• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2 Dugaan Parameter Persamaan Struktural

6.2.2 Bahan Baku Biodiesel

Hasil pendugaan parameter persamaan produksi olein memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 96.17 persen. Hal ini berarti variasi variabel- variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan 96.17 persen fluktuasi variabel produksi olein. Variabel endogen di dalam persamaan produksi olein dipengaruhi secara nyata oleh variabel-variabel penjelas secara bersama- sama pada taraf nyata (α) 0.01 yang ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 100.68.

Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Olein Indonesia Tahun 1988 – 2009

VARIABEL Parameter

Dugaan Prob ITI Signifikansi QOL Produksi Olein Indonesia

Intercept 367.4066 0.3622

Harga Domestik CPO (DCPO) -0.55529 0.3033

Harga Minyak Bumi (WOIL) 0.00281 0.5819

Produksi Minyak Goreng Kelapa Sawit (QMGR)

12.0531 0.9057

Lag QOL (LQOL) 0.99541 0.0002 A

F-Hitung = 100.68 ; R2 = 0.9617 ; Dw = 2.272097

Tabel 18 menunjukkan hasil pendugaan persamaan produksi olein. Produksi olein secara nyata dipengaruhi oleh produksi olein tahun sebelumnya dengan nilai parameter dugaan sebesar 0.99541. Hal ini terkait dengan kebijakan penggunaan nilai produksi olein tahun sebelumnya sebagai acuan dalam penentuan target produksi olein tahun berikutnya.

b. Produksi Stearin

Hasil pendugaan parameter persamaan produksi stearin memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 96.17 persen. Hal ini berarti variasi variabel- variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan 96.17 persen fluktuasi variabel produksi stearin. Variabel endogen di dalam persamaan produksi stearin dipengaruhi secara nyata oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata (α) 0.01 yang ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 100.66.

Tabel 19 menunjukkan hasil pendugaan persamaan produksi stearin. Produksi stearin secara nyata dipengaruhi oleh produksi stearin tahun lalu dengan nilai parameter dugaan sebesar 0.99576. Hal ini terkait dengan kebijakan penggunaan nilai produksi stearin tahun sebelumnya sebagai acuan dalam penentuan target produksi stearin tahun berikutnya.

Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Stearin Indonesia Tahun 1988 – 2009

VARIABEL Parameter Dugaan Prob ITI Signifikansi

QST Produksi Stearin Indonesia

Intercept 78.16184 0.4915

Harga Domestik CPO (DCPO) -0.12805 0.2277

Harga Minyak Bumi (WOIL) 0.00070 0.5561

Produksi Margarin (QMGN) 0.040549 0.9174

Lag QST (LQST) 0.99576 0.0005 A

F-Hitung = 100.66 ; R2 = 0.9617 ; Dw = 2.271421

6.2.3 Minyak Goreng Sawit

a. Produksi Minyak Goreng Sawit

Hasil pendugaan parameter persamaan produksi minyak goreng sawit memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 80.23 persen. Hal ini berarti variasi variabel-variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan 80.23 persen fluktuasi variabel produksi minyak goreng sawit. Variabel endogen

di dalam persamaan produksi minyak goreng sawit dipengaruhi secara nyata oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata (α) 0.01 yang ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 77.14.

Tabel 20 menunjukkan hasil pendugaan persamaan produksi minyak goreng sawit. Produksi minyak goreng sawit secara nyata dipengaruhi oleh harga minyak goreng sawit tahun lalu dan produksi minyak goreng sawit tahun lalu. Masing-masing dengan nilai parameter dugaan sebesar 0.004743 dan 0.799743. Tabel 20. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Minyak Goreng Sawit

Indonesia Tahun 1988 – 2009

VARIABEL Parameter

Dugaan Prob ITI Signifikansi QMGR Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia

Intercept -3.55793 0.0001

Lag Harga Minyak Goreng Sawit (PMGR) 0.004743 0.0001 A

Harga Minyak Goreng Kelapa (PMGK) 0.000257 0.5915

Lag QMGR (LQMGR) 0.799743 0.0001 A

F-Hitung = 77.14 ; R2 = 0.8023 ; Dw = 1.213433

Harga minyak goreng sawit tahun lalu merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi minyak goreng sawit dengan nilai parameter dugaan 0.004743. Jika harga minyak goreng sawit tahun lalu naik sebesar Rp. 1 per kg maka produksi minyak goreng sawit akan meningkat sebesar 0.004743 juta ton per tahun atau 4.743 ribu ton per tahun. Kenaikan harga minyak goreng sawit akan memberikan insentif kepada produsen untuk meningkatkan produksi minyak goreng sawit.

