eliana (2011), Amelia (2013),

Bumi (2014), Dikatakan atau Tidak Dikatakan (2014), itu Tetap Cinta (2014),

Rindu (2014), Bulan (2015), Hujan (2016), dan Matahari (2016).

(24)

diharapkan guru dapat membantu para siswa untuk menemukan dan mencari nilai-nilai positif yang dapat diambil dalam novel Pulang.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk siswa kelas XI semester I?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk siswa di SMA kelas XI semester I.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi dunia pendidikan sastra dalam pemilihan bahan ajar.

(25)

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak berikut.

a. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan mampu membantu guru dalam mengajarkan pembelajaran sastra, khususnya menganalisis unsur intrinsik dengan menggunakan metode inkuiri.

b. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan mampu membantu siswa untuk memahami tentang unsur intrinsik dalam novel, khususnya tokoh dan penokohan. c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada peneliti lain, khususnya pengetahuan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri.

1.5Batasan Istilah 1. Novel

Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012:16).

2. Tokoh

(26)

3. Penokohan

Munurut Nurgiyantoro (1995:172) penokohan merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur yang lain membentuk suatu totalitas.

4. Metode Inkuiri

Menurut Gulo (dalam Widharyanto, 2003:83-84), metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan pembelajar untuk mencari dan menyelidiki secara sitematis, logis, dan analitis, sehingga pembelajar dapat merumuskan sendiri sebagai penemuan atas berbagai pesoalan dengan penuh pecaya diri.

5. Pengajaran Sastra

Pengajaran sastra dapat membantu siswa secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

6. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian (Mulyasa, 2008:133).

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(27)

sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajarn secara terprogram (Masnur Muslich, 2007:53).

1.5Sistematika Penulisan

(28)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut: pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Yulianti (2014) dengan judul “Penerapan Metode

Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI.IPS2 SMA Negeri 2 Mengwi”. Hasil penelitan menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat (1) meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPS.2 SMAN 2 Mengwi, (2) guru menggunakan kiata-kiat pembelajaran yang tepat dalam mengimplementasikan metode inkuiri untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, dan (3) menumbuhkan respons positif siswa terhadap pembeajaran membaca. Hal ini dibuktikan dengan uji t (independent samples T-test) yang menunjukkkan harga sig. Penelitian ini merupakan Penelitian Tidak Kelas (PTK).

Penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut: kedua penelitian yang dilakukan oleh Melinda Crishtiyanti Rambu (2011) dengan judul “Metode

Inkuiri dalam pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata Saga karya Agust Dapaloka Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Hasil

(29)

persoalan dengan penuh percaya diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, metode ini digunakan untuk mendeskripsikan unsur tema dan amanat dalam novel. Hasil analisis menunjukkan bahwa tema yang terdapat dalam novel Perempuan Itu Bermata Saga adalah jangan meremehkan kaum perempuan karena mereka bukanlah kaum yang lemah dan tak berdaya. Pada diri mereka terdapat begitu banyak kekuatan dahsyat yang dimiliki kaum laki-laki. Amanat yang terdapat dalam novel Perempuan Bermata Saga adalah setiap musibah yang terjadi kita dapat memetik hikmah di

dalammnya. Hikmah dari suatu peritiwa itu akan mendatangkan kebaikan untuk bisa memperbaharui diri lebih baik. Metode inkuiri dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan pembelajar untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, dan kritis, sehingga pembelajar dapat merumuskan sendiri sebagai penemuan atas berbagai persoalan dengan penuh percaya diri.

(30)

pengumpulan data yang dilakukan oleh Ayu Yulianti (2014) adalah tes dan wawancara, sedangkan pada peneltian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik simak dengan membaca novel kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan tokoh dan penokohan dalam novel.

Berdasarkan dua penelitian relevan di atas persamaan penelitian kedua yang dilakukan oleh Melinda Christiyanti Rambu (2015) adalah sama-sama menggunakan metode inkuiri dan menganalisis novel serta mengkaji unsur intrinsik dalam novel, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Melinda Christiyanti Rambu (2015) adalah unsur tema dan amanat.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Metode Inkuri

(31)

belajar untuk menemukan sendiri sesuai degan pengalamannya masing-masing (Rusman, 2014: 194).

Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai model belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Dalam metode ini siswa didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, salah satunya secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu dijawab oleh guru, karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk meberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam hal ini, kategori pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang dibicarakan/dibahas dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya dan dapat di uji serta diselidiki secara bermakna.

Tujuan pembelajaran berbasis inkuiri terletak pada kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengindetifikasi degan cermat dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji. Titik tekan yang terdapat dalam pembelajaran berbasis inkuiri bukan terletak pada solusi atau jawaban yang diberikan, tetapi pada proses pemetaan masalah dan kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi atau jawaban yang valid dan meyakinkan; siswa bukan hanya mampu untuk menjawab ‘apa’, tetapi juga mengerti ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’.

(32)

untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik yang berupa penyempurnaan dari apa yang telah ada maupun menciptakan ide, gagasan, atau alat yang belum pernah ada sebelumnya. Siswa didorong bukan saja untuk mengerti materi pembelajaran, tetapi juga mampu menciptakan penemuan. Dengan kata lain, siswa tidak akan lagi berada dalam lingkup pembelajaran telling science akan tetapi didorong hingga bisa doing sciecse (Khoirul, 2015: 7-8).

2.2.1.1 Ciri-ciri pembelajaran berbasisi inkuiri

Ciri-ciri pembelajaran berbasis inkuri menurut Khoirul (2015:13-14) adalah:

a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

b. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemapuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

2.2.1.2 Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis inkuiri

(33)

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran menggunakan strategi inkuri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, stategi pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

b. Prinsip interaksi

Proses pembeajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar-siswa, interaksi siswa dengan guru maupun interaksi siswa dengan ligkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai perannya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir.

d. Prinsip belajar untuk berpikir

(34)

e. Prinsip keterbukaan

Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, yakni dengan prinsip segala sesuatu mungkin saja terjadi. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

2.2.1.3 Langkah-langkah pembelajaran berbasis inkuri

Langkah-langkah pembelajaran berbasisi inkuiri menurut Hosnan (2014: 343-344) dipaparkan sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik mengkondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaan. Pendidik merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah.

b. Merumuskan Masalah

(35)

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sebarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk dapat menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

(36)

yang akurat sebaiknya pendidik maupun menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.

2.2.1.4 Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri

Setiap metode pasti memiliki keleihan dan kekurangan, namun kelebihan dan kekurangan tersebut hendaknya dijadikan refrensi untuk penekanan terhadap hal yang posisitif dan meminimalisir kekurangannya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sesuai rencana. Hosnan (2014: 344) mengungkapkan beberapa kelebihan metode inkuiri yaitu sebagai berikut.

a. pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang.

b. Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Pembelajaran inkuiri ini dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

d. Inkuiri merupakan metode yang dianggap paling sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

Disamping memiliki kelebihan, metode inkuiri juga memiliki kekurangan seperti diungkapkan Sanjaya (2006: 208-209) yaitu sebagai berikut.

(37)

b. Kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.

c. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

d. Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

2.2.2 Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa italia novella. Secara harafiah novella berarti ‘sebuah barang yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam

bentuk prosa. Sekarang ini istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novellet, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 1995: 9-10).

Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012:16). Novel merupakan bentuk karya sastra sekaligus disebut fiksi, novel berarti sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Oleh sebab itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 1995:11).

(38)

karakteristik terhadap pembaca. Novel juga memberikan kegunaan bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari dalam berprilaku (Wellek dan Werren, 1990:168).

2.2.3 Unsur Pembangun Novel

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki unsur-unsur pembangun yang kemudian secara bersama-sama membentuk sebuah totalitas. Unsur-unsur tersebut adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Namun, secara tradisional unsur tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian, walaupun pembagian ini tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya (Nurgiyantoro, 1995:23).

(39)

2.2.3.1Tokoh

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1992: 16).

Tokoh cerita (character),menurut Abrams, adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 1995: 165).

Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya, tokoh dibagi menjadi dua macam, yakni tokoh utama (central character, main character) dan tokoh tambahan (peripheral character) (Nurgiyantoro, 1995: 176).

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgitantoro, 1995: 176-177). Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak terlalu mendominasi cerita.

(40)

bertingkat. Tokoh utama (yang) utama, utama tambahan, tokoh tambahan utama, tambahan (yang memang) tambahan.

