• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

5. Bagian Kelima

Siswa diminta untuk membaca dan meringkasan cerita kelima “Amokdari novel Pulang.

Dalam cerita kelima “Amok” diceritakan kembali masa lalu Bujang yang keras kepala karena tidak ingin sekolah. Bujang ingin menjadi tukang pukul seperti Bapaknya, sedangkan Tauke tetap pada pendirian yaitu menyekolahkan Bujang.

Dalam cerita kelima juga membawa pembaca menuju waktu 20 tahun kemudian. Saat Tauke Besar berusia 70 tahun dan mulai sakit-sakitan, dia meminta Bujang agar menjadi kepala Keluarga Tong. Tauke Besar merasa bahwa sebentar lagi dia akan mati dan Keluarga Tong membutuhkan pemimpin baru yaitu Bujang (Liye, 2015: 53-66).

b. Merumuskan Masalah

1) Siswa menentukan siapa saja yang tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kelima kelima “Amok” dari novel Pulang.

2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita kelima “Amokdari novel Pulang.

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarakan rumusan masalah yang telah disusun.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kelima “Amok” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat keras kepala, bertanggung jawab, dan peduli, sedangkan tokoh tambahan yaitu Tauke bersifat pemaksa dan pemarah, Basyir bersifat ramah, Parwes bersifat ramah dan pintar, dan Dokter bersifat perhatian.

d. Mengumpulkan Data

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kelima? a) Bujang

b) Tauke c) Basyir d) Parwes e) Dokter

2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita kelima! a) Bujang

Bujang memiliki sifat yang keras kepala, bertanggung jawab dan peduli. Sifat keras kepala Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

Aku tetap menggeleng.

“Astaga, Bujang! Omong kosong menjadi seperti bapak kau. Lihatlah. Aku bertahun-tahun ingin menjadi seperti ayahku dulu, Tauke Besar sebelumnya. Lantas apa yang aku dapat setelah menjadi dirinya? Di kota ini saja keluarga lain tidak menghormatiku, kita hanya dianggap keluarga rendah. Jangan tanya di pulau seberang, Ibu Kota, mereka hanya memicingkan mata tidak peduli. Kita dianggap sama dengan preman pasar induk yang kita taklukkan. Tidak berkelas. Murahan.”

Aku tetap diam.

“Kau harus sekolah ,Bujang. Frans yang akan mengajarmu secara privat di rumah ini hingga kau bisa mengejar ketinggal kelas. Kau tidak menyiakan-nyiakan bakat pintarmu. Kau seharusnya sudah kelas satu SMA, Bujang. usiamu sudajh lima belas tahun.”

“Aku tidak mau.” Aku memotong (Liye, 2015:55-56).

Sifat Bujang yang bertanggung jawab dibuktikan dengan menggunakan teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan

penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Tidak ada yang bilang begitu, Tauke.” Aku berkata dengan suara lebih lembut, duduk di kursi samping ranjang, “Menemui calon presiden itu adalah pekerjaan yang Tauke berikan kepadaku, dan semua pekerjaan harus tuntas di keluarga ini, tidak terlambat walau sedetik. Tauke sendiri yang mendidik kami atau resikonya adalah hukuman” (Liye, 2015:59).

Bukti lain ini menujukkan Bujang memiliki sifat yang peduli kepada Tauke Besar yang sedang sakit. Sifat peduli Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

Aku ingin menunda percakapan ini. Dalam hidupku kematian orang terdekat selalu membuatku menjadi lebih lemah. Tapi teringat pesan dokter tadi, demi membuat tauke senang, aku memutuskan mengalah. Akan aku pertimbangkan permintaanya. Aku mengangguk (Liye, 2015:66).

b) Tauke Besar

Tauke Besar memiliki sifat yang pemaksa dan pemarah. Sifat-sifat Tauke tersebut dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal itu ditunjukkan saat Tauke Besar meminta Bujang untuk sekolah. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Kau harus sekolah, Bujang.” Tauke menatapku marah, wajahnya tidak suka.

Aku mengeleng.

Niatku sudah kokoh. Aku tidak datang sejauh ini ke kota besarhanya untuk sekolah. Aku tidak membunuh babi raksasa itu hanya untuk kemudian disuruh belajar.

“Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Tauke mengendurkan teriakannya, berusaha sedikit terkendali. Ia merapikan kertas-kertas yang sedang dia periksa melangkah mendekatiku.

“Aku ingin menjadi seperti bapakku dulu.”

“Menjadi bapak kau? Lantas apa yang berhasil Samad dapatkan dari menjadi seorang tukang pukul? Kakinya lumpuh satu. Kau ingin menjadi lumpuh seperti dia, hah?”

Aku diam (Liye, 2015:54-55).

Sifat pemarah Tauke ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

Wajah masam Tauke terlihat mengendurdan kembali tenang. Sejak mulai sakit-sakitan lima tahun terakhir, Tauke mudah sekali marah. Dia bisa mengamuk tanpa sebab di atas ranjangnya, membuat semua orang repot. Hanya dokter senior yang bisa mengendalikannya. Aku harus lebih bersabar menghadapi Tauke. Dia sudah seperti ayahku, satu-satunya keluarga yang masih hidup (Liye, 2015:60).

c) Basyir

Basyir berperan sebagai sahabat baiknya Bujang, ia memiliki sifat yang yang ramah kepada Bujang. Sifat ramah Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

Basyir tertawa, akhirnya dia bisa menebak apa yang terjadi , “Kami seharian melakukan hal seru di luar sana, Bujang. Memukuli preman pasar yang banyak tingkah, dan kau justru disuruh membaca.”

Sial. Aku melotot kepada Basyir yang menertawakanku.

“Aku mandi, Bujang. Belajar yang rajin kau.” Basyir melambaikan tangan, kembali ke kamarnya (Liye, 2015:53-54).

d) Parwes

Parwes digambarkan sebagai tokoh yang ramah dan pintar. Sifat yang ramah dan pintar Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik

pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Sifat ramah Parwez ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Apa kabar, Bujang?” salah satu dari dua orang yang telah berada di kamar Tauke sebelum aku, tiba-tiba menepuk bahuku.

“Baik.” Aku mengangguk (Liye, 2015:60-61).

Bukti lain ini menunjukkan Parwez merupakan tokoh yang pintar. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

Jika diibaratkan multinasional, maka Parwes adalah CEO alias direktur utama atas grup perusahaan yang bernilai ratusan miliar dolar. Dia keturunan india, yatim-piatu, diambil Tauke saat usianya empat belas tahun di slaah satu panti asuhan. Saat itu Parwes baru saja memenangkan kompetisi catur, menagalahkan seorang grand master. Bakatnya dalam bidang keuangan sama jeniusnya dengan permainan caturnya. Tauke membawanya ke rumah Keluarga Tong., menyekolahkannya, mendidiknya menjadi bagian penting puzzle berikutnya. Parwes sangat setia kepada Tauke. Dia rajin, cermat, serta pandai mengerakkan bisnis legal milik perusahaan. Kepribadian Parwes itu sangat disukai Tauke, karena ia benci berkelahi. Aku tidak pernah sekali pun melihat Parwes memukul orang lain. Parwes dan staf-stafnya tidak berkantor di rumah, dia mengendalikan bisnis dari gedung berlantai tiga puluh di jalan protocol Ibu Kota (Liye, 2015:61).

e) Dokter

Dokter memiliki sifat yang peduli kepada Tauke yang sedang sakit. Sifat peduli Dokter dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Tidak ada yang perlu dicemaskan, Bujang. kondisinya stabil.” Dokter bicara padaku sebelum meninggalkan kamar, disusul dua perawat, “Tapi jangan biarkan dia bekerja banyak, jangan buat suasana hatinya buruk. Marah-marah itu menganggu fisiknya (Liye, 2015:62).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kelima “Amok” novel Pulang karya Tere Liye.

f. Merumuskan Kesimpulan

Pada cerita kelima, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Tokoh-tokohnya ada Bujang yang memiliki sifat keras kepala (teknik ekspositori), bertanggung jawab (teknik dramatik), dan peduli(teknik dramatik). Tauke memiliki sifat yang pemaksa dan pemarah (teknik ekspositori). Basyir memiliki sifat ramah (teknik dramatik). Parwes memiliki sifat yang rama dan pintar (teknik ekspositori). Dokter memiliki sifat yang perhatian (teknik dramatik).

6. Bagian Keenam