• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS KAJIAN ETNOMATEMATIKA SERTA ANALISIS AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI KAIN CUAL BANGKA BELITUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS KAJIAN ETNOMATEMATIKA SERTA ANALISIS AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI KAIN CUAL BANGKA BELITUNG"

Copied!
392
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

KAJIAN ETNOMATEMATIKA SERTA ANALISIS AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI

KAIN CUAL BANGKA BELITUNG

An Ethnomathematical Study and Analysis of Fundamental Mathematical Activities according to Bishop on the Industry of Bangka Belitung Cual Woven Fabric

Disusun oleh:

Fransiskus Ivan Gunawan NIM: 181442001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

i TESIS

KAJIAN ETNOMATEMATIKA SERTA ANALISIS AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI

KAIN CUAL BANGKA BELITUNG

An Ethnomathematical Study and Analysis of Fundamental Mathematical Activities according to Bishop on the Industry of Bangka Belitung Cual Woven Fabric

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Derajat Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister

Disusun oleh:

Fransiskus Ivan Gunawan NIM: 181442001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karyaku ini untuk Tuhan Yesus yang selalu menyertai

aku dalam setiap perjalanan hidup yang telah aku lewati.

Ibu Maria Suyanti, S.Pd., dan Bapak Drs. Antonius Budi Gunawan, S.Mn., yang

selalu mendukung dan mendoakan aku dalam setiap jalan yang telah aku pilih

Adik-adikku Verena Gunawan serta Kusuma Sari Gunawan yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat kepada diriku dalam menjalani

pilihanku.

Keluargaku yang telah memberikan dukungan, serta doa kepada diriku

hingga saat ini.

Irene Tiara Asmaraningrum, S.Pd., yang selalu menyertai, mendoakan, dan

mendukung peneliti dalam menjalani pilihan yang telah diambil.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

Jangan pernah meremehkan waktu karena waktu akan meremehkan kamu jika kamu

meremehkan dirinya . (Fransiskus Ivan Gunawan)

Disiplin waktu kunci keberhasilanmu . (Fransiskus Ivan Gunawan)

Genius is 1 percent of inspiration and 99 percents of perspiration.

Di dunia ini tidak ada yang namanya kalah. Di dunia ini hanya ada yang namanya

menang dan belajar dari kesalahan.

Keberhasilan bukanlah milik orang pintar, keberhasilan adalah milik mereka yang mau

berusaha.

Dalam hidup ini, saya memiliki mental seperti orang yang bermain sepeda. Bila saya

tidak mengayuh sepeda, maka saya akan jatuh. Bila saya berhenti bekerja, maka saya

akan mati. (Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.)

Ad Maiorem Dei Gloriam

Fides Quaerrens Intellectum

(7)

vi

(8)

vii

ABSTRAK

Fransiskus Ivan Gunawan. 2019. Kajian Etnomatematika serta Analisis Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop pada Industri Kain Cual Bangka Belitung. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek kebudayaan yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung yang menunjukkan kedudukan kain tenun cual dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung, mengetahui proses produksi pada pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung, mengetahui aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung, mengetahui aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain tenun cual Bangka Belitung, mengetahui bentuk dan isi paket pembelajaran matematika untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain tenun cual Bangka Belitung.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan Plomp, di mana akan dihasilkan paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain cual Bangka Belitung. Narasumber penelitiannya merupakan budayawan, serta tiga industri yang memproduksi kain cual Bangka Belitung. Data yang digunakan adalah hasil wawancara terhadap narasumber penelitian, data yang diperoleh dari hasil pengamatan, hasil dokumentasi proses pembuatan kain cual dan hasil dari proses pembuatan kain cual, serta akan diperoleh data yang berupa bentuk dan isi dari paket pembelajaran yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Instrumen bantu yang digunakan adalah pedoman observasi, lembar validasi paket pembelajaran, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data untuk pengamatan pada produksi kain cual antara lain pengumpulan data, reduksi data/kondensasi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan/verifikasi, sedangkan pada analisis paket pembelajaran menggunakan interval yang digunakan untuk menentukan kevalidan dari paket pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kain cual Bangka Belitung merupakan hasil perpaduan antara budaya orang darat, budaya orang laut, budaya orang Melayu, dan budaya Tionghoa. Kain cual juga menunjukkan kedudukan yang tinggi bagi masyarakat Bangka Belitung, selain itu juga menunjukkan keistimewaannya sebagai identitas dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui warna dan motifnya yang khas. Kain cual juga sangat unik dikarenakan menerapkan dua perpaduan teknik tenun ikat dan teknik tenun cungkit. Proses produksi kain cual Bangka Belitung antara lain proses pencelupan benang sutra yang dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan atau 1 tahun untuk 1 kali proses pencelupan, proses pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung dimulai dari melihat keadaan lingkungan sekitar, proses merealisasikan konsep motif kain cual ada yang bermula dari motif terdahulu

(9)

viii

dan ada yang menggunakan desain dari komputer, proses penentuan motif dapat berpedoman pada motif kain cual yang telah ada maupun dapat menambahkan variasi terhadap motif yang telah ada, proses memodifikasi kain cual dilakukan pada kreativitas dari penenun kain cual.

Untuk aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung antara lain aktivitas counting yang dapat dilihat ketika memperkirakan waktu penyelesaian sebuah kain cual, menentukan banyaknya pegawai yang dibutuhkan dalam pembuatan kain cual, dan menentukan harga sebuah kain cual. Untuk aktivitas measuring dapat dilihat ketika proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine). Untuk aktivitas locating dapat dilihat ketika ketika menentukan tempat penyuplai bahan baku atau banyaknya bahan baku yang diperlukan dalam produksi kain cual, serta penentuan lokasi atau penempatan pegawai dalam proses produksi kain cual. Untuk aktivitas designing dapat dilihat ketika merencanakan dan membuat pola motif pada kain cual, serta dapat dilihat pada alat produksi kain cual yang berbentuk teropong.