Faktor lain yang berpengaruh nyata terhadap produksi minyak goreng sawit adalah besarnya produksi minyak goreng sawit tahun lalu. Hal ini terkait dengan penggunan nilai produksi minyak goreng sawit tahun lalu sebagai acuan dalam penentuan target produksi minyak goreng sawit tahun berikutnya.

b. Permintaan Minyak Goreng Sawit

Hasil pendugaan parameter persamaan permintaan minyak goreng sawit memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 91.61 persen. Hal ini berarti variasi variabel-variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan 91.61 persen fluktuasi variabel permintaan minyak goreng sawit. Variabel endogen di dalam persamaan permintaan minyak goreng sawit dipengaruhi secara nyata oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata (α) 0.01 yang ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 98.30.

Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Minyak Goreng Sawit Indonesia Tahun 1988 – 2009

VARIABEL Parameter

Dugaan Prob ITI Signifikansi DMGR Permintaan Minyak Goreng Sawit

Intercept -1.12712 0.0330

Harga Minyak Goreng Sawit (PMGR) -0.00034 0.5556

Rasio Penawaran Agregat dan Populasi (RAS)

2.15857 0.0001 A

F-Hitung = 98.30 ; R2 = 0.9161 ; Dw = 0.996758

Tabel 21 menunjukkan hasil pendugaan persamaan permintaan minyak goreng sawit. Permintaan minyak goreng sawit secara nyata dipengaruhi oleh penawaran agregat per kapita. Hal ini tercermin dari nilai parameter dugaan sebesar 2.15857, artinya peningkatan penawaran agregat per kapita sebesar Rp. 1 trilyun per juta penduduk akan menaikkan permintaan minyak goreng sawit sebesar 2.15857 juta ton. Kenaikan produksi nasional per kapita menunjukkan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada kenaikan pengeluaran rumah tangga termasuk penggunaan minyak goreng sawit sehingga permintaan minyak goreng sawit meningkat.

c. Harga Minyak Goreng Sawit

Hasil pendugaan parameter persamaan harga minyak goreng sawit memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 73.64 persen. Hal ini berarti variasi variabel-variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan 73.64 persen fluktuasi variabel harga minyak goreng sawit. Variabel endogen di dalam persamaan harga minyak goreng sawit dipengaruhi secara nyata oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata (α) 0.01 yang ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 15.84.

Tabel 22 menunjukkan hasil pendugaan persamaan harga minyak goreng sawit. Harga minyak goreng sawit secara nyata dipengaruhi oleh harga domestik minyak kelapa sawit. Hal ini tercermin dari nilai parameter dugaan sebesar 0.76813, artinya peningkatan harga domestik minyak kelapa sawit sebesar Rp. 1 per kg akan menaikkan harga minyak goreng sawit sebesar Rp. 0.768 per kg. Kenaikan harga domestik minyak kelapa sawit sebagai input minyak goreng sawit menyebabkan biaya produksi minyak goreng sawit meningkat sehingga mendorong produsen untuk menaikkan harga minyak goreng sawit.

Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Minyak Goreng Sawit Indonesia Tahun 1988 – 2009

VARIABEL Parameter

Dugaan Prob ITI Signifikansi PMGR Harga Minyak Goreng Sawit

Intercept 366.2157 0.0101

Harga Domestik CPO (DCPO) 0.76813 0.0001 A

Permintaan Minyak Goreng Sawit (DMGR) 5.66588 0.7505

Lag PMGR (LPMGR) 0.02780 0.8489

F-Hitung = 15.84 ; R2 = 0.7364 ; Dw = 1.685055