• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kain cual merupakan warisan budaya dari provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berbentuk fisik. Ada beberapa tahap mulai dari sejarah perkembangan, tahap realisasi gagasan untuk membuat kain cual, tahap pencermatan terhadap hasil produksi kain cual tersebut, serta

tahap pemasaran kain cual tersebut. Berikut ini beberapa tahap dalam proses pembuatan kain cual, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Sejarah Awal/Latar Belakang Munculnya Kain Cual

Kain cual merupakan salah satu peninggalan karya seni yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada awalnya kain cual merupakan kain adat bagi bangsawan yang berada di bagian barat pulau Bangka, yaitu Muntok. Walaupun kain cual ada kemiripan dengan kain songket, namun kain cual ini memiliki motif yang khas dan warna-warni yang berasal dari hasil pintalan berbagai macam benang. Motifnya juga lebih luwes, sehingga motifnya dapat disesuaikan dengan lingkungan dan sekitarnya. Oleh karena itu, motifnya dapat berbentuk tumbuhan, hewan, alam, benda yang berada di lingkungannya. Kain cual ini sudah ada sejak abad XVI dan dalam beberapa waktu terakhir ini industri kain cual mulai menunjukkan adanya perkembangan dalam masyarakat, sehingga adanya keinginan dari masyarakat untuk melestarikan kain cual.

Kain cual ini walaupun memiliki motif yang relatif tua, namun melalui motif inilah kekhasan dari Bangka Belitung akan terlihat apabila dibandingkan dengan motif dari daerah lainnya.

Melalui beberapa peninggalan sejarah menyebutkan bahwa pada awalnya kain cual lebih dikenal sebagai Limar Muntok. Menurut sumber lisan, pada awalnya Mahmud Badaruddin sebagai pewaris sah dari kesultanan Palembang kembali untuk merebut tahta dari pamannya, Kamaruddin pada tahun 1724. Ia dibantu oleh angkatan perang Johor yang dipimpin oleh Daeng Parani dan Penguasa Sintan, Wan Akub bersaudara. Setelah Mahmud Badaruddin berhasil menduduki tahta Palembang kembali, Bangka Belitung diserahkan kepada Wan Akub. Istri yang dinikahi Mahmud Badaruddin, yaitu Mas Ayu Ratu ternyata ingin tinggal di Bangka.

Oleh karena itu, Mahmud Badaruddin memerintahkan kepada Wan

Akub dan Wan Serin untuk membangun sebuah kota, di mana letaknya berhadapan dengan Palembang, sehingga dipilih untuk dijadikan kota. Setelah dibangun kota tersebut (Muntok), kerabat Wan Akub dijemput dari Siantan dan Wan Akub diangkat sebagai kepala negeri di Muntok. Menurut sumber yang ada, kepindahan kaum kerabat Wan Akub dari Siantan ini membawa keterampilan menenun kain yang disebut cual. Kata “cual” berarti celupan benang pada proses awal, benang atau mori yang akan diwarnai, dicelup, atau diikat. Dalam perkembangannya kemudian, kata cual kemudian menjadi sebutan untuk kain ini.

Kain cual masuk dalam kategori tenun ikat dan songket. Ciri khas kain cual itu sendiri, yaitu pada teknik tenunnya yang memadukan teknik cungkit dan tenun ikat. Teknik ini juga dikenal pada beberapa jenis tenun yang ada, misalnya kain Songket Palembang dan kain tenun Siak. Meskipun ada kesamaan, namun perbedaan mendasarnya yaitu dalam tenun songket Palembang, teknik pencungkitan lebih dominan sehingga motifnya didominasi oleh benang emas. Pewarnaan benang pakan melalui pencelupan benang dengan motif susunan bunga penuh dan bunga bertabur, sedangkan kain cual didominasi teknik tenun ikat, sehingga dalam membentuk motif lebih banyak dipakai susunan benang pakan dengan pewarnaan melalui teknik pencelupan, pengikatan dan pemoletan, serta motifnya berupa motif corak dan ruang kosong.

