• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

1. Bagian Pertama

Siswa diminta untuk membuat ringkasan cerita pertama “Si Babi Hutan” dalam novel Pulang karya Tere Liye.

Dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” menceritakan tentang seorang bocah berusia lima belas tahun yang lahir dan besar di kampung pedalaman Sumatera, atas didikan keras dan lembut dari bapak dan mamaknya. Bapaknya bernama Samad, seorang mantan jagal tersohor yang meninggalkan masa lalu hitamnya. Mamaknya sendiri bernama Midah, seorang keturunan pemuka agama. Bujang adalah seorang bocah yang tidak memiliki rasa takut. Semuamya berawal saat Tauke Muda menginjakkan kakinya di tanah kelahiran Bujang. Tauke Muda datang dengan satu rombongannya. Ia datang dari kota untuk melakukan pemburuan besar-besaran. Mereka akan memburu babi hutan yang akhir-akhir ini meresahkan warga. Atas izin dari bapak dan mamaknya, Bujang ikut satu rombongan Tauke Muda ke hutan. Di tengah hutan yang gelap mereka dihadang sang raja babi. Semua merasa terdesak namun Bujang tampil sangat heroik dan mampu Ia mengalahkan raja babi (Liye, 2015:1-20).

b. Merumuskan masalah

1) Siswa mengindentifikasi siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang memiliki sifat pendiam dan pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Samad yang bersifat pemarah, Midah yang bersifat perduli, dan Tauke Muda yang bersifat perhatian.

d. Mengumpulkan Data

1) Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita pertama? a) Bujang

b) Samad sebagai bapak Bujang c) Midah sebagai mamak Bujang d) Tauke Muda

2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita pertama! a) Bujang

Bujang digambarkan sebagai tokoh yang pendiam dan pemberani. Sifat pendiam Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori. Teknik ekspositori merupakan teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Kau sepertinya pendiam sekali, Bujang. Tidak pernah kulihat kau berbicara sejak tadi. Bahkan tersenyum pun tidak.” Tauke Muda menatapku (Liye, 2015:10).

Bukti lain ini menggambarkan Bujang merupakan tokoh pemberani. Sifat pemberani Bujang ditunjukkan ketika ia berhasil mengalahkan Babi terbesar di hutan. Hal itu dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Malam itu, dadaku telah dibelah. Rasa takut telah dikeluarkan dari sana.

Aku tidak takut.

Aku bersiap melakukan pertarungan hebat yang akan dikenang. Hari saat aku menyadari warisan leluhurku yang menakjubkan, bahwa aku tidak mengenal lagi defenisi rasa takut” (Liye, 2015:20).

b) Samad

Samad digambarkan sebagai Bapak Bujang. Samad memiliki sifat yang keras dalam mendidik Bujang. Namun, ketika Samad bertemu dengan Tauke Muda, Samad berubah menjadi sosok yang ramah. Sifat ramah Samad dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Demi melihat mobil-mobil itu, bapakku beringsut turun dari anak tangga. Ia berpegangan, menyeret kakinya yang lumpuh satu seraya tertawa lebar mendekati rombongan. Aku jarang melihat bapakku yang sakit-sakitan tertawa selepas itu. Biasanya ia lebih banyak mengomel, marah-marah. Salah satu dari rombongan itu mendekat, seperti pimpinan mereka, juga ikut tertawa lebar. Mereka berpelukan dan menepuk bahu, seperti sahabat lama (Liye, 2015:4).

Bukti lain ini akan menunjukkan sifat keras Samad kepada Bujang. Sifat keras Samad dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Kemari kau, Bujang,” Bapakku berseru lagi.

Aku sedang mengangkat ceret berisi kopi panas menoleh. “Ayo!” Bapakku melotot, tidak sabaran (Liye, 20015:5).

c) Midah

Midah digambarkan sebagai Mamak Bujang. Midah memiliki sifat yang perduli terhadap Bujang. Sifat perduli Midah terlihat saat Bujang ingin ikut Tauke Muda pergi berburu ke hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Mamak mencengkram lenganku, berbisik lembut, “Mamak mengizinkan mu pergi. Tapi berjanjilah, kau hanya menonoton di hutan sana, Nak. Kau tidak akan melakukan apa pun. Hanya menonton yang lain berburu.”

Aku mengangguk. Aku juga tau maksud tatapan Mamak.

“Jangan lakukan hal bodoh di rimba sana! Kau dengar, Bujang?” Mamak memastikan (Liye, 2015:7).

d) Tauke Muda

Tauke Muda digambarkan sebagai tokoh yang perhatian kepada Bujang dan anak buahnya. Sifat perhatian Tauke Muda kepada Bujang dan anak-anak buahnya dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Babi sialan.” Tauke Muda mendengus, menendang salah satu diantaranya. Kemudian ia menoleh padaku, “Kau baik-baik saja, Bujang?”

Aku menggangguk. Napasku sudah kembali normal.

Tauke Muda segera memeriksa dua anak buahnya. Dengan lengan dan betis terluka parah, dua pemburu itu bisa beranjak duduk. Yang mengenaskan, salah satu dari pemuda talang kini entah pingsan atau meninggal. Dua pemuda talang lain berusaha mengurusnya dengan kondisi badan yang juga tidak lebih baik (Liye, 2015:16-17).

Selain itu, Tauke Muda juga digambarkan sebagai tokoh yang tidak peduli kepada babi-babi hutan karena telah meresahkan warga. Sifat tidak peduli Tauke Muda ditunjukkan saat dia memerintah anak buahnya untuk membunuh babi yang ada di hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Habisi babi-babi itu!” Tauke Muda berteriak , tidak peduli. Senapan melayak, memuntahkan peluru (Liye, 2015:14).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” novel Pulang karya Tere Liye.

f. Merumuskan Kesimpulan

Pada cerita pertama, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat yang pendiam dan pemberani (teknik ekspositori). Samad memiliki sifat keras kepada Bujang dan ramah kepada Tauke Muda (teknik dramatik). Midah memiliki sifat yang perduli terhadap Bujang (teknik dramatik). Tauke memiliki sifat perhatian kepada Bujang dan anak-anak buahnya (teknik dramatik) dan sifat tidak peduli kepada babi-babi hutan yang meresahkan warga (teknik ekspositori).

2. Bagian Kedua