• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi riil dengan perubahan tingkat pengangguran dikenal sebagai Hukum Okun. Menurut Hukum Okun, satu poin tambahan pengangguran akan menurunkan PDB sebesar dua persen. Hubungan ini dinyatakan dalam persamaan (11) sebagai berikut (Dornbusch et al., 2004) :

--- = - ω ( u – u* ) ...(11)

dimana Y adalah tingkat output aktual, Y* adalah tingkat output alamiah, u adalah tingkat pengangguran aktual, u* adalah tingkat pengangguran alamiah dan ω = 2.

Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi, dapat dilihat persamaan (12) yang merupakan model pertumbuhan neoklasik yang diperluas.

Dy = F( y, y*)...(12) dimana, Dy adalah laju pertumbuhan output per kapita, y adalah tingkat output per kapita sekarang dan y* adalah tingkat target output per kapita atau tingkat output per kapita jangka panjang.

Dalam model neoklasik, kenaikan hasil yang semakin berkurang (the diminishing returns) pada akumulasi modal mengimplikasikan adanya suatu laju pertumbuhan ekonomi (Dy), yang berhubungan secara berkebalikan (inverse) dengan tingkat output (y), pada nilai y* tertentu. Variabel y dipengaruhi oleh

Y – Y* Y*

modal fisik, modal manusia dan input-input lainnya termasuk teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Nilai y* dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, jumlah penduduk dan lain sebagainya.

Suatu kebijakan pemerintah berpotensi menaikkan laju pertumbuhan (Dy), yang kemudian akan secara berangsur-angsur menaikkan tingkat output per kapita (y). Ketika output naik, laju pertumbuhan (Dy) meningkat, dan peningkatan tersebut mengalami diminishing returns. Pada jangka panjang, dampak kebijakan tersebut hanya berpengaruh pada peningkatan output per kapita, sedangkan dampak terhadap laju pertumbuhan semakin mengecil hingga sama dengan nol.

Teori mengenai pertumbuhan ekonomi pada awalnya dikembangkan oleh Rostow (1980) melalui teori tahapan pertumbuhan yang menyatakan bahwa perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara sebagai berikut : 1. Tahap pertama adalah traditional society, dimana perekonomian didominasi

oleh aktivitas subsisten dimana hasil panen lebih banyak digunakan untuk konsumsi dari pada dijual. Pertanian merupakan industri yang paling penting, bersifat produksi intensif tenaga kerja dengan penggunaan modal yang terbatas.

2. Tahap kedua adalah prasyarat untuk lepas landas, yang ditandai oleh adanya perbaikan infrastruktur seperti jalan raya, pelabuhan, lapangan terbang yang dapat meningkatkan pendapatan, tabungan dan investasi serta menumbuh kembangkan banyak pelaku usaha.

3. Tahap ketiga adalah lepas landas, yang merupakan tahap peningkatan industrialisasi, dimana sebagian pekerja berpindah dari sektor pertanian ke sektor industri.

4. Tahap keempat adalah proses pematangan, yang merupakan tahap dimana perekonomian sedang melakukan diversifikasi ke area-area baru

5. Tahap kelima adalah konsumsi tinggi dari masyarakat, yang merupakan tahap dimana perekonomian disesuaikan ke arah kebutuhan konsumsi masyarakat luas.

Teori pertumbuhan ekonomi berikutnya yang terkenal adalah Teori Harrod- Domar yang menyatakan bahwa investasi berperan ganda, disatu sisi meningkatkan kemampuan produktif (productive capacity) dari perekonomian dan disisi lain menciptakan atau meningkatkan permintaan (demand creating) dalam perekonomian. Investasi dalam Teori Harrod-Domar merupakan faktor penentu yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Tabungan dan investasi dianggap sebagai kekuatan sentral di balik pertumbuhan ekonomi.

Kaitan antara pertumbuhan ekonomi, tabungan dan investasi dalam model Harrod-Domar dapat dinyatakan sebagai berikut (Mankiw, 2007) :

Misalkan tabungan (S) merupakan bagian tertentu atau s, dari pendapatan nasional (Y). Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan matematis sederhana :

S = sY ...(13) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang diwakili oleh ∆K, sehingga dapat dituliskan juga dalam persamaan matematis :

Karena jumlah stok modal K berhubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output Y sebagaimana ditunjukkan oleh rasio modal-output maka : K/Y = k atau ∆K/∆Y = k, sehingga :

∆K = k∆Y ...(15) Mengingat jumlah keseluruhan tabungan nasional (S) harus sama dengan keseluruhan investasi (I) maka hubungan tersebut dapat ditulis dalam persamaan :