2.2.3.2Penokohan

Penokohan menunjuk pada pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro 1995: 165).

Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995: 166) istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”. Sebab ia sekaligus

mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimna perwatakan, dan bagaimana penempatannya dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

Dalam pembentukan karateristik sebuah tokoh, penulis sastra harus memperhatikan kewajaran watak tokoh tersebut. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar bagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging yang mempunyai pikiran dan perasaan (Nurgiyantoro, 1995: 194-211). Menurut Altenbernd dan Lewis, secara garis besar ada dua teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya, yakni teknik ekpositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic) (Nurgiyantoro, 1995: 194).

a. Teknik Ekspositori

(41)

dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara tidak terbelit-belit melainkan begitu saja dan lansung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap sifat watak. Tingkah laku atau bahkan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro 1995: 194). Cara ini cukup efektif dan ekonomis. Pengarang dengan cepat dan singkat dapat mendeskrisikan kedirian tokoh ceritanya.

b. Teknik Dramatik

Penampilan tokoh cerita, dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan dalam drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripskan secara eksplisit sikap dan sifat serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro 1995: 198).

2.2.4 Pembelajaran Sastra di SMA

Menurut Rahmanto (1988:16), masalah yang sering kita hadapi sekarang adalah bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh.pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu:

a. Membantu Keterampilan Berbahasa

(42)

keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing memiliki hubungan yang erat.

b. Meningkatkan Pengetahuan Budaya

Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan ‘sesuatu’ dan kerap

menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang menghayatinya. Adanya karya sastra mampu merangsang siswa untuk mengajukan pertayaan-pertanyaan yang relevan.

Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus selalu dipupuk dalam masyarakat adalah penegtahuan tentang budaya yang dimilikinya. Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki. c. Mengembangkan Cipta dan Rasa

Setiap guru hendaknya selalu menyadari bahawa setiap siswa adalah seoarang individu dengan kepribadian yang khas, kemampuan, masalah dan kadar pekembangannya masing-masing yang khusus. Oleh karena itu pentingnsekali kiranya memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan. Dalam pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat efektif, dan bersifat sosial, serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat religius.

d. Menunjang Pembentukan Watak

(43)

dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa.

Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Rahmanto (1988:27-33) mengklasifikasikan tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu:

(1) Bahasa

Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana, ungkapan dan refrensi yang ada. Kejelian dalam menentukan kriteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra yang sedang diajarkan.

(2) Psikologi

(44)

(a) Tahap pengkhayalan ( 8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

(b) Tahapan romantik ( 10 sampai 12 tahun )

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

(c) Tahapan realistik (13 sampai 16 tahun)

Setiap tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata. (d) Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral.

(3) Latar Belakang Budaya

(45)

mitodologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir, nialai-nilai masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral, etika, dan sebagainya. Biasanya, siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara umum, guru sastra hendaknya memilih bahan pengajaran dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa.

2.2.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapar dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata (Wina, 2008: 9-10).

Muslich (2007: 10) mengatakan KTSP merupakan peyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanankan oleh masing-masing satuan pendidik/sekolah. Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (kurikulum 2004) yang disebut pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS).

(46)

dan khusus. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengemabngan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

(1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

(2) Meningkatkan keperdulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

(3) Menigkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

2.2.5.1 Silabus

(47)

2.2.5.2Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram (Muslich, 2007:53).

Muslich (2007: 53) menyebutkan rencana pembelajaran minimal mencakup kompetensi berikut: (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajan, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar.

2.2.5.3 Standar Komperensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian Depdiknas telah menyediakan standar kompetensi (SK), dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pembelajaran yang dapat dijadikan bahan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas guru adalah menjabarkan, menganalisis, dan mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SK – KD dengan karateristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi dan kebutuhan daerah.

