• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada penelitian berjudul Penggunaan Bahasa Prokem Mahasiswa PBSI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2015 dalam Jejaring Sosial Whatsapp bertujuan untuk menjelaskan bentuk bahasa prokem dan fungsi

bahasa prokem mahasiswa PBSI USD Yogyakarta angkatan 2015 dalam jejaring sosial whatsapp. Peneliti menggunakan teori sosiolinguistik, terutama variasi bahasa dari penutur dalam melakukan penelitian ini. Sasaran dalam penelitian ini merupakan tuturan-tuturan yang diduga mengandung bahasa

prokem.

Peneliti akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai data-data yang telah didapat melalui analisis data sebelumnya. Pada sub bab ini terdapat data-data tuturan atau data-data penelitian yang telah dianalisis sesuai dengan teori yang dipaparkan peneliti. Teori yang telah dipaparkan oleh peniliti mengenai teori sosiolinguistik, khususnya mengenai variasi bahasa. Variasi bahasa menurut Kridalaksana adalah ujud pelbagai bahasa yang digunakana oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi. Bahasa prokem termasuk ke dalam variasi bahasa. Menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (1982: 156) slang atau

prokem merupakan ragam bahasa yang tak resmi yang dipakai oleh kaum

remaja atau kelompok-kelompok social tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha supaya orang-orang kelompok lain tidak mengerti, berupa kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Bahasa slang atau prokem ini

adalah jenis bahasa yang tidak resmi. Maka pusat penelitian ini merupakan tuturan-tuturan yang mengandung bahasa prokem.

Selanjutnya, pembahasan sub bab ini didasarkan atas dua rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori yang telah dipaparkan oleh peneliti dengan hasil data tuturan-tuturan hasil penelitian. Kedua rumusan masalah tesebut, yaitu bentuk bahasa prokem dan fungsi bahasa prokem yang digunakan mahasiswa PBSI USD Yogyakarta angkatan 2015 dalam Jejaring Sosial Whatsapp. Setiap kategori yang ada dalam kedua rumusan masalah tersebut, sebagai berikut:

4.2.3 Bentuk Bahasa Prokem

Dilihat dari aspek bahasa prokem yang digunakan mahasiswa PBSI USD Yogyakarta angkatan 2015 dalam Jejaring Sosial Whatsapp, memiliki bentuk sebagai berikut:

1. Aspek kata yaitu berbentuk kata tunggal dan kata kompleks. Dalam KBBI, kata tunggal merupakan satu kosakata bebas yang belum mengalami proses morfologis. Proses morfologis yang dimaksud merupakan afiksasi, reduplikasi, akronim, dan singkatan. Selanjutnya, kata kompleks merupakan kosakata yang telah melalui proses morfologis, seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, proses akronim, dan proses penyingkatan kata.

Berdasarkan data tuturan yang telah dianalisis di atas, peneliti menemukan 24 (dua puluh empat) kata prokem yang berbentuk kata tunggal dan 29 (dua puluh sembilan) kata prokem yang berbentuk kata kompleks. Prokem yang berbentuk kata kompleks dibagi menjadi, 1 (satu) prokem yang melalui proses afiksasi, 1 (satu) prokem yang melalui proses reduplikasi, dan 2 (dua) prokem yang melalui proses akronim.

2. Aspek kalimat yaitu kalimat tunggal. Menurut Putrayasa, I.B. (2017: 67) kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal itu berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan.

Data tuturan yang mengandung kalimat tunggal yaitu berjumlah 53 (lima puluh tiga) tuturan. Data tuturan di atas semuanya mengandung kalimat tunggal yang terdiri dari S dan P sebagai konstituennya. Selain itu juga terdapat unsur manasuka, seperti keterangan waktu, suasana, dan tempat.

3. Apek bunyi yaitu, bunyi diftongisasi dan bunyi zeroisasi. Bunyi diftongisasi merupakan proses perubahan satu vokal atau vokal tunggal menjadi dua vokal atau vokal rangkap. Bunyi zeroisasi menurut Muslich, Masnur (2009) merupakan proses penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan.

Data tuturan yang mengandung bunyi diftongisasi berjumlah 1 (satu) tuturan dan yang mengandung bunyi zeroisasi berjumlah 2 (dua) tuturan.

4. Aspek makna dari data tuturan di atas yaitu, makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif merupakan makna yang sebnarnya atau lugas. Sedangkan, makna konotatif merupakan makna yang tidak sebenarnya atau tidak lugas.

Dari data tuturan di atas yang telah dianalisis, tuturan yang mengandung makna denotatif atau makna yang sebenarnya berjumlah 4 (empat) tuturan. Sedangkan, tuturan yang mengandung makna konotatif atau makna yang tidak sebenarnya berjumlah 2 (dua) tuturan.

4.3.2 Fungsi Bahasa Prokem

Dilihat dari aspek bahasa prokem yang digunakan mahasiswa PBSI USD Yogyakarta angkatan 2015 dalam Jejaring Sosial Whatsapp, memiliki fungsi yang sesuai pendapat Keraf (1997: 3) merupakan alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial, sebagai berikut:

1. Aspek kata memiliki fungsi untuk menciptakan suasana humor, mengejek, menyindir, bertanya, memberikan informasi, dan mengungkapkan rasa marah. Data tuturan yang mengandung fungsi

menciptakan suasana humor berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (8), data tuturan yang mengandung fungsi mengejek berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (26), data tuturan yang mengandung fungsi menyindir berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (30), data tuturan mengandung fungsi bertanya berjumlah 1 (satu) tuturan, yiatu data (27), data tuturan yang mengandung fungsi memberikan informasi berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (43), dan data tuturan yang mengandung fungsi mengungkapkan rasa marah berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (48).

2. Aspek kalimat memiliki fungsi untuk mengkritik, menasehati, menyampaikan informasi, dan bertanya. Data tuturan yang mengandung fungsi mengkritik berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (9), data tuturan yang mengandung fungsi menasehati berjumlah 1 (satu) tuturan, yiatu data (19), data tuturan yang mengandung fungsi menyampaikan informasi berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (40), dan data tuturan yang mengandung fungsi bertanya berjumlah 2 (dua) tuturan, yaitu data (2) dan (7).

3. Aspek bunyi memiliki fungsi untuk mengakrabkan, merahasiakan pembicaraan, menyindir, dan mengajak. Data tuturan yang mengandung fungsi mengakrabkan berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (50), data tuturan yang mengandung fungsi merahasiakan pembicaraan berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data

(24), dan data tuturan yang mengandung fungsi mengajak berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (47).

4. Aspek makna memiliki fungsi untuk bertanya, menyindir, mengungkapkan rasa marah, dan merahasiakan pembicaraan. Data tuturan yang mengandung fungsi bertanya berjumlah 2 (dua) tuturan, yaitu data (18) dan (33), data tuturan yang mengandung fungsi menyindir berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (26), data tuturan yang mengandung fungsi mengungkapkan rasa marah berjumlah 1 (satu) tuturan, yaitu data (52).

94 BAB V

PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua pokok, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi mengenai penjabaran dari keseluruhan penelitian ini. Saran berisi mengenai tentang hal-hal relevan yang diperhatikan peneliti selanjutnya. Berikut pemaparan dari kedua hal tersebut.

Dokumen terkait