Untuk aktivitas playing dapat dilihat ketika membuat strategi apakah produk kain cual itu akan diproduksi kembali atau tidak. Untuk aktivitas explaining dapat dilihat ketika memaknai filosofi dari motif maupun sejarah dari kain cual. Aspek-aspek matematis yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung antara lain konsep perbandingan yang dapat dilihat pada proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine), konsep bangun ruang tanpa alas dan tanpa tutup yang dapat dilihat pada alat produksi kain cual Bangka Belitung yang dinamakan sebagai teropong, konsep segiempat, konsep segitiga, konsep refleksi, konsep translasi konsep rotasi, konsep simetri liat yang dapat dilihat pada motif kain cual, konsep aritmetika sosial dan konsep bentuk aljabar yang dapat dilihat pada proses penjualan kain cual Bangka Belitung dan proses yang terkait dengan distribusi kain cual Bangka Belitung.

Dalam paket pembelajaran yang telah disusun, maka diperoleh bentuk paket pembelajaran matematika yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Dalam paket pembelajaran tersebut mencakup pengantar mengenai peta kompetensi yang akan dibahas dalam paket pembelajaran. Peta kompetensi yang terdapat dalam paket pembelajaran mencakup unsur-unsur bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, perkalian bentuk aljabar, dan pembagian bentuk aljabar. Dalam pengantar paket pembelajaran, maka diberikan pengantar yang berupa kebudayaan kain cual Bangka Belitung, serta etnomatematika secara singkat. Dalam paket pembelajaran juga terdapat lembar kerja peserta didik yang dikaitkan dengan materi bentuk aljabar. Berdasarkan hasil validasi terhadap paket pembelajaran, maka paket pembelajaran valid apabila akan digunakan di dalam proses pembelajaran di kelas dan memenuhi aspek kepraktisan paket pembelajaran.

Kata Kunci: Etnomatematika, Industri Kain Cual Bangka Belitung, Aktivitas Fundamental Matematis, Paket Pembelajaran

(10)

ix

ABSTRACT

Fransiskus Ivan Gunawan. 2019. An Ethnomathematical Study and Analysis of Fundamental Mathematical Activities according to Bishop on the Industry of Bangka Belitung Cual Woven Fabric. Thesis. Master Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to determine the cultural aspects contained in the Bangka Belitung cual woven fabric which show the position of cual woven fabric in the culture of the people in Bangka Belitung, to know the production process in the making of Bangka Belitung cual woven fabric, to know the mathematical fundamental activities according to Bishop which were found in the process of producing Bangka Belitung cual woven fabric, to know what mathematical aspects are found in Bangka Belitung cual woven fabric, to know the form and contents of mathematics learning packages for junior high school (or senior high school) which can be compled based on Bangka Belitung cual woven fabric.

This research is a descriptive qualitative research and development research that uses the Plomp development model, in which ethnomathematic-based learning packages will be produced on the Bangka Belitung cual fabric. The resource persons of the research are cultural figures, as well as three industries that produce Bangka Belitung cual fabric. The data used are the results of interviews with research sources, as well as data obtained from observations and the results of the documentation of the cual fabric making process and the results of the cual fabric making process, as well as data obtained in the form and contents of the learning package based on the Bangka Belitung cual fabric. Assistive instruments used were observation guidelines, learning package validation sheets, interview guidelines, and documentation guidelines. Data analysis techniques for observation on cual fabric production include data collection, data reduction/data condensation, data presentation, and decision making/verification, while in the learning package analysis uses intervals used to determine the validity of the learning package.

The results showed that the Bangka Belitung cual fabric was the result of a combination of land-based culture, sea-based culture, Malay culture, and Chinese culture. Cual cloth also shows a high position for the people of Bangka Belitung, in addition it also shows its privileges as the identity of the Bangka Belitung Islands Province through its distinctive colors and motifs. Cual fabric is also very unique because it employs a combination of hand-loom and weaving techniques. The production process of Bangka Belitung cual fabric includes the process of dyeing silk threads that are carried out within a period of 6 months or 1 year for 1 time dyeing process, the process of making the concept of Bangka Belitung cual fabric starts from seeing the condition of the surrounding environment, the process of realizing the concept of cual fabric motif originating from previous motifs and some using designs from computers, the process of determining motifs can be guided by

(11)

x

existing cual fabric motifs or can add variations to existing motifs, the process of modifying cual fabrics is carried out on the creativity of cual fabric weavers.

For the fundamental mathematical activities according to Bishop contained in the process of making cual cloth Bangka Belitung, among others, counting activities that can be seen when estimating the completion time of a cual cloth, determine the number of employees needed in making cual cloth, and determine the price of a cual cloth. For measuring activity can be seen when the process of removing sap (serisine) on silk thread (fibroine). Locating activities can be seen when determining where to supply raw materials or the number of raw materials needed in the production of cual fabrics, and determining the location or placement of employees in the production process of cual fabrics. For designing activities can be seen when planning and making patterns on cual fabric, and can be seen in the cual fabric production tool in the form of binoculars. For playing activities can be seen when making a strategy whether the cual fabric products will be produced again or not. For explaining activities can be seen when interpreting the philosophy of the motives and history of cual fabric. Mathematical aspects found in Bangka Belitung cual fabric include the comparative concept that can be seen in the process of removing sap (serisine) on silk threads (fibroine), the concept of building spaces without a base and without a cover that can be seen in the production of Bangka Belitung cual fabric which is called binoculars, quadrilateral concept, triangular concept, reflection concept, translational concept of rotation concept, clay symmetry concept which can be seen in cual fabric motifs, social arithmetic concepts and algebraic form concepts which can be seen in the Bangka Belitung cual fabric sales process and the process related to the distribution of Bangka Belitung cual fabric.

In the learning package that has been compiled, the form of mathematics learning package is obtained based on the cual fabric of Bangka Belitung. The learning package includes an introduction to the competency map which will be discussed in the learning package. The competency map contained in the learning package includes elements of algebraic forms, addition and subtraction of algebraic forms, multiplication of algebraic forms, and division of algebraic forms. In introducing the learning package, an introduction is given in the form of Bangka Belitung cual fabric culture, as well as ethnomatematics briefly. In the learning package there are also student worksheets that are linked to the material in the form of algebra. Based on the results of the validation of the learning package, the learning package is valid if it will be used in the learning process in class and fulfill the practicality of the learning package.

Keywords: Ethnomathematics, Cual Industry Bangka Belitung, Mathematical Fundamental Activities, Learning Package

(12)

xi

(13)

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan yang diberikan kepada penulis selama ini, terkhusus saat penulis berada dalam tahap proses penulisan tesis ini, serta saat penulis melakukan penelitian yang digunakan untuk tesis ini. Berkat rahmat yang diberikan oleh-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tesis dengan lancar, tepat waktu dan dalam keadaan kesehatan yang baik.