(48)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca

7. Memahami berbagai hidayat, novel Indonesia/novel terjemahan.

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel indonesia/

(49)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisi data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dengan berjudul Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tokoh Pulang karya Tere Liye Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I merupakan

penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah (Moeleong, 1989:6). Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini dikarenakan penelitian menggunakan deskripsi yang menghasilkan data tertulis (Moloeng, 1989:11). Jadi, tujuan dari penelitian kualitaif deskriptif adalah memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tidakan secara holistik dengan menggunakan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khsus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moeleong, 1989: 6)

(50)

3.2 Data dan Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini, yaitu: Judul Buku :Pulang Pengarang :Tere Liye Penerbit :Replubika Tahun Terbit :2015 Jumlah Halaman :400

Data penelitian berupa kutipan-kutipan paragraf dan kalimat dalam novel tersebut yang menggambarkan tokoh dan penokohannya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik simak dengan membaca novel Pulang, kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struktur tokoh dan penokohan. Data yang diambil berupa kalimat-kalimat dalam dialog yang mengandung informasi mengenai tokoh, penokohan dan kesesuaiannya dengan pendekatan inkuiri untuk proses pembelajar di SMA kelas XI semester I.

3.4 Teknik Analisis Data

(51)

ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir untuk mebuat kategori data itu mempunyai makna, dengan cara mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan umum.

Berdasarkan teori di atas, peneliti akan menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

(1) Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Pulang karya Tere Liye

(2) Melakukan studi pustaka dengan cara mencari dan mengumpulkan teori dari berbagai sumber seperti buku, internet yang relevan dengan penelitian ini. (3) Mengindentifikasi tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye. (4) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye.

(5) Mendeskripsikan metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa SMA kelas XI semester I.

(6) Menarik kesimpulan.

(52)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan dan memaparkan implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Hujan karya Tere Liye dan relevansinya sebagai pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam membangun karakter siswa. Penyajian bahan dalam pembelajaran sastra harus disesuaikan dengan kemampuan siswa pada suatu tahap tertentu.

Novel adalah buku bacaan yang berisi tentang suatu fenomena dalam suatu bidang kehidupan. Dalam novel terdapat sejumlah fakta otentik yang dipaparkan dan mengandung nilai pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Novel punya arti lebih dibandingkan sekedar kisah atau pengalaman fantastik para tokoh yang ada di dalamnya. Novel juga punya muatan ilmu pengetahuan yang luas dan kaya. Nilai-nilai pembelajaran dalam novel dapat digunakan untuk menangkap momentum tepat yang ada pada peran novel dengan tuntutan kreatifitas dan problematika pembelajaran secara umum. Pembelajaran punya peran sebagai sarana penyampai informasi, novel pun tidak diragukan punya peran itu.

(53)

dalam contoh cerita yaitu lewat pemaparan kisah-kisah dalam novel. Selain itu, pembelajaran bisa menjadi bermakna sebab apa yang dipelajari dapat menimbulkan kesan mendalam dan terlihat adanya perubahan pada struktur potensi anak, baik itu pengetahuan, sikap maupun ketrampilannya. Inilah poin penting dalam kegiatan pembelajaran yaitu terjadinya perubahan. Jika tidak ada perubahan itu, maka pembelajaran yang itu sesungguhnya telah gagal. Pembelajaran bermakna adalah hasil pembelajaram yang dicirikan dengan telah terjadinya perubahan itu. Jadi jelas bagi kita bahwa upaya kita memanfaatkan media yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermakna itulah yang disebut kreatifitas guru dalam pembelajaran.

Selain pemilihan media, pemilihan metode pembelajaran juga sangat penting dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih menggunakan motode inkuri karena metode ini mampu menekankan siswa pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Banyak siswa bosan dalam proses pembelajaran, hal itu disebabkan karena penggunaan metode ceramah yang kurang diminati oleh siswa. Dengan metode inkuiri, siswa diajak untuk terlibat aktif secara maksimal.

(54)

kritis, dengan cara merumuskan masalah yang terkandung dalam novel, (3) merumuskan hipotesis, tahap ini siswa diajak untuk berpikir logis dan rasional dalam mengembangkan hipotesis yang ada, (4) mengumpulkan data, tahap ini siswa dituntut untuk menemukan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menetukan kutipan yang berisikan tokoh dan penokohan, (5) menguji hipotesis, tahap ini mengajak siswa untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban tersebut berdasarkan data yang telah ditemukan dalam tahap pengumpulan data, (6) menarik kesimpulan, tahap ini siswa dituntun untuk menarik kesimpulan berdasarkan apa yang siswa temukan.

