• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

19. Bagian Kesembilan Belas

Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dalam novel Pulang karya Tere Liye

Dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” menceritakan kembali masa lalunya Bujang, ketika dia berada di London, Mansur mendadak menelepon, memberi tahu bahwa Kopong jatuh sakit. Dalam keadaanya yang sudah sangat memburuk, dia ingin bertemu dengan Bujang sebelum dia mati. Sesampai Bujang di Ibu Kota, Kopong menceritakan kisah cinta Samad dan Midah yang merupakan Bapak dan mamak Bujang. Lima belas tahun Samad menjadi tukang pukul di Keluar Tong, dengan kaki satu yang lumpuh akibat peperangan, Samad tetap melakukan apa pun yang bisa dilakukan oleh tukang pukul. Hingga suatu saat, Samad meminta kepada Tauke untuk berhenti menjadi tukang pukul. Samad

merasa bahwa dia telah gagal melindungi Tauke Besar, ayahnya Tauke Besar yang sekarang. Tauke dengan berat hati akhirnya menyetujui permintaan Samad. Kopong pun ikut mengantar Samad pulang ke Kampungnya. Keesokan harinya, Samad ingin melamar Midah. Petua-petua di kampong Midah tidak menyetujui lamaran Samad. Itu bukan pertama kali samad melamar Midah, Tuanku Imam yang lama yaitu ayahnya Midah juga menolak lamaran Samad. Ketikah ayahnya Midah sudah meninggal, Tuanku Imam digantikan oleh kakanya Midah. Tuanku Imam menerima lamaran Samad dan siang harinya Samad dan Midah pun langsung menikah. Sore harinya, Samad mengajak Midah untuk pindah ke kampung lain, mereka tidak bisa harus terus tinggal di sana. Dua puluh tahu sejak saat itu, Samad hilang dari Keluarga Tong, hingga sepucuk surat telah tiba, memberi tahu bahwa putra tertuanya sudah berusia lima belas tahun. Tauke datang seolah untuk berburu, meski sebenarnya dia datang untuk menjemput Bujang (Liye, 2015:303-316).

b. Merumuskan Masalah

a) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dari novel Pulang karya Tere Liye

b) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dari novel Pulang karya Tere Liye

c. Merumuskan Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.

Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat perhatian, sedangkan yang bereperan sebagai tokoh tambahan adalah Kopong bersifat perhatian, Tauke Besar bersifat ramah, Samad bersifat pantang menyerah, dan Tuanku Imam bersifat bijaksana.

d. Mengumpulkan Data

1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kesembilan belas? a) Bujang b) Kopong c) Tauke Besar d) Samad e) Tuanku Imam

2) Siswa menentukan penokohan dalam berita kesembilan belas! a) Bujang

Bujang digambarkan memiliki sifat yang yang perhatian kepada Kopong yang sedang sakit. Sifat perhatian Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut:

“Apa kabar, Kopong?” Aku bertanya, tersenyum.

“Seperti yang kau lihat, Bujang.” Kopong beranjak duduk, wajahnya meringis menahan sakit.

Aku membantunya, memasangkan bantal di punggung (Liye, 2015: 305).

b) Kopong

Kopong memiliki sifat yang peduli kepada Tauke Besar dan Keluarga Tong. Sebelum Kopong meninggal, dia memberikan amanah kepada bujang agar menjaga Tauke Besar dan Keluarga Tong. Sifat peduli tauke dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut:

“Aku akan pergi, Bujang. jaga tauke Besar, jaga Keluarga Tong. Besok lusa, kaulah yang akan menjadi tauke di sini. Kau bisa membawa seluruh keluarga ke mana pun kau suka. Termaksud akan menjadi apa kau sendiri. Apakah tetap menjadi perewa seperti kakek dan bapakmu, atau menjadi pemuda yang baik seperti kakekmu dari ibumu, dari Tuanku Imam. Di keluarga ini, seluruh masa lalu, hari ini, dan masa depan akan selalu berkelindan, kait-mengait. Esok lusa kau akan lebih memahaminya” (liye, 2015: 315).

c) Tauke Besar

Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang ramah. Sifat ramah Tauke Besar dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:

“Akhirnya kau tiba, Bujang.” Tauke Besar berdiri menyambutku, juga Mansur (Liye, 2015: 304).

d) Samad

Samad digambarkan sebagai bapak Bujang yang sangat mencintai Midah, mamak Bujang. Sebelum Kopong meninggal, dia menceritakan kepada Bujang tentang Samad yang tidak meyerah mengejar cinta sejatinya. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung.

Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: ‘Aku tidak akan mundur, Tuanku Imam.’ Samad menegakkan kepala, matanya yang basah menatap sekitar, suaranya terdengar bergetar,

‘Aku memang keturunan seorang perewa, tapi aku mencintai adik

Anda. Aku mencintainya sejakremaja, dan dia juga mencintaiku. Seluruh kampong tahu itu.’

‘Diam kau, Samad. Tahu apa kau tentang cinta, hah?’ Salah satu tetua, memotong.

‘Aku tahu, Wak! Setelah lima belas tahun seluruh kesedihan ini

harus kutanggung. Lima belas tahun menanggung kerinduan. Hari ini aku kembali melamar Midah, Wak. Aku tidak akan mundur seperti dulu. Matipun akan kuhadapi’ (Liye, 2015: 312).

e) Tuanku Imam

Tuanku Imam digambarkan sebagai kakak tertua dari Midah yang Bijaksana terhadap tetua kampung yang menolak lamaran Samad kepada Midah. Sifat Bijaksanan Tuanku Imam dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

Tuanku Imam menggeleng. ‘Aku tahu persis kejadian lima belas tahun lalu, aku juga hadir di masjid ini saat Samad melamar. Bapakku tidak pernah menolak perjodohan mereka. Tapi kalian, kalianlah yang membuatnya ditolak, membuat bapakku ragu-ragu, hingga kemudian menuruti mau kalian. Tapi tidak untuk kali ini, aku akan menerima lamaran Samad. Semua orang berubah, Samad bisa menjadi bagian dari keluarga ini sejak dulu kita kejam sekali kepadanya. Aku menyetujui dia menikah dengan adikku, Midah, apa pun pendapat tetua. Ingatlah nasihat-nasihat Tuanku Imam Agam, guru pertama di kampong ini yang mengajak perewa tinggal bersama. Dia jangan-jangan akan malu melihat kita, karena Tuanku Imam Agam selalu meberi kesempatan kepada siapa pun’ (liye, 2015: 313).

e. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” novel Pulang karya Tere Liye.

f. Merumuskan Kesimpulan

Pada cerita kesembilan belas, ditemukan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki sifat yang perhatian kepada Kopong yang sedang sakit (teknik dramatik). Kopong memiliki sifat yang peduli kepada Tauke Besar dan Keluarga Tong (teknik dramatik). Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang ramah (teknik dramatik). Samad digambarkan sebagai bapak Bujang yang sangat mencintai Midah (teknik ekspositori). Tuanku Imam digambarkan sebagai kakak tertua dari Midah yang Bijaksana (teknik dramatik).

20. Bagian Kedua Puluh