• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

6. Bagian Keenam

Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita keenam “Patung Naga Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye

Dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” diceritakan tentang Bujang yang pergi ke Hong Kong untuk menghadiri perayaan ulang tahun Master Dragon yang ke-80. Di hari perayaan ulang tahun Master Dragon, Bujang memberikan hadiah patung naga emas.

Kembali menceritakan masala lalu Bujang, saat dia protes ingin berhenti sekolah dan ingin menjadi tukang pukul sama seperti bapaknya. Hingga tiba saat kesabaran tauke hampir habis, Tauke menantang Bujang untuk ikut ritual amok

yaitu satu orang melawan puluhan petarung. Jika satu orang itu mampu menahan gempuran dalam waktu tertentu, ia menang. Bujang kalah dalam ritual Amok, dan dia harus tetap belajar dengan Frans (Liye, 2015: 67-86).

b. Merumuskan Masalah

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye.

2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye.

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa diminta untuk membuat jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki enam tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat pemberani dan patuh, sedangkan tokoh tambahan yaitu Tauke Besar bersifat tanggung jawab, Master Dragon bersifat tegas dan ramah, Baysir bersifat senang mengolok bujang, Kopong bersifat tegas dan perhatian, dan Edwin bersifat pemberani.

d. Mengumpulkan Data

1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita keenam? a) Bujang

b) Tauke Besar c) Master Dargon

d) Basyir e) Kopong f) Edwin

2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita keenam! a. Bujang

Bujang memiliki sifat yang pintar mengambil perhatian Master Dragon. Saat Master Dragon berulang tahun, Bujang memberikan hadiah Patung Naga Emas yang sangat diinginkan oleh Master Dragon. Bujang juga berhasil mencuri Patung Naga Emas dari pameran seni di Singapura, sehingga membuat Master Dragon terkesan terhadapnya.

Hal itu dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Ini hebat, Si babi Hutan. Hebat sekali.” Master Dragon juga berdiri, tangannya mengelus patung naga tersebut, “Belasan tahun akau menginginkan patung ini. Mereka menjaganya seperti menjaga tongkat dewa. Berkali-kali aku mengirim orang untuk mengambilnya baik-baik, tapi selalu gagal. Aku tawarkan seratus juta dollar sebagai sumbanagn untuk Museum, namun mereka tolak mentah-mentah, bilang tidak akan dijual. Hanya karena aku menghormati patung ini aku tidak merampasnya paksa. Hari ini, di hari ulang tahunku yang ke-80, kau justru membawakannya untukku. Ini hebat sekali.”

Aku mengangguk sekali lagi. Tidak mudah mencuri patung naga itu dari tempatnya. Aku harus mengirim pencuri paling lihai dan membayarnya mahal. Juga lebih banyak uang untuk menyumpal para petugas dan pihak-pihal lain agar pencurian itu berhasil. Tapi membawa patung ini penting sekali untuk memenangkan hati Master Dragon. Ada urusan yang membutuhkan persetujuan malam ini (Liye, 2015: 75-76). Bujang juga memiliki sifat yang pemberani. Saat Bujang ingin menjadi seorang tukang pukul, Tauke Besar menantang Bujang untuk ikut dalam

rilual Amok. Tanpa memiliki rasa takut, Bujang pun bersedia mengikuti ritual tersebut. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut:

“Apakah kau takut, Bujang?” Tauke Besar bertanya. Aku menggeleng cepat. Aku tidak takut.

“Kau siap?”

Rahangku mengeras. Siap atau tidak siap, tukang pukul lain tetap akan menyerangku (Liye, 2015: 80).

Selain itu, Bujang memiliki sifat yang patuh terhadap nasihat yang di berikan oleh mamaknya.

Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut:

Ini kali keempat aku bertemu Master Dragon, setelah tiga tahun sebelumnya bersama Tauke . Pada pertemuan pertama, saat jamuan makan malam, Master Dragon menatapku heran ketika Tauke bilang aku tidak akan minum tuak atau sake yang dihidangkan.

