• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kamus Linguistik (1993) disebutkan bahwa prokem merupakan ragam nonstandar bahasa Indonesia yang lazim digunakan oleh remaja di Jakrta. Ragam prokem ditandai dengan kata-kata dari bahasa Indonesia atau bahasa Betawi.

KBBI bahasa prokem adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan. Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul adalah bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di Negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia.

Sumarsana dan Partana (2002:153-154, dalam Suwakil, 2018) bahasa

prokem merupakan bahasa yang awalnya digunakan oleh kaum pencoleng,

pencopet, bandit, dan sebangsanya yang memiliki fungsi sebagai bahasa rahasia, namun sekarang bahasa tersebut digunakan oleh remaja khususnya di Jakarta. Sementara menurut Chaer dan Agustina (2004:67, dalam Suwakil, 2018:25) bahasa prokem adalah variasi bahasa yang bersifat khusus dan

rahasia. Artinya variasi bahasa ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu.

Bahasa prokem bukanlah bahasa resmi Indonesia, meskipun bahasa ini digunakan secara luas dalam percakapan verbal di kehidupan sehari-hari. Cara penggunaan bahasa prokem dilafalkan sama seperti halnya dengan bahasa Indonesia. Struktur dan tata bahasa dari bahasa prokem atau bahasa gaul tidak jauh berbeda dari bahasa formalnya bahasa Indonesia. Dalam banyak kasus, kosakata yang dimilikinya hanya merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan bahasa prokem ada pada perbendaharaan katanya.

Bahasa prokem berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bahasa ini cenderung menggunakan ragam santai dalam penggunaannya. Hal ini bisa dilihat dari kosakata, struktur kalimat, dan intonasi yang mencerminkan bahasa prokem ini tidak baku atau kaku. Bahasa

prokem lebih sering digunakan pada anak-anak muda zaman sekarang. Bagi

anak-anak zaman sekarang, menggunakan bahasa prokem dalam berbicara dikehidupan sehari-hari merupakan hal yang sangat keren. Contoh bahasa

prokem yang sering digunakan anak Indonesia:

1) Galau, kata ini merupakan suatu ungkapan perasaan bingung, bimbang, ataupun cemas terhadap sesuatu yang dirasakan. Misalnya: “Gua lagi galau nih mau beli yang ini atau yang itu?” 2) PAP, kata ini merupakan sebuah singkatan dari bahasa Inggris Post

untuk menyuruh mengirim atau memposting foto lawan bicaranya yang jauh di sana. Misalnya: “Lu dimana? PAP dong.”

3) Bokap, kata ini merupakan suatu ungkapan panggilan kepada orang tua laki-laki yang artinya sama dengan ayah/bapak/papa. Misalnya: “Gua baru dikasi uang belanja nih sama bokap.”

4) Nyokap, kata ini merupakan suatu ungkapan panggilan kepada orang tua perempuan yang artinya sama dengan ibu/mama/bunda. Misalnya: “Nyokap gua baru pulang dari Amerika.”

5) Baper, kata ini merupakan sebuah singkatan dari kata bawa perasaan. Misalnya: “Baperan banget kamu jadi orang”

6) Sans, kata ini merupakan sebuah singkatan dari kata santai dengan ditambahi S. Misalnya: “Sans aj, gue gak marah kok.”

7) Nongs, kata ini merupakan sebuah singkatan dari kata nongkrong atau ngumpul dengan ditambahi S yang sama dengan sans. Misalnya: “Udah lama ya kita gak nongs bareng.”

8) Mager, kata ini merupakan singkatan dari malas gerak. Misalnya: “Lu mager banget sih.”

9) Sabi, kata ini merupakan sebuah kata yang dibalik dari kata aslinya. Jika dibalik sabi adalah bisa. Kata ini sering digunakan anak-anak gaul Indonesia saat berinteraksi dengan teman sebaya mereka. Misalnya: “Gua sabi aj kalau mau nongs besok.”

10) Santuy, kata ini merupakan sebuah kata yang digunakan untuk suatu kekaguman seseorang terhadap apa yang dilihatnya. Misalnya: “Santuy aja gaes!”