4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Menggunakan Metode Inkuiri

Novel ini dibagi atas dua puluh empat bagian. Pada setiap bagian penulis akan memaparkan analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Pulang karya Tere Liye. Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlaku di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1992: 16). Penokohan menunjuk pada pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro 1995: 165).

(55)

secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.

Berikut ini akan dianalisis tokoh dan penokohan dalam novel Pulang dengan menggunakan metode inkuiri. Dalam menganalisis, penulis membagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bab yang terdapat dalam novel Pulang karya Tere Liye, yaitu sebagai berikut:

1. Bagian Pertama a. Orientasi

Siswa diminta untuk membuat ringkasan cerita pertama “Si Babi Hutan” dalam

novel Pulang karya Tere Liye.

Dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” menceritakan tentang seorang bocah

(56)

b. Merumuskan masalah

1) Siswa mengindentifikasi siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel

Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita

tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang memiliki sifat pendiam dan pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Samad yang bersifat pemarah, Midah yang bersifat perduli, dan Tauke Muda yang bersifat perhatian.

d. Mengumpulkan Data

1) Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita pertama? a) Bujang

b) Samad sebagai bapak Bujang c) Midah sebagai mamak Bujang d) Tauke Muda

(57)

Bujang digambarkan sebagai tokoh yang pendiam dan pemberani. Sifat pendiam Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori. Teknik ekspositori merupakan teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Kau sepertinya pendiam sekali, Bujang. Tidak pernah kulihat kau berbicara sejak tadi. Bahkan tersenyum pun tidak.” Tauke Muda menatapku (Liye, 2015:10).

Bukti lain ini menggambarkan Bujang merupakan tokoh pemberani. Sifat pemberani Bujang ditunjukkan ketika ia berhasil mengalahkan Babi terbesar di hutan. Hal itu dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Malam itu, dadaku telah dibelah. Rasa takut telah dikeluarkan dari sana.

Aku tidak takut.

Aku bersiap melakukan pertarungan hebat yang akan dikenang. Hari saat aku menyadari warisan leluhurku yang menakjubkan, bahwa aku tidak mengenal lagi defenisi rasa takut” (Liye, 2015:20).

b) Samad

(58)

“Demi melihat mobil-mobil itu, bapakku beringsut turun dari anak tangga. Ia berpegangan, menyeret kakinya yang lumpuh satu seraya tertawa lebar mendekati rombongan. Aku jarang melihat bapakku yang sakit-sakitan tertawa selepas itu. Biasanya ia lebih banyak mengomel, marah-marah. Salah satu dari rombongan itu mendekat, seperti pimpinan mereka, juga ikut tertawa lebar. Mereka berpelukan dan menepuk bahu, seperti sahabat lama (Liye, 2015:4).

Bukti lain ini akan menunjukkan sifat keras Samad kepada Bujang. Sifat keras Samad dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Kemari kau, Bujang,” Bapakku berseru lagi.

Aku sedang mengangkat ceret berisi kopi panas menoleh. “Ayo!” Bapakku melotot, tidak sabaran (Liye, 20015:5).

c) Midah

Midah digambarkan sebagai Mamak Bujang. Midah memiliki sifat yang perduli terhadap Bujang. Sifat perduli Midah terlihat saat Bujang ingin ikut Tauke Muda pergi berburu ke hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Mamak mencengkram lenganku, berbisik lembut, “Mamak mengizinkan mu pergi. Tapi berjanjilah, kau hanya menonoton di hutan sana, Nak. Kau tidak akan melakukan apa pun. Hanya menonton yang lain berburu.”

Aku mengangguk. Aku juga tau maksud tatapan Mamak.

(59)

d) Tauke Muda

Tauke Muda digambarkan sebagai tokoh yang perhatian kepada Bujang dan anak buahnya. Sifat perhatian Tauke Muda kepada Bujang dan anak-anak buahnya dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Babi sialan.” Tauke Muda mendengus, menendang salah satu diantaranya. Kemudian ia menoleh padaku, “Kau baik-baik saja, Bujang?”

Aku menggangguk. Napasku sudah kembali normal.