Kenapa? Master Dragon ingin tahu. Aku hanya menggeleng. Itu pesan terakhir mamakku. Maka tidak setetes pun aku akan meminumnya hingga mati (Liye, 2015: 76-77).

b. Tauke Besar

Tauke besar memiliki sifat yang bertanggung jawab terhadap janjinya kepada Samad yang merupakan bapak Bujang. Sifat tepat janji Samad dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut:

“Kau sendiri yang memintanya, Bujang. Sayang sekali, bahkan lukamu baru saja sembuh. Tapi demi kau, akan kuberikan sesuatu yang spesial. Aku telah berjanji pada Samad, kau akan selalu diistimewakan” (Liye, 2015: 79).

c. Master Dragon

Master Dragon adalah pucuk tertinggi penguasa shadow economy daratan Cina dan merupakan kepala seluruh keluarga. Dalam cerita keenam “Patung Naga Emas”, Master Dragon digambarkan sebagai sosok yang tegas dan ramah. Sifat tegas dan ramah Master Dragon dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut:

Dialah yang sedang berulang tahun. Dialah kepala seluruh keluarga. Semua orang memanggilnya Master Dragon, usianya delapan puluh tahun, rambutnya memutih, tapi dia terlihat segar. Matanya berkilau tajam, garis bawahnya terlihat tegas, dan rahangnya kokoh. Usia sepertinya belum berhasil menaklukkan tampilan menakutkan darinya. Konon, dengan kekuasaan gelapnya, dia bisa mengubah hasil pemilu negara-negara maju dan menunjuk Presiden yang dia sukai (Liye, 2015: 74).

Selain itu, Master Dragon juga memiliki sifat yang ramah terhadap Bujang. Sifat ramah Master Dragon ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

“Duduklah. Ayo, mari bergabung bersama kami, Si Babi Hutan.” Master Dragon menepuk bahuku. “Kau datang terlambat, tapi makanan lezat masih terhidang. Cepat, hidangkan makanan untuknya” (Liye, 2015: 76).

d. Basyir

Basyir adalah tokoh yang dekat dengan Bujang. Basyir memiliki karakter yang senang mengolok Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan

penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

“Aku tidak senang membicarakannya, Basyir.” Aku menjawab cepat, “Dan berhenti menggangguku dengan panggilan itu.”

Basyir tertawa, menepuk pundakku, “Kau harus mulai membiasakan diri mendengar panggilan itu, bujang. tidak ada lagi yang boleh memanggil namamu sekali kau diangkat jadi penerus.

Aku mendelik, menyuruhnya diam. Basyir mengangkat bahu, tetap tertawa.

“Jika hal ini memang terpaksa dilakukan, pastikan kalian melakukannya dengan cepat, Basyir, agar mereka tidak menderita.”

“Tentu saja, Tauke Mu, eh, sorry, Bujang.” Basyir melambaikan tangannya, sengaja menggangguku. Di halaman bangunan utama, enam mobil van berwarna hitam mengilap telah siap berangkat. Basyir naik ke salah satu mobil, menggangguk kepadaku dan berseru pendek,

Assalamualaikum” (Liye, 2015: 68).

Salain itu, Basyir juga digambarkan sebagai seorang yang kuat. Hal itu ditunjukkan ketika Basyir berhasil mengalahkan Bujang dalam ritual amok. Kekuatan Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik.