S = I ...(16) Dari persamaan (16) dengan demikian maka identitas tabungan yang merupakan persamaan modal dapat tulis :

S = sY = k∆Y = ∆k = I ...(17) atau dapat disederhanakan menjadi :

sY = k∆Y ...(18) Selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan dibagi dengan Y dan k, maka akan diperoleh persamaan :

s/k = ∆Y/Y ...(19) dimana ∆Y/Y adalah pertumbuhan ekonomi, s adalah tingkat tabungan nasional, k adalah incremental capital output ratio (∆K/∆Y atau I/∆Y), Y adalah output nasional atau GNP, K adalah stok kapital dan I adalah investasi.

Persamaan (19) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (∆Y/Y)

ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio modal output nasional (k). Ini bisa diartikan bahwa agar suatu perekonomian dapat tumbuh, maka perekonomian itu haruslah menabung dan menginvestasikan sebesar proporsi yang tertentu dari GNP-nya (Todaro dan Smith, 2006).

Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar kemudian dikembangkan menjadi Teori Pertumbuhan Solow dengan menambahkan faktor tenaga kerja dan teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan. Perbedaan antara Teori Harrod- Domar dengan Teori Pertumbuhan Solow adalah, jika Teori Harrod-Domar mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, maka Teori Pertumbuhan Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis terpisah, jika keduanya dianalisis bersamaan atau sekaligus maka Solow juga menggunakan asumsi skala hasil tetap.

Model Teori Pertumbuhan Solow dalam bentuk formal dapat dituliskan dalam bentuk fungsi produksi agregat (Dornbusch et al., 2004) :

Y(t) = F(K(t)α , [A(t)L(t)]1-α) ...(20)

dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen serta α merupakan elastisitas output terhadap modal (persentase kenaikan GDP akibat penambahan satu persen modal fisik dan modal manusia). Model Pertumbuhan Solow sering disebut juga model pertumbuhan eksogen karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Model pertumbuhan Solow menyatakan bahwa perekonomian berbagai negara akan konvergen pada tingkat pendapatan yang sama jika negara-negara tersebut memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Berbeda dengan Model Harrod-Domar, Model pertumbuhan Solow membolehkan substitusi antara modal dan tenaga

kerja. Dengan asumsi skala hasil konstan, jika input dinaikkan dengan jumlah yang sama maka output akan meningkat dengan jumlah yang sama, yang dapat dituliskan dalam bentuk matematis :

Y = F( K, L) ...(21) dimana > 0. Jika = 1/L maka persamaan di atas dapat dituliskan menjadi :

Y/L = F(K/L, 1) …….. ...(22) atau

y = f(k) ...(23) sehingga penyederhanaan di atas menghasilkan fungsi produksi yang hanya berhubungan dengan satu variabel.

Adanya ketidakpuasan terhadap Teori Pertumbuhan Solow mendorong munculnya Teori Pertumbuhan Baru karena adanya anggapan bahwa kinerja teori pertumbuhan neoklasik atau Solow tidak memuaskan dalam menjelaskan sumber- sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Teori neoklasik menyatakan bahwa sebagian besar sumber pertumbuhan ekonomi merupakan faktor eksogen atau proses yang sama sekali independen dari kemajuan teknologi (Todaro dan Smith, 2006).

Teori Pertumbuhan Baru memberikan kerangka teoritis dalam menganalisis pertumbuhan endogen yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi, bukan oleh kekuatan di luar sistem. Model pertumbuhan baru menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan konsekuensi alamiah dari keseimbangan jangka panjang. Teori Pertumbuhan Baru berusaha untuk menjelaskan perbedaan tingkat pertumbuhan antar negara maupun faktor-faktor yang memberi proporsi lebih besar dalam pertumbuhan yang sedang diobservasi.

Teori Pertumbuhan Baru sering digambarkan dalam persamaan sederhana yaitu Y = AK (Dornbusch et al., 2004), dimana A adalah semua faktor yang mempengaruhi teknologi dan K adalah modal fisik dan modal sumberdaya manusia. Dalam persamaan ini tidak terdapat hasil yang semakin menurun (diminishing returns) atas modal, sehingga ada kemungkinan investasi modal fisik dan modal sumberdaya manusia dapat meningkatkan produktivitas, yang berbeda dengan hasil yang semakin menurun. Hasil akhir dari teori pertumbuhan endogen adalah diperolehnya pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan.

3.4 Dampak Pengembangan Biodiesel dari Kelapa Sawit