Berkat kerja keras, ketekunan dan dukungan dari semua pihak yang memberikan support kepada penulis untuk menyelesaikan tesis, maka akhirnya tesis ini berhasil diselesaikan oleh penulis. Penulis menyadari dengan benar bahwa tanpa adanya dukungan dari semua pihak ketika penulis melaksanakan penelitian, maka tesis tidak akan berjalan dengan baik dan lancar. Dukungan yang diberikan kepada penulis memiliki dampak yang begitu besar kepada penulis untuk menyelesaikan tesis. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Stephanus Suwarsono, selaku dosen pembimbing tesis yang berkenan untuk membimbing penulis dengan memberikan waktu, dengan memberikan ide atau masukan yang sungguh sangat bermanfaat bagi keberhasilan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, penulis berterima kasih karena bersedia sebagai validator paket pembelajaran.

2. Kedua orang tua penulis dan saudara penulis yang memberikan dukungan moral kepada penulis agar segera menyelesaikan tesis, serta Irene Tiara Asmaraningrum yang telah membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data.

3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis hingga saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di fakultas ini.

(14)

xiii

4. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di universitas ini. Selain itu, penulis berterima kasih karena bersedia sebagai validator paket pembelajaran.

5. Bapak Drs. Akhmad Elvian yang telah berkenan meluangkan waktu kepada peneliti dalam memberikan informasi mengenai kain cual Bangka Belitung 6. Ibu Hj. Isnawaty yang telah berkenan meluangkan waktu dalam memberikan informasi kepada peneliti terkait dengan kain cual Bangka Belitung

7. Ibu Maslina Yazid yang telah berkenan meluangkan waktu kepada peneliti dalam memberikan informasi mengenai kain cual Bangka Belitung

8. Ibu Dra. Catharina Kristiatmini yang telah berkenan meluangkan waktu kepada peneliti dalam memberikan informasi mengenai kain cual Bangka Belitung

9. Bapak Drs. Budi Gunawan, S.Mn., yang telah berkenan meluangkan waktu sebagai validator instrumen paket pembelajaran yang telah disusun

10. Ibu Linda Susilowati yang telah berkenan meluangkan waktu sebagai validator instrumen paket pembelajaran yang telah disusun

11. Segenap dosen, staff, dan karyawan Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister dan Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi penulis selama berproses untuk memperoleh bekal pengetahuan

12. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister Universitas Sanata Dharma yang telah bersama-sama berdinamika selama proses perkuliahan

13. Pihak-pihak terkait yang telah membuat dokumentasi terkait dengan kain cual Bangka Belitung

14. Serta kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis

(15)

xiv

(16)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... ...xviii

DAFTAR GAMBAR...xx

DAFTAR LAMPIRAN ... ...xxii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tinjauan Pustaka ... 4

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Pembatasan Masalah ... 7

F. Penjelasan Istilah ... 8

G. Kebaruan Penelitian ... 10

(17)

xvi

H. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II ... 12

LANDASAN TEORI ... 12

A. Masyarakat Bangka Belitung ... 12

B. Kebudayaan ... 13

C. Kebudayaan Masyarakat Bangka Belitung ... 17

D. Aspek-aspek Kebudayaan ... 17

E. Etnomatematika... 18

F. Aktivitas Fundamental Matematis ... 22

G. Kain Cual Bangka Belitung ... 25

H. Paket Pembelajaran ... 40

I. Model Pengembangan Plomp ... 42

J. Kerangka Berpikir ... 44

BAB III ... 47

METODE PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Narasumber Penelitian ... 48

C. Objek Penelitian ... 49

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 49

E. Bentuk Data ... 49

F. Metode Pengumpulan Data ... 50

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 53

H. Metode/Teknik Analisis Data ... 56

I. Model Pengembangan Paket Pembelajaran ... 58

(18)

xvii

J. Upaya untuk Meningkatkan Kredibilitas Data dan Hasil Penelitian

...60

K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 61

L. Penjadwalan Waktu Penelitian ... 63

BAB IV ... 65

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 65

B. Analisis Data Penelitian ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

D. Keterbatasan Penelitian ... 146

E. Refleksi ... 147

BAB V ... 153

PENUTUP ... 153

A. Kesimpulan ... 153

B. Saran ... 159

DAFTAR PUSTAKA ... 160

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penjadwalan Waktu Penelitian... 63 Tabel 2. Waktu Kegiatan Pengumpulan Data ... 67 Tabel 3. Data Terkait Proses Pembuatan Konsep Kain Cual Bangka Belitung .... 70 Tabel 4. Data Terkait Proses Realisasi Konsep-konsep dalam Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung ... 73 Tabel 5. Data Terkait Proses Penentuan Motif dalam Produksi Kain Cual Bangka Belitung ... 74 Tabel 6. Data Terkait Proses dalam Memodifikasi Motif-motif pada Kain Cual Bangka Belitung ... 76 Tabel 7. Data Terkait Makna Filosofi pada Kain Cual Bangka Belitung ... 77 Tabel 8. Data Terkait Proses dalam Menentukan Tempat Penyuplai Bahan Baku ... 79 Tabel 9. Data Terkait Penentuan Lokasi atau Penempatan Pegawai dalam Proses Produksi Kain Cual Bangka Belitung ... 80 Tabel 10. Data Terkait Proses Merencanakan Pola pada Kain Cual Bangka Belitung ... 81 Tabel 11. Data Terkait Proses Penentuan Harga Jual Kain Cual Bangka Belitung ... 82 Tabel 12. Data Terkait Proses Penentuan Suatu Produk akan Dihasilkan Kembali atau Tidak ... 84 Tabel 13. Data Terkait Proses Mengestimasi Bahan Baku yang Dibutuhkan ... 85 Tabel 14. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Alat Produksi Kain Cual Bangka Belitung ... 106 Tabel 15. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 1) ... 107 Tabel 16. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 2) ... 108 Tabel 17. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 3) ... 109 Tabel 18. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 4) ... 111 Tabel 19. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 5) ... 112 Tabel 20. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 6) ... 113 Tabel 21. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 7) ... 115 Tabel 22. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 8) ... 117 Tabel 23. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 9) ... 118 Tabel 24. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 10) ... 120