Tauke Muda segera memeriksa dua anak buahnya. Dengan lengan dan betis terluka parah, dua pemburu itu bisa beranjak duduk. Yang mengenaskan, salah satu dari pemuda talang kini entah pingsan atau meninggal. Dua pemuda talang lain berusaha mengurusnya dengan kondisi badan yang juga tidak lebih baik (Liye, 2015:16-17).

Selain itu, Tauke Muda juga digambarkan sebagai tokoh yang tidak peduli kepada babi-babi hutan karena telah meresahkan warga. Sifat tidak peduli Tauke Muda ditunjukkan saat dia memerintah anak buahnya untuk membunuh babi yang ada di hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Habisi babi-babi itu!” Tauke Muda berteriak , tidak peduli. Senapan melayak, memuntahkan peluru (Liye, 2015:14).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita pertama “Si Babi Hutan”

(60)

f. Merumuskan Kesimpulan

Pada cerita pertama, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat yang pendiam dan pemberani (teknik ekspositori). Samad memiliki sifat keras kepada Bujang dan ramah kepada Tauke Muda (teknik dramatik). Midah memiliki sifat yang perduli terhadap Bujang (teknik dramatik). Tauke memiliki sifat perhatian kepada Bujang dan anak-anak buahnya (teknik dramatik) dan sifat tidak peduli kepada babi-babi hutan yang meresahkan warga (teknik ekspositori).

2. Bagian Kedua a. Orientasi

Siswa diminta untuk membaca dan membuat ringkasan cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dalam novel Pulang karya Tere Liye.

Dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” diceritakan bahwa Tauke Muda

ingin membawa Bujang ke kota dan tinggal bersamanya. Esoknya, berat hati sang Mamak harus merelakan kepergian Bujang ke kota. Mamak memberikan pesan kepada Bujang agar ia menjaga perutnya dari daging babi dan juga tuak, segala macam minuman dan makan yang haram. Setelah mendapat izin dari bapak dan mamaknya berangkatalah Bujang ke kota bersama Tauke Muda dan rombongannya (Liye, 2015: 21-26).

b. Merumsukan Masalah

(61)

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dari novel Pulang karya Tere Liye.

c. Merumuskan Hipotesis

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita

tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama memiliki sifat yang patuh. Sedangkan, tokoh tambahan yaitu Samad memiliki sifat peduli dan tepat janji, Midah memiliki sifat penyanyang, dan Tauke memiliki sifat yang peduli.

d. Analisis Data

1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua? a) Bujang

b) Samad c) Midah d) Tauke Muda

2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dari novel Pulang karya Tere Liye

a) Bujang

Bujang memiliki sifat patuh kepada ibunya. Sifat patuh Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:

(62)

Aku mengangguk (Liye, 2015:24).

b) Samad

Samad memiliki sifat yang peduli dan tepat janji. Sifat tepat janji Samad dibuktikan dengan menggunakan teknik ekpositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dengan kutipan sebagai berikut:

Bapak menggengam jemari Mamak, kali ini berkata lirih, “Aku tidak ingin berpisah dengan anak kita, Midah. Tapi kau seharusnya tahu persis bahwa ini adalah perjanjian masa lalu. Aku pernah bilang dengan kau, cepat atau lambat kau akan melihatnya, menyaksikannya. Cepat atau lambat kita akan kehilangan anak laki-laki kita. Biarkan dia pergi dengan restumu agar langkah kakinya ringan (Liye, 2015:22-25).

Bukti lain ini menunjukkan Samad memiliki sifat peduli. Sifat peduli Samad dibuktikan dengan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Jagalah anakku, Tauke Muda.” Bapak dengan kaki lumpuh memeluk tubuh pendek gempal dengan mata sipit itu. Momen perpisahan (Liye, 2015:25).

c) Midah

(63)

Percakapan telah di ujung kesimpulan.

Mamak menangis tergugu melihat anggukan kepalaku.

Siang itu, Mamak menyiapkan buntalan kain berisi pakaianku sambil menangis.