Kutipan yang medukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

Entah berapa lama aku bertahan, adalah Basyir yang akhirnya membuatku terjatuh. Saat nafasku semakin tersegal, peluh membanjiri pakaianku, dan tubuhku sakit dan letih __ sudah tiba di ujung daya tahannya __ Basyir berhasil meninju daguku. Seketika tanganku yang memegang kayu menyala terjatuh. Aku terpental dua langkah. Dan saat kakiku mantap berdiri, Basyir menendangnya membuatku kehilangan keseimbangan. Badanku berdebam mengenai pasir pantai (Liye, 2015: 84).

e. Kopong

Kopong adalah kepala tukang pukul di Keluarga Tong. Kopong memiliki sifat yang tegas. Saat semua tukang pukul protes dan berteriak atas tindakan Bujang yang dianggap curang karena menyambar pasir ke wajah para penyerang, Kopong berhasil menghentikan teriakan dan protes para

tukang pukul. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut:

Kopong mengangkat tangannya, menyuruh lingkaran diam. Kopong menggeleng, tidak setuju bahwa itu curang. Ia menyuruh yang lain berhenti protes dan kembali menyerangku (Liye, 2015: 83).

Selain itu, Kopong juga memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Sifat perhatian kopong dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut:

“Tadi kau memberikan kesenangan luar biasa, Bujang.” Kopong mengangkat botol birnya, “Kau adalah mangsa yang berbalik menjadi pemburu.”

Para tukang pukung mengangguk berseru-seru.

“Mari kita bersulang untuk Bujang. Pertama, untuk pertarungannya malam ini. Dia sudah memberikan yang terbaik. Sudah bertahan Sembilan belas menit.”

Tangan-tangan memegang gelas dan botol terangkat.

“Kedua, mari kita bersulang karena mulai besok Bujang harus sekolah. Memukuli kertas dengan pulpennya.” Kopong tertawa, bergurau (Liye, 2015: 85).

f. Edwin.

Edwin adalah seorang pilot muda yang bekerja di Keluarga Tong. Edwin memiliki sifat yang pintar dan pemberani. Ia adalah salah satu lulusan terbaik akademi militer. Ketika ibunya sedang sakit, ia nekad menerbangkan pesawat tempur dalam misi personal dan mendarat di lansan pacu komersial. Kejadian itu itu membuatnya dipecat secara tidak hormat. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

Edwin pilot muda, usianya baru dua puluh delapan tahun, direkrut dari angkatan udara. Ia lulus terbaiik akademi dan memiliki karir

militer yang cemerlang, hingga dia nekad menerbang pesawat tempur dalam misis personal dan mendaratkannya di landasan pacu komersial. Insiden itu membuat berang atasannya. Dia dipecat tidak hormat.

Aku yang merekrut Edwin lima tahun lalu, tertawa saat tahu apa misi personalnya. Edwin hanya ingin bergegas pulang menemui ibunya yang sakit keras di kota lain. Aku menawarkannya untuk menjadi pilot Keluarga Tong __ dengan bonus dia bebas memakai beberapa pesawat jet canggih milik keluarga Tong. Bahkan kalaupun dia hanya ingin mengajak ibunya makan siang di Hawai, tidak akan ada yang memecatnya. Anak muda itu menyetujuinya. Dia jelas adalah pilot serba bisa, dia juga bisa menerbangkan helikopter hingga pesawat amfibi (Liye, 2015: 70).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” novel Pulang karya Tere Liye.

f. Membuat Kesimpulan

Pada cerita keenam, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang dilukiskan mempunyai sifat yang pintar mengambil perhatian kepada Master Dragon, pemberani, dan patuh terhadap nasihat yang telah diberikan mamaknya (teknik ekspositori). Tauke Besar memiliki sifat yang bertanggung jawab terhadap janjinya kepada bapak Bujang (teknik ekspositori). Master Dragon digambarkan adalah pucuk tertinggi penguasa shadow economy daratan Cina yang merupakan kepala seluruh keluarga memiliki karakter tegas dan ramah kepada Bujang (teknik ekspositori). Baysir digambarkan sebagai sahabat bujang yang memiliki sifat senang mengolok bujang (teknik dramatik). Kopong sebagai kepala tukang pukul di Keluarga Tong yang tegas (teknik dramatik) dan perhatian kepada Bujang

(teknik ekspositori). Edwin dilukiskan sebagai pilot muda yang berkerja di Keluarga Tong besifat pintar dan pemberani (teknik ekspositori).

7. Bagian Ketujuh