(20)

xix

Tabel 25. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka

Belitung (Obyek 11) ... 122

Tabel 26. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 12) ... 123

Tabel 27. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 13) ... 125

Tabel 28. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 14) ... 127

Tabel 29. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 15) ... 128

Tabel 30. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 16) ... 129

Tabel 31. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 17) ... 130

Tabel 32. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Proses Penjualan Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 18) ... 131

Tabel 33. Hasil Investigasi Awal ... 132

Tabel 34. Hasil Validasi Kepraktisan prototyping 1 ... 137

Tabel 35. Hasil Validasi Kepraktisan Paket Pembelajaran ... 139

Tabel 36. Hasil Validasi Instrumen Penilaian oleh Ahli ... 141

Tabel 37. Saran-saran Validator ... 142

Tabel 38. Penjelasan Mengenai Validator ... 145

Tabel 39. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Kain Cual Bangka Belitung ... 156

(21)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh 1 kain Cual Bangka Belitung ... 35

Gambar 2. Contoh 2 kain Cual Bangka Belitung ... 35

Gambar 3. Contoh 3 kain Cual Bangka Belitung ... 36

Gambar 4. Contoh 4 kain Cual Bangka Belitung ... 36

Gambar 5. Contoh 5 kain Cual Bangka Belitung ... 37

Gambar 6. Contoh 6 kain Cual Bangka Belitung ... 37

Gambar 7. Contoh 7 kain Cual Bangka Belitung ... 38

Gambar 8. Contoh 8 kain Cual Bangka Belitung ... 38

Gambar 9. Contoh 9 kain Cual Bangka Belitung ... 39

Gambar 10. Contoh 10 kain Cual Bangka Belitung ... 39

Gambar 11. Bagan Terkait dengan Kerangka Berpikir ... 46

Gambar 12. Aspek Matematis Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 2) ... 109

Gambar 13. Aspek Matematis Segiempat (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 3) 110 Gambar 14. Aspek Matematis Segiempat (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 3) 110 Gambar 15. Aspek Matematis Segiempat (3) pada Motif Kain Cual (Obyek 3) 110 Gambar 16. Aspek Matematis pada Motif Kain Cual (Obyek 4) ... 111

Gambar 17. Aspek Matematis (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 5) ... 112

Gambar 18. Aspek Matematis (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 5) ... 113

Gambar 19. Aspek Matematis (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 6) ... 114

Gambar 20. Aspek Matematis (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 6) ... 114

Gambar 21. Aspek Matematis Berbentuk Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 7) ... 116

Gambar 22. Aspek Matematis Berbentuk Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 7) ... 116

Gambar 23. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi dan Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 7) ... 116

Gambar 24. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 8) ... 117

Gambar 25. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 8) ... 118

Gambar 26. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 8) ... 118

Gambar 27. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ... 119

Gambar 28. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ... 119

Gambar 29. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ... 119

Gambar 30. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ... 119

Gambar 31. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 10) ... 120

(22)

xxi

Gambar 32. Aspek Matematis Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 10) ... 121 Gambar 33. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat dan Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 10) ... 121 Gambar 34. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 11) ... 122 Gambar 35. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 11) ... 123 Gambar 36. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 11) ... 123 Gambar 37. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 12) ... 124 Gambar 38. Aspek Matematis Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 12) ... 124 Gambar 39. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 13) ... 126 Gambar 40. Aspek Matematis Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 13) ... 126 Gambar 41. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 14) ... 127 Gambar 42. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 14) ... 127 Gambar 43. Aspek Matematis Berupa Konsep Rotasi pada Motif Kain Cual (Obyek 15) ... 128 Gambar 44. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 15) ... 129 Gambar 45. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 15) ... 129 Gambar 46. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 16) ... 130

(23)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Penelitian dari Kampus ... 165 Lampiran 2. Instrumen Bantu ... 169 Lampiran 3. Transkrip Wawancara ... 173 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian ... 195 Lampiran 5. Lembar Validasi Instrumen Penilaian Paket Pembelajaran ... 217 Lampiran 6. Perangkat Pembelajaran ... 228 Lampiran 7. Hasil Validasi Paket Pembelajaran ... 300

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika apabila dipandang dari sudut pandang ilmu yang lain, misalnya kebudayaan maka pembelajaran tersebut akan memiliki perbedaan dengan pembelajaran matematika seperti pada umumnya. Matematika dan kebudayaan akan menjadi suatu konteks ilmu yang menarik apabila dikembangkan ke dalam dunia pendidikan pada saat ini. Hal tersebut dikarenakan, peserta didik akan mempelajari matematika dengan didasarkan pada kebudayaan yang dikenal dan dipahami oleh peserta didik di dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga melalui akulturasi antara matematika dan budaya tersebut, maka peserta didik akan lebih mudah untuk memahami matematika. Oleh karena itu, melalui pembelajaran yang dikaitkan dengan budaya, maka akan diperoleh berbagai hasil positif yang dapat diperoleh peserta didik itu sendiri. Hal-hal positif tersebut, antara lain dapat memperkenalkan kebudayaan daerah setempat, dapat memperkenalkan keterkaitan yang ditemukan oleh peserta didik antara matematika dan budaya setempat. Selain itu, peserta didik akan lebih mudah untuk mengeksplorasi pemahaman mereka terhadap keabstrakan matematika melalui suatu representasi visual yang diwujudkan dalam bentuk kebudayaan yang telah dikenal oleh peserta didik. Oleh karena itu, etnomatematika tidak hanya digunakan untuk mengkaitkan matematika dengan kebudayaan saja, melainkan melalui kajian etnomatematika maka dapat membantu peserta didik untuk dapat mengkonstruksi pemahaman matematisnya melalui representasi visual yang benar-benar nyata dirasakan oleh peserta didik itu sendiri.

Perkembangan budaya juga merupakan suatu hal yang dinamis, dalam artian budaya akan berkembang sesuai dengan perubahan pola pikir

(25)

dari masyarakat dan kebutuhan akan perubahan aspek-aspek budaya yang dikehendaki oleh masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang matematika juga akan berkembang seiring dengan perkembangan budaya tersebut. Menurut Putri (2017), etnomatematika terbentuk dari cara-cara maupun kebiasaan yang dapat membaur dengan kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, tumbuh serta berkembangnya suatu kebudayaan tidak disadari oleh masyarakat bahwa di dalamnya terkandung unsur-unsur matematika. Hal tersebut dikarenakan matematika yang terdapat di dalam kebudayaan bentuknya lebih sederhana dibandingkan matematika yang dipelajari di sekolah. Menurut Suwarsono (2015), etnomatematika merupakan suatu studi tentang matematika yang muncul atau digunakan di dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Etnomatematika itu sendiri diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan asal Brazil pada tahun 1977. D’Ambrosio (1985) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan matematika yang dipraktekkan diantara kelompok budaya yang diidentifikasi dalam kelompok buruh, kelompok anak-anak usia tertentu, buruh, serta anak-anak dari kelas profesional.