Ia lantas mendekap kepalaku erat-erat. Berbisik lembut, “Mamak akan mengizinkan kau pergi, Bujang. Meski itu sama saja dengan merobek separuh hati Mamak. Pegilah, anakku, temukan masa depanmu. Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada di dalam dirimu. Pulang….” (Liye, 2015:23-24).

d) Tauke Muda

Tauke memiliki sifat yang peduli. Tauke Muda mau mengurus Bujang seperti anaknya sendiri. Sifat peduli Tauke Muda dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut:

“Tauke Muda memintanya sendiri, Midah. Tauke Muda berjanji akan mengurus Bujang seperti mengurus anaknya sendiri. Biarkan anak laki-lakimu punya kesempatan menaklukkan dunia ini. Biarkan dia mewarisi darah perewa dari keluargaku. Mungkin ini sudah menjadi takdir hidup Bujang. Biarkan dia pergi, dan kita berdua bisa menghabiskan sisa hidup bersama di sini dengan damai. Aku akan mati bahagia setelah tahu Bujang memiliki masa depan (Liye, 2015:22).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak”

novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan

(64)

dramatik) dan tepat janji (teknik ekspositori). Midah memiliki sifat penyanyang (teknik dramatik). Tauke memiliki sifat yang peduli (teknik dramatik).

3. Bagian Ketiga a. Orientasi

Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita ketiga “Shadow Economy” dalam novel Pulang karya Tere Liye.

Dalam cerita bagian ketiga “Shadow Economy” membawa pembaca menuju waktu 20 tahun kemudian. Saat Bujang sudah berubah menjadi pribadi yang sangat mantap dan menjadi jagal nomor satu. Ia menemui calon presiden dan memberi peringatan agar tidak mengubah apapun yang berhubungan dengan bisnis Keluarga Tong yaitu Shadow Economy (Ekonomi Bayangan) (Liye, 2015:27-36).

b. Merumuskan Masalah

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ketiga “Shadow Economy” dari novel Pulang karya Tere Liye

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita ketiga “Shadow Economy” dari novel Pulang karya Tere Liye

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalag yang telah disusun.

(65)

yaitu: Bujang sebagai tokoh utama memiliki sifat yang pemberani. Sedangkan, tokoh tambahan yaitu Calon Bapak Presiden memiliki sifat ramah dan penakut. d. Mengumpulkan Data

1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua? a) Bujang

b) Calon Bapak Presiden

2) Siswa menetukan penokohan cerita ketiga “Shadow Economy” dari novel Pulang karya Tere Liye

a) Bujang

Bujang memiliki sifat yang pemberani. Hal itu digambarkan saat Bujang bertemu dengan Calon Bapak Presiden dan ingin memberikan kesepakatan. Sifat pemberani Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan diatas adalah sebagai berikut:

Kali ini, ruangan itu lengang. Ekspresi wajah orang berkemeja putih benar-benar berubah sekarang. Dia tidak tahan lagi, menoleh kearah penasihat ekonominya dengan wajah masam, “Apakah ini lelucon? Siapa orang ini? Bagaimana dia menyela semua kesibukan dan bertingkah tidak sopan di depanku?”

“Tidak ada yang melucu saat ini, Bapak Calon Presiden.” Aku yang menjawab, “Anda bertanya siapa namaku dan aku menjawabnya dengan akurat, Si Babi Hutan. Di mana letak tidak sopannya?” (Liye, 20 15:28-29).

b) Calon Bapak Presiden

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dalam penelitian ini setelah data terkumpul maka dilakukan klasifikasi data berdasarkan kategori atau kelompok yang berkaitan dengan strategi guru Akidah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa secara umum hipotesis yang dilakukan peneliti diterima dan menunjukkan terdapat hubungan

se(under leNbul melatukd pemulihmya mcnuju ko.disi seftula tidat lagolug kepada tonposisi jdis tapi tergetug kepada kmmpud sutu jenis (Brcw! dd lugo,1990).. KonFsisi,

[r]

Kemungkinan yang menyebabkan hubungan positif signifikan antara pola asuh permisif dengan prokastinasi akademik pada siswa kelas X SMA Xaverius Bandar Lampung dapat

Menciptakan suatu positioning baru merupakan langkah yang biasa dilakukan oleh produk baru yang meluncur di pasar yang sesak dengan tujuan untuk menciptakan pembeda

Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis pada proses produksi diketahui bahwa iklim kerja (suhu) dirasa sangatlah panas hal ini dikarenakan oleh tempat

Pada topologi ini, setiap komputer saling terhubung dengan satu kabel, sehingga proses pengiriman data akan semakin cepat dan kerusakan pada salah satu