Jika dilihat dari motifnya, kain cual memiliki berbagai macam motif yang merupakan representasi dari kehidupan manusia. Motif-motif tersebut berasal dari lingkungan alam setempat, dari keseharian masyarakat. Motif kain cual antara lain dalam bentuk bunga kundur, bunga hutan, bunga bakung, bunga melati, bunga mentimun, bunga kiambang, bunga cengkih, bunga setaman, bunga serangkai, bunga berseluk, bunga bersanggit, bunga sejurai, bunga

kembar, bunga tunggal, kembang selari, tampuk manggis, buah hutan, buah delima, buah anggur, buah setangai, pisang, kesemek, mengkudu, kuntum merekah, kuntum serangkai, kuntum bersanding, kuntum sejurai, daun bersusun, daun sirih, daun keladi, daun bersanggit bunga, susun sirih pengantin, susun sirih sekawan, daun berseluk, burung serindit, burung balam, burung kurau, kurau mengigal, garuda menyambar, burung merak, ular melingkar, ular tidur, naga berjuang, naga bersabung, naga bertangkup, lebah bergantung, lebah bergayut, belalang rusa, sepatung berkawan, ikan bergelut, ikan sekawan, ketam-ketam, segi penjuru empat, segi penjuru enam, segi lima, segi delapan, segi tiga, segi panjang, bulat penuh, bujur telur, lengkung anak bula.

Motif-motif tersebut memiliki filosofi, misalnya motif bunga melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki, serta segala kebaikan;

motif semut melambangkan kerjasama, sehingga mereka mampu membuat sarang yang besar dan mengangkat benda-benda yang jauh lebih besar dari badannya; motif pucuk rebung melambangkan harapan yang baik seperti pucuk rebung yang kelak akan menjadi bambu yang kuat tetapi lentur. Berbagai motif lainnya, misalnya melambangkan nilai kerukunan seperti pada motif balam dua setengger, akar berpilin, sirih bersusun, kembang setaman; nilai kearifan misalnya dalam motif burung serindit; nilai kasih sayang, misalnya pada motif bunga sekuntum, bunga cengkih, bunga mentimun, bunga bakur, bunga kundur, kuntum setaman, kuntum sejurai; nilai kesuburan, misalnya pada motif pucuk rebung; nilai tanggung jawab, misalnya pada motif siku keluang, akar berjalin.

b. Tahap Realisasi Gagasan Kain Cual

Pada dasarnya motif kain cual itu didasarkan pada keindahan alam, misalnya motif tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagainya.

Untuk membuat suatu motif itu sendiri didasarkan pada motif kain

cual yang sudah berusia ratusan tahun kemudian dimodifikasi menjadi motif baru, sehingga walaupun ada modifikasi namun motif tersebut tidak terlalu berbeda dengan motif aslinya dikarenakan untuk mempertahankan kelestarian budaya yang ada pada motif terdahulu. Untuk membuat suatu kain cual itu sendiri ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1) Mencelup

Mula-mula gulungan benang sutra dipilah menjadi dua, yaitu untuk benang lungsi dan untuk benang pakan. Benang yang digunakan untuk benang lungsi dicelup untuk mendapatkan warna yang diinginkan, serta benang pakan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagiannya dicelup, sedangkan sebagiannya lagi diikat dan dipalet, yaitu diwarnai dengan warna berbeda lalu digulung dalam palet. Berikut tahapan dalam proses pencelupan, yaitu sebagai berikut:

a) Proses degumming, yaitu proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine), di mana dalam proses ini benang sutra dimasak dalam larutan sabun dengan sedikit alkali dengan air yang mendidih. Caranya yaitu sutra mentah direndam dalam larutan tinovetine Ju (1-2 kg/lt) dan abu soda (1gr/lt) dengan perbandingan bahan dan air 1:30, kemudian air didihkan dan sutra direndam sekitar 30-60 menit dalam larutan tersebut, kemudian sutra dibilas dengan menggunakan air dingin.

b) Proses pencelupan sutra, yaitu sutra dicelupkan dalam pewarna eryoil. Caranya yaitu zat pewarna eryoil dilarutkan dalam air mendidih, kemudian larutan dimasukkan dalam tempat pencelupan berisi air dengan perbandingan antara bahan dan air 1:20. Di dalam larutan tersebut diberi asam cuka (1-3 cc/lt) dan univadine PA atau obat perata (1gr/lt). Pemberian asam cuka dilakukan

dua kali, setengah bagian dilakukan pada tahap awal pencelupan dan setengah bagian lagi dilakukan pada akhir pencelupan. Proses pencelupan berlangsung selama 30-45 menit pada suhu air mendidih. Setelah proses pencelupan selesai, maka benang sutra dicuci bersih lalu dikeringkan.