Masyarakat juga belum terbiasa untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebudayaan daerah setempat dalam hal untuk melihat keterkaitannya dengan matematika, sehingga ada rasa tidak percaya yang dibangun oleh masyarakat apabila kebudayaan yang dimilikinya terkandung nilai-nilai matematika. Oleh karena itu, sudah saatnya memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat lebih peka untuk menganalisis kebudayaannya tersebut. Matematika sebenarnya telah memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan dalam berbagai macam peran dan aktivitas yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari, maka dapat diidentifikasi bahwa matematika terdapat di dalamnya.

Keberadaan budaya sebagai hasil proses berpikir oleh manusia juga pada saat ini mulai tergerus dengan perkembangan zaman. Masyarakat modern pada saat ini sudah sangat sedikit yang berusaha untuk melestarikan

(26)

kebudayaan yang ada pada daerahnya tersebut. Bahkan masyarakat juga mulai tidak tertarik untuk mengenal kebudayaan yang ada di daerahnya, sehingga ada kekhawatiran yang begitu besar terhadap keberlangsungan kebudayaan di suatu daerah dikarenakan adanya perubahan yang menurun begitu drastis pada minat masyarakat untuk lebih memahami kebudayaannya. Oleh karena itu, untuk membantu melestarikan kebudayaan dari suatu daerah, maka langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan memperkenalkan kebudayaan tersebut melalui sudut pandang matematika, sehingga diharapkan di kemudian hari bahwa matematika dan kebudayaan akan menjadi satu kesatuan yang tidak akan terpisahkan, dalam artian matematika akan dipengaruhi oleh budaya maupun sebaliknya, tetapi perkembangan budaya juga akan dipengaruhi oleh pemikiran matematika yang sedang berkembang.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda pada setiap suku yang mendiami kepulauan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran yang lebih mendalam mengenai kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan memahami perbedaan kebudayaan tersebut, maka dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia. Begitu pula, kebudayaan masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dibagi lagi ke dalam beberapa kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikarenakan setiap kabupaten/kota memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga akan lebih menarik apabila dilakukan penyelidikan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan tersebut. Kebudayaan masyarakat di Bangka Belitung juga tidak terlepas kaitannya dengan matematika. Hal tersebut dikarenakan peneliti telah mencoba untuk mengamati beberapa kebudayaan yang ada di Bangka Belitung dan peneliti menemukan beberapa aspek matematis yang terdapat pada kebudayaan masyarakat di Bangka. Pada penelitian ini, kebudayaan yang diambil lebih difokuskan ke kain cual Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan kain

(27)

cual merupakan suatu simbolisasi kebudayaan yang mencerminkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui obyek fisik yang berbentuk kain.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada awalnya merupakan satu kesatuan dengan Provinsi Sumatera Selatan, namun pada saat ini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan suatu daerah otonom. Kepulauan Bangka Belitung sangat dekat dengan Palembang, sehingga ada kesamaan antara kain Songket (Palembang) dengan kain Cual (Bangka Belitung).

Pada awalnya kain cual berkembang dari daerah Muntok, di mana daerahnya terletak di ujung barat dari Pulau Bangka pada awal abad ke-18.

Menurut sejarahnya, pada awalnya pembuatan kain cual hanya boleh dilakukan oleh para puteri bangsawan saja. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kain cual menjadi suatu warisan kebudayaan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada saat ini produksi kain cual mulai didistribusikan kepada masyarakat umum, sehingga ada kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan kebudayaan dari Bangka Belitung. Kain cual itu sendiri dapat dilihat terdiri dari berbagai macam motif yang memiliki makna filosofisnya tersendiri. Oleh karena itu, kain cual merupakan warisan kebudayaan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan berbagai macam sejarah yang meliputi keberadaan dari kain cual itu sendiri walaupun memiliki kesamaan karakteristik dengan kain dari daerah lainnya.

B. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelitian Romadoni (2017), diperoleh hasil bahwa materi matematika yang ada pada budaya masyarakat Banjar, seperti budaya fisik misalnya alat-alat pertanian tradisional dan non fisik seperti cara mengukur luas tanah secara tradisional yang kemudian dilakukan pengembangan paket pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dengan model pengembangan Plomp yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

(28)

Berdasarkan penelitian Gunawan (2019), diperoleh hasil bahwa dalam permainan tak tek, maka aktivitas fundamental matematisnya yaitu explaining, playing, serta counting. Dalam permainan tak tek, maka aspek matematisnya yaitu topik kelipatan yang digunakan untuk menghitung poin dalam menentukan pemenang dari pertandingan, selain itu ada kaitannya dengan topik sudut ketika mencungkil kayu anak dengan kayu induk. Pada permainan antu bekitok, maka aktivitas fundamental matematisnya yaitu explaining, playing, designing, dan counting. Aspek matematisnya yaitu terkait dengan bentuk permainannya yang berupa konsep lingkaran, serta konsep penjumlahan untuk menentukan poin. Pada permainan lubang batok, maka terdapat aktivitas explaining, playing, serta counting. Aspek matematisnya, yaitu area permainannya yang berbentuk persegi panjang, serta konsep kesejajaran.

Berdasarkan penelitian Krisnawati (2017), juga diperoleh hasil penelitian, yaitu aktivitas matematis pada pelaksanaan tradisi pernikahan Yogyakarta oleh masyarakat di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY, antara lain: 1) Counting: number relationship, 2) Location:

environmental, location, 3) Measuring: estimation, moneyconventional units, 4) Designing: similarity, design, 5) Explaining: story explanation, symbolic explanation, 6) Playing: plan strategy. Materi matematika SMP yang diperoleh, yaitu: 1) Bilangan bulat dan pecahan, 2) Bentuk aljabar, 3) Persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, 4) Perbandingan, 5) Transformasi, 6) Bangun datar, 7) Volume benda, 8) Penyajian data, 9) Statistika, 10) Peluang.