Mungkin sebagian besar orang tidak mengerti arti dari kata-kata dalam bahasa prokem. Tetapi tidak untuk remaja "gaul" yang sering menggunakan jejaring sosial. Mereka sangat familiar dengan kata-kata aneh semacam ini, bahkan bisa jadi mereka ikut menggunakan bahasa itu. Zaman modern seperti ini, penggunaan internet menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi adanya penggunaan bahasa prokem untuk anak-anak muda sekarang. Sudah semakin biasa bagi masyarakat umum, maka tidak kaget bila bahasa prokem cepat tersebar di masyarakat. Banyak remaja yang salah mengartikan manfaat dari situs jejaring sosial, mereka lebih banyak menggunakan situs jejaring sosial sebagai media mencari eksistensi. Whatsapp menjadi salah satu jejaring sosial komunikasi yang digunakan anak muda dan masyarakat di luar sana dalam hal

chattingan. Bahasa prokem juga tak jarang muncul dalam komunikasi

menggunakan jejaring sosial whatsapp.

Selanjutnya, bahasa prokem memperkaya bahasa para remaja. Bahasa

prokem membuat mereka memiliki berbagai ragam bahasa yang berbeda-beda.

Tetapi jika dilihat dari sudut pandang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, bahasa prokem juga merusak bahasa, karena secara tidak langsung bahasa Indonesia yang baik dan benarpun semakin ditinggalkan seiring dengan berjalannya waktu. Bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah jarang digunakan oleh anak-anak, bahkan ketika berbicara dengan orang yang

lebih tua mereka juga tidak segan menggunakan bahasa prokem tersebut terutama saat chattingan menggunakan jejaring sosial whatsapp. Itu dilakukan karena menurut mereka bahasa gaul lebih mudah digunakan dan lebih kelihatan keren atau “gaul” jika menggunakannya.

Bahasa prokem merupakan salah satu variasi bahasa. Sama halnya dengan jenis bahasa lain, bahasa prokem memiliki karakteristik. Karakteristik ini yang membedakan bahasa prokem dengan bahasa lain. Flexner (1999, dalam Endah, 2009), mencirikan bahasa prokem yaitu 1) ragam bahasa tidak resmi, 2) berupa kosakata yang ditemukan oleh kelompok orang muda atau kelompok sosial tertentu dan cepat berubah, 3) menggunakan kata-kata lama atau baru dengan cara baru atau arti baru, 4) dapat berwujud pemendekan kata seperti akronim dan singkatan, 5) diterima sebagai kata populer namun akan segera menghilang dari pemakaian, 6) merupakan kreasi bahasa yang terkesan kurang ajar, 7) berupa kata atau kalimat yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia, 8) mempuyai bentuk yang khas melalui macam-macam pembentukan.

Mastuti (2008, dalam Endah, 2009) menjelaskan bahwa bahasa gaul terbentuk melalui beberapa cara, diantaranya: 1) proses nasalisasi “kata kerja + in” misal: < curhat + in = curhatin >, 2) bentuk pasif 1: “di + kata dasar + in” misal: < di + ghibah + in = dighibahin >, 3) bentuk pasif 2: “ke + kata dasar” misal: < ke + gabut = kegabutan >, 4) penghilangan huruf atau fonem awal, misal < ilang = hilang >, 5) penghilangan huruh „h‟ pada awal suku kata bentuk baku, misal < habis = abis >, 6) pemendekan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda, misal < jam berapa = jamber >, 7) penggunaan istilah

lain, misal < gercep = gerak cepat >, 8) penggantian huruf „a‟ dengan „e‟, misal < kenapa = kenape >, 9) penggantian diftong „au‟ dengan „o‟ dan „ai‟ dengan „e‟, misal < kalau = kalo, dan sampai = sampe >, 10) pengIndonesiaan bahasa asing (Inggris), misal < ASAP (As Soon As Possible = secepatnya kalau bisa >, 11) penggunaan bahasa Inggris secara utuh, misal < savage = nekad/berani >, 12) tambahan awalan „ko‟, misal < ko + muka = komuk >, 13) kombinasi „e + ong‟, misal < r(+e) mp (+ong) rempong = ribet >, 14) tambahan sisipan „pa/pi/pu/pe/po‟, misal < ma (+pa) ti (+pi) mapatipi = mati >, 15) sisipan „in‟, misal < b(in)an c (in)i binancini = banci>.

Dokumen terkait