2) Melerai

Proses melerai dilakukan dengan tujuan untuk menguraikan gumpalan benang. Benang yang sudah dilerai, kemudian dililitkan pada sebilah buluh kecil atau peleting buluh. Proses peleraian menggunakan alat rahat dan guwing. Benang yang dileraikan ini akan menjadi benang lungsi dan benang pakan.

3) Menganing

Proses menganing merupakan proses untuk pengaturan benang lungsi. Benang lungsi merupakan benang yang diatur memanjang atau vertikal dan diregang pada alat penenun.

Panjang benang yang direntang mengikuti panjang kain yang diinginkan, sedangkan lebar rentangannya mengikuti lebar kain.

Mula-mula benang yang telah dileraikan dan telah dipintal pada peleting disusun di atas anian (alat tenun). Cara pemasangan benang lungsi antara lain sebagai berikut:

a) Bentangkan benang lungsi hingga ke ujungnya.

b) Bagi benang lungsi tersebut menjadi beberapa bagian di mana yang paling ujung diikat keawitan, balok kayu panjang yang melekat pada dayan. Pada awitan terdapat beberapa lubang. Setiap lubang dimasukkan dua benang lungsi.

c) Setelah semua bagian benang lungsi masuk ke dalam lubang awitan, awitan tersebut kita pasangkan pada dayan.

d) Rentangkan benang lungsi dari dayan ke pengapit.

Usahakan agar benang lungsi tersebut dalam posisi lurus.

e) Benang lungsi tersebut siap untuk digulung.

4) Menggulung

Benang-benang yang telah disusun di anian, ujungnya digulung dengan papan lungsi (dayan) untuk memudahkan penenunan. Lebar gulungan mengikuti lebar suri dan panjang lungsi (lebar kain yang dikehendaki pada papan gulung).

5) Menyapuk

Setelah benang lungsi dimasukkan ke dalam gigi atau suri, dua urat benang lungsi dikaitkan melalui setiap celah suri.

Benang yang digulung dimasukkan dengan cara menyusuri suri sebelum dilekatkan ke pengapit yang terletak di bagian depan tempat duduk penenun. Proses ini dilakukan dengan menggunakan pengait.

6) Mengarak

Benang lungsi berangka genap dan ganjil akan diangkat turun-naik secara berselang-seling dengan penyincing sewaktu menenun.

7) Menyongket

Proses ini merupakan proses untuk merancang corak di atas benang lungsi dengan menggunakan alat yang terbuat dari lidi atau bilah nibung dengan menyongketkan benang lungsi

sebanyak tiga atau lima lembar dan kemudian diikat. Proses ini juga disebut dengan proses ikat butang.

8) Menenun

Proses dalam menenun kain cual antara lain sebagai berikut:

a) Mula-mula siapkan teropong yang telah berisi benang pakan, belire dan buluh di sebelah kanan.

b) Angkat penyincing atas, kemudian masukkan buluh dalam sela-sela benang yang telah terkuak, lalu geserkan ke depan bersama penyincing bawah.

c) Masukkan belire dan tegakkan.

d) Masukkan teropong yang telah berisi benang pakan dari sela benang-benang yang telah terkuak, dari sebelah kanan ke kiri.

e) Helaikan benang pakan tersebut dengan menyesuaikan bentuk motif.

f) Sentakkan benang yang telah masuk dengan menggunakan belire dan ketatkan tenunnya.

g) Ketika benang telah sampai ke tepi kiri, keluarkan belire dan angkat penyincing bawah.

h) Masukkan kembali belire dan tegakkan.

i) Masukkan teropong berisi benang pakan dari sebelah kiri ke kanan.

j) Helaikan benang sesuai dengan motifnya.

k) Sentakkan benang dengan belire, kemudian ketatkan kembali hasil benang tenunan.