Berdasarkan penelitian Haryanto (2016), diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konsep matematika yang lebih rumit diterapkan oleh masyarakat Papua pada jenis anyaman dan perubahan bentuk-bentuk geometri akibat elastisitas noken.

Berdasarkan penelitian Sari (2018), menunjukkan bahwa aktivitas pengrajin Kasongan dalam proses pembuatan gerabah secara umum di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul meliputi: pengolahan terhadap

(29)

tanah yang terdiri dari pasir, tanah merah, tanah hitam, tanah coklat dan air dengan cara digiling, pembentukan terhadap gerabah yang telah dibentuk dengan bantuan panas matahari dan angin. Pembakaran terhadap gerabah yang sudah kering dengan suhu 1.200℃, dan pengepakan gerabah yang sudah dingin setelah melalui proses pembakaran. Setiap aktivitas tersebut dideskripsikan untuk melihat aspek matematis yang terdapat di dalamnya dengan menggunakan enam aktivitas fundamental matematis yang dikemukakan oleh Bishop. Berikut adalah aktivitas fundamental matematis dalam kegiatan pengrajin tersebut: a) Menghitung (Counting) yang terdiri dari perkiraan (approximation), ketepatan (accuracy), dan tenaga atau kekuatan (power), b) Menentukan lokasi (Location) yang terdiri dari lokasi lingkungan (envinromental location), menggunakan garis lurus (straight), bentuk melingkar (circle), dan elips (ellips), c) Mengukur (Measuring) yang terdiri dari perkiraan waktu (time), luas (area), volume (volume), suhu (temperature), dan pemesanan (ordering), d) Merencanakan (Designing) terdiri dari bentuk (shapes), ukuran besar (large), kecilnya (small), permukaan (surfaces), e) Bermain (Playing) yang terdiri dari prediksi (prediction plan strategy) dan model (modelling), f) Menjelaskan (Explaining) yang terdiri dari penjelasan (approximation) dan simbol (symbol).

Berdasarkan penelitian Nay (2017), pada budaya masyarakat Lamalera yang sangat kental dengan tradisi penangkapan ikan paus adalah peninggalan leluhur orang Lamalera yang sudah sejak zaman dahulu, serta pasar barter yang ada di Lamalera mengandung unsur-unsur matematika seperti sudut, geometri, peluang, logika, dan aritmatika sosial.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah:

(30)

1. Aspek-aspek kebudayaan apa saja yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung yang menunjukkan kedudukan kain tenun cual dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung?

2. Bagaimana proses produksi pada pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung?

3. Bagaimana aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung?

4. Aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain tenun cual Bangka Belitung?

5. Bagaimanakah bentuk dan isi paket pembelajaran matematika untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain tenun cual Bangka Belitung?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui aspek-aspek kebudayaan yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung yang menunjukkan kedudukan kain tenun cual dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung.

2. Mengetahui proses produksi pada pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung.

3. Mengetahui aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung.

4. Mengetahui aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain tenun cual Bangka Belitung.

5. Mengetahui bentuk dan isi paket pembelajaran matematika untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain tenun cual Bangka Belitung.

E. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini masalah hanya dibatasi untuk pendeskripsian kebudayaan masyarakat di Bangka ditinjau dari kain cual Bangka Belitung

(31)

menurut para tokoh, budayawan, sejarawan, serta individu-individu yang memang menekuni kebudayaan masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual Bangka Belitung, pendeskripsian kain cual tersebut juga dibatasi pada 3 (tiga) perusahaan yang memproduksi kain cual Bangka Belitung, mengetahui proses produksi yang terdapat pada pembuatan kain cual, menggali pola pikir yang terbatas pada penentuan aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada kebudayaan masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual Bangka Belitung, serta menentukan aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung dan menentukan bentuk, serta isi paket pembelajaran untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain cual tersebut.

F. Penjelasan Istilah

Peneliti memiliki pandangan bahwa untuk meminimalkan perbedaan penafsiran dalam berbagai sudut pandang pembaca mengenai penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa penjelasan istilah terkait dengan penelitian yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Etnomatematika

Etnomatematika merupakan suatu studi mengenai keterkaitan matematika dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat atau dengan kata lain matematika sebagai "grass root" bagi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.

2. Kebudayaan masyarakat di Bangka Belitung

Kebudayaan masyarakat di Bangka Belitung merupakan suatu hasil kolaborasi yang dimiliki oleh masyarakat etnis Melayu dan Tionghoa yang saling berakulturasi dalam pemikirannya, sehingga tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari.

(32)

3. Kain cual Bangka Belitung

Kain cual Bangka Belitung merupakan suatu warisan kebudayaan yang pada awalnya merupakan suatu kain yang diperuntukkan bagi bangsawan yang berada di bagian barat pulau Bangka yang daerahnya diberi nama Muntok. Kain ini kemudian menjadi kain khas dari Bangka Belitung dikarenakan motifnya menggambarkan nilai estetika dari Provinsi Bangka Belitung. Kain cual ini pada awalnya dinamakan limar Muntok, yang kemudian seiring berjalannya waktu dinamakan cual yang memiliki makna bahwa cual adalah celupan awal.

4. Aktivitas fundamental matematis

Aktivitas fundamental matematis merupakan suatu aktivitas mendasar atau fundamental yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan aktivitas counting (menghitung), locating (menentukan lokasi), measuring (mengukur), designing (merancang), playing (bermain), serta explaining (menjelaskan). Aktivitas fundamental matematis tersebut dimaksudkan untuk memberikan deskripsi singkat mengenai proses matematis yang terdapat di dalam suatu proses pengolahan suatu obyek yang akan diteliti.

5. Pengembangan

Pengembangan merupakan suatu proses, cara ataupun suatu perbuatan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan suatu hal.

Penelitian ini merupakan salah satu jenis penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji suatu teori, namun digunakan untuk mengembangkan suatu produk. Melalui penelitian ini, maka pengembangan tersebut akan menghasilkan suatu produk paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain Cual Bangka Belitung.

(33)

6. Paket Pembelajaran

Paket pembelajaran merupakan suatu kumpulan dari perangkat- perangkat pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengeksplorasi kegiatan atau aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.

G. Kebaruan Penelitian

Kebaruan penelitian ini, yaitu pendeskripsian kain cual Bangka Belitung secara mendetail, sehingga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kain cual Bangka Belitung yang merupakan suatu bagian penting dari budaya di Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan belum ada penelitian yang dilakukan secara mendalam yang membahas mengenai kain cual Bangka Belitung. Selain itu, kebaruan penelitian ini, yaitu pada penentuan aspek-aspek matematis yang terdapat pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung, serta penentuan aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam pembuatan kain cual Bangka Belitung dan membuat paket pembelajaran yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung.

H. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti, maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang hendak mengambil kajian mengenai etnomatematika yang terdapat pada masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terkhusus penelitian yang difokuskan pada kain cual Bangka Belitung.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai input bagi pengembangan ilmu pendidikan

(34)

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi pakar pendidikan terkhusus kepada pakar yang hendak mendalami kajian etnomatematika terkhusus pada kain cual Bangka Belitung.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengembangkan kajian penelitian etnomatematika pada masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam proses pembelajaran.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pemahaman masyarakat terhadap aktivitas fundamental matematis yang terkandung dalam pembuatan kain cual Bangka Belitung.

(35)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Masyarakat Bangka Belitung

Elvian (2014) mengemukakan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbentuk sebagai provinsi pada tahun 2000 setelah sebelumnya bergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000, Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi yang berbentuk kepulauan. Jika ditinjau dari letak geografisnya, maka terdapat kurang lebih 256 buah pulau di provinsi ini dengan Pulau Bangka dan Pulau Belitung sebagai dua pulau besar.

Sebelum pemekaran pada tahun 2003, terdapat 2 kabupaten dan 1 kota di daerah ini, yakni Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003, terjadi pemekaran sehingga kabupaten bertambah menjadi 4, yaitu Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur. Etnis yang dominan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah etnis Melayu, serta etnis terbesar kedua adalah etnis Tionghoa, serta beberapa etnis lainnya seperti Jawa, Bugis, Madura, Flores, Batak, dan sebagainya, sehingga daerah ini merupakan daerah plural dengan berbagai etnis hidup berdampingan di daerah ini.

Masyarakat Bangka Belitung merupakan sekelompok individu yang mendiami wilayah Pulau Bangka Belitung, di mana dalam aktivitasnya sehari-hari terdapat berbagai macam akulturasi budaya yang sangat beragam dari etnis Melayu dan etnis Tionghoa, serta sekelompok individu tersebut saling memahami dan menghormati etnis yang lainnya dalam usaha untuk mewujudkan kehidupan berdemokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

(36)

B. Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang dalam bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”, sehingga kebudayaan merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia. Kebudayaan dalam konteks lebih sempit dapat disebut sebagai kultur yang mempunyai pengertian sebagai keseluruhan sistem gagasan atau tindakan. Dalam kata antropologi, budaya dan kebudayaan tidak dibedakan antara satu kata dengan kata yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan kata budaya digunakan untuk singkatan dari kebudayaan saja, sehingga makna antara budaya dan kebudayaan memiliki arti yang sama. Adapun kata culture yang merupakan kata asing yang artinya kebudayaan, dari bahasa Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah atau bertani. Oleh karena itu, kata kebudayaan berkembang dari kata culture yang berarti aktivitas manusia untuk mengolah dan merubah alam.

Dalam Liliweri (2014), Fredrik L. Benu mengemukakan bahwa kata

“kebudayaan” berasal dari kata dasar budaya dan dalam konteks kebangsaan, kata budaya selalu dihubungkan dengan identitas nasional.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya merupakan sebuah pemikiran adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan diturunkan dari kata budaya, di mana cenderung menunjuk kepada cara berpikir manusia. Ki Hadjar Dewantara (1994) mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia sebagai hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Spradley (2007) mengemukakan bahwa konsep kebudayaan terkait dengan berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti adat

(37)

(custom), atau cara hidup (way of life) masyarakat. Dikatakan pula bahwa kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan oleh orang untuk menginterpretasikan pengetahuan dan melahirkan tingkah laku. Clarkson (2004) mengemukakan kebudayaan sebagai sesuatu yang dapat dipahami sebagai pengetahuan, keyakinan, dan konsep. Sebaliknya dapat juga dipahami sebagai suatu pola arti ysng dibentuk oleh sejarah dan diteruskan secara sosial yang diwujudkan dalam bentuk simbol dan bahasa melalui suatu hal di mana umat manusia bisa saling berkomunikasi, menghargai, dan mengembangkan pengetahuan mereka dan memahami kehidupan mereka.

Koentjaraningrat (1969) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari hasil budi dan karya atau dengan kata lain kebudayaan merupakan keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia melalui pemikiran maupun melalui karyanya. Liliweri (2002) mengemukakan kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar, di mana semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam Liliweri (2002), Taylor mengemukakan kebudayaan tersusun dari kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional, dan kemampuan- kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.

Dalam Liliweri (2014), Kluckhohn dan Kelly memandang kebudayaan sebagai desain untuk hidup. Dalam Liliweri (2014), Kluckhohn, Harris dan Moran memandang kebudayaan sebagai cara hidup suatu kelompok masyarakat tertentu. Dalam Liliweri (2014), Kroeber dan Kluckhohn mengemukakan kebudayaan sebagai pola pemikiran dan perilaku yang sudah dikenal oleh masyarakat. Dalam

(38)

Liliweri (2014), Herskovits memandang kebudayaan sebagai bagian buatan manusia dalam lingkungannya. Dalam Liliweri (2014), Clifford Geertz mendefinisikan kebudayaan sebagai (1) keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, atau setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat sendiri mengajukan konsep tentang kebudayaan, (2) kebudayaan adalah pola pelbagai makna yang dikemas dalam simbol-simbol yang secara historis ditularkan, dan (3) kebudayaan juga adalah konsepsi yang diwariskan melalui ekspresi simbolik sebagai cara orang mengkomunikasikan, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang dan sikap terhadap kehidupan.