c. Tahap Pencermatan terhadap Kain Cual

Pada awalnya kain cual itu sendiri hanya digunakan oleh bangsawan di daerah Muntok saja. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu penggunaan kain cual mulai merambah pada sektor-sektor

yang ada di masyarakat. Produksi kain cual memang mengalami pasang surut dikarenakan pada sekitar tahun 1917 produksinya terhenti dikarenakan bahan baku utama untuk membuat kain cual itu sendiri mengalami kelangkaan. Setelah itu secara perlahan produksi kain cual mulai bergerak kembali dikarenakan pasokan untuk bahan baku mulai didistribusikan kembali. Kain cual yang diproduksi secara langsung dengan cara ditenun tanpa menggunakan mesin memang memiliki harga yang lumayan mahal dikarenakan membutuhkan proses yang lama untuk menenun sebuah kain cual dengan teknik yang sederhana. Untuk meningkatkan produksi kain cual, maka secara perlahan produksi kain cual mulai menggunakan alat tenun yang menggunakan mesin dikarenakan selain untuk membuat efisiensi terhadap waktu pembuatan juga untuk menekan harga kain cual supaya dapat diproduksi secara massal dengan harga yang tidak terlalu mahal. Pada saat ini di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, masyarakat mulai menggunakan kain cual untuk dijadikan seragam. Hal tersebut untuk melestarikan nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalam kain cual itu sendiri, serta untuk memperkenalkan kain cual kepada khalayak luas.

d. Tahap Pemasaran Kain Cual

Kerajinan tenun cual Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki motif unik berhasil menembus pasar di beberapa negara.

Negara-negara yang menjadi prospek bagi kain cual tersebut, antara lain Tiongkok, Belanda, Malaysia dan Singapura. Selain itu, pemasaran tenun cual juga semakin luas dengan bantuan dari pemerintah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan PT. Timah Tbk. Pada saat ini antusiasme masyarakat terhadap kain cual semakin meningkat baik pada tingkat nasional maupun internasional. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan permintaan pasar yang semakin meningkat. Selain itu, pemasaran kain cual juga

melalui pameran dalam tingkat nasional dan internasional.

Pemasaran kain cual juga mulai merambah melalui perkembangan teknologi, yaitu kain cual dapat diperoleh dengan melalui order secara online.

Dalam proses pembuatan kain cual di atas, dapat dilihat secara sekilas bahwa aktivitas fundamental matematis yang ada, yaitu:

Aktivitas explaining pada proses pembuatan kain cual tersebut menjelaskan makna filosofi yang terdapat pada motif kain cual Bangka Belitung, kemudian ada suatu proses mengklasifikasikan motif kain cual tersebut. Aktivitas locating pada proses pembuatan kain cual tersebut antara lain pada proses untuk menentukan tempat penyuplai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat suatu kain cual, selain itu penentuan lokasi atau penempatan pegawai untuk membuat suatu kain cual. Aktivitas Designing yang ada di dalam proses pembuatan kain cual antara lain dalam merencanakan dan membuat pola pada kain cual, serta dalam menentukan perbandingan campuran bahan-bahan untuk membuat kain cual.

Aktivitas Measuring pada pembuatan kain cual antara lain pada pengukuran lebar pola, serta untuk mengukur suatu lebar kain cual yang akan dihasilkan. Aktivitas Counting yang terdapat pada proses pembuatan kain cual, antara lain dalam memperkirakan waktu penyelesaian sebuah kain cual, menentukan banyak pegawai yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kain cual cual, menentukan upah pegawai serta dalam menentukan harga jual sebuah kain cual.

Aktivitas Playing yang terdapat pada proses pembuatan kain cual antara lain strategi yang digunakan untuk menentukan produk tersebut apakah akan dibuat lagi atau tidak. Berikut merupakan beberapa gambaran dari kain cual Bangka Belitung:

Gambar 1. Contoh 1 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 2. Contoh 2 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 3. Contoh 3 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 4. Contoh 4 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 5. Contoh 5 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 6. Contoh 6 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 7. Contoh 7 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 8. Contoh 8 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 9. Contoh 9 kain Cual Bangka Belitung

Gambar 10. Contoh 10 kain Cual Bangka Belitung

Dokumen terkait