Dalam Liliweri (2002), kebudayaan adalah jumlah keseluruhan perilaku yang dipelajari oleh sekelompok orang yang secara umum menerangkan sebuah tradisi kehidupan yang diwariskan oleh sebuah generasi kepada generasi lain. Dalam Liliweri (2002), kebudayaan terdiri dari pola-pola yang eksplisit maupun implisit dari dan untuk sebuah perilaku tertentu yang dialihkan melalui simbol-simbol yang merupakan prestasi kelompok manusia, termasuk peninggalan berbentuk artifak yang merupakan inti atau esensi dari gagasan tradisional dan dikemas dalam nilai-nilai yang telah mereka terima.

Dengan kata lain, sistem kebudayaan dapat diterangkan melalui produk atau tindakan, yang dipandang menjadi faktor berpengaruh terhadap tindakan mereka.

Nida (1964) mengemukakan budaya adalah “We should be fully aware that in a sense ‘culture’ is an abstraction, even as the divisions of culture into material, social, religious, linguistic, and esthetic are abstractions. Culture is a way of behaving, thinking, and reacting, but we do not see culture”. Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni,

(39)

moral, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat. Soemardjan (1964) menerangkan bahwa kebudayaan merupakan buah atau hasil karya cipta & rasa masyarakat. Dalam Saliyo (2012), Djojodigoeno mengemukakan definisi kebudayaan mengandung arti “cipta, rasa dan karsa”, di mana definisi tersebut kental dengan bahasa Jawa, sehingga maknanya sulit untuk dipahami orang-orang. Selain itu, definisi tersebut merupakan penggalian dari kearifan lokal (local wisdom) yang ada di nusantara.

Colletta (1987) mengemukakan definisi kebudayaan sebagai perilaku berpola yang ada dalam kelompok tertentu yang anggota- anggotanya memiliki makna yang sama, serta simbol yang sama untuk mengkomunikasikan makna tersebut. Oleh karena itu, kebudayaan dapat disimpulkan sebagai suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemikirannya, sehingga akan tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari- hari.

Koentjaraningrat (1969) mengemukakan ada tujuh unsur kebudayaan, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi), mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi. Selain itu kebudayaan sebagai objek penelitian antropologi mempunyai tiga aspek, yaitu kebudayaan sebagai tata kelakuan manusia, kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu sendiri, serta kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia. Salah satu unsur budaya bukan kebendaan ialah adat. Adat didefinisikan sebagai satu aturan dan cara hidup yang mencerminkan segala perbuatan, di mana perbuatan tersebut dilakukan setiap hari atau musim, bulan atau tahun. Oleh karena itu, budaya merupakan suatu pengalaman-pengalaman yang diperoleh atau dilakukan oleh individu maupun sekelompok individu atau

(40)

masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga akan memperoleh konstruksi terhadap pengalaman-pengalaman tersebut.

C. Kebudayaan Masyarakat Bangka Belitung

Berdasarkan definisi dari budaya yang telah dikemukakan diatas, maka diperoleh pengertian mengenai kebudayaan merupakan suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemikirannya, sehingga akan tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari. Melalui definisi atau pengertian yang sebelumnya, maka masyarakat Pulau Bangka Belitung adalah sekelompok individu yang mendiami wilayah Pulau Bangka Belitung, di mana dalam aktivitasnya sehari-hari terdapat berbagai macam akulturasi budaya yang sangat beragam dari etnis Melayu dan etnis Tionghoa, serta sekelompok individu tersebut saling memahami dan menghormati etnis yang lainnya dalam usaha untuk mewujudkan kehidupan berdemokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan pengertian dari kebudayaan dan masyarakat Pulau Bangka Belitung, maka kebudayaan masyarakat di Pulau Bangka Belitung merupakan suatu hasil kolaborasi yang dimiliki oleh masyarakat etnis Melayu dan Tionghoa yang saling berakulturasi dalam pemikirannya, sehingga tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari.

D. Aspek-aspek Kebudayaan

Dalam kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat, ada beberapa aspek-aspek kebudayaan yang dapat ditinjau. Aspek-aspek kebudayaan itu dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok atau dua jenis, yaitu:

(41)

1. Aspek-aspek Fisik

Aspek-aspek fisik memiliki artian bahwa adanya contoh benda yang dapat diklasifikasikan ke dalam budaya yang berkembang pada masyarakat. Aspek-aspek fisik tersebut berupa benda-benda fisik, seperti bangunan, rumah-rumah, alat-alat yang digunakan, pakaian-pakaian, adat, dan sebagainya.

2. Aspek-aspek Non Fisik

Aspek-aspek kebudayaan yang berbentuk nonfisik antara lain:

a. Sejarah masyarakat yang bersangkutan

b. Adat-istiadat atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat di daerah tersebut (yang sudah berlaku secara turun temurun)

c. Kepercayaan-kepercayaan

d. Cara berpikir atau cara pandang dalam menanggapi suatu permasalahan

e. Cara mendidik atau mempersiapkan anak-anak atau generasi muda yang terdapat di daerah yang bersangkutan

E. Etnomatematika

Dalam Rosa & Orey (2011: 35), D'Ambrosio mengemukakan bahwa

“The term ethnomathematics has been used by D’Ambrosio (1985) to mean “the mathematical practices of identiable cultural groups and may be regarded as the study of mathematical ideas found in any cultures”. Kemudian pernyataan dari D'Ambrosio tersebut apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi penggunaan matematika dari sekelompok budaya dan dapat dianggap sebagai suatu studi dari matematika ditemukan di berbagai budaya.

Etnomatematika itu sendiri diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan asal Brazil pada tahun 1977. D’Ambrosio (1985) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan matematika

(42)

yang dipraktekkan diantara kelompok budaya yang diidentifikasi dalam kelompok buruh, kelompok anak-anak usia tertentu, buruh serta anak- anak dari kelas profesional. Oleh karena itu, etnomatematika apabila dipandang secara luas, maka dapat diartikan sebagai antropologi kebudayaan dari bidang kajian matematika dan pendidikan matematika, sehingga matematika tersebut dapat dipraktikkan oleh sekelompok budaya, seperti masyarakat pedesaan, perkotaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok tertentu, masyarakat adat, serta yang lainnya.

Menurut Suwarsono (2015), etnomatematika merupakan suatu studi tentang matematika yang muncul atau digunakan di dalam kelompok- kelompok masyarakat tertentu. Albanese (2015) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan program penelitian di mana yang menjadi fokusnya, yaitu pada hubungan antara matematika dan budaya.

Albanese (2015) juga mengemukakan lebih jauh bahwa matematika merupakan hasil dari sejarah sosial serta proses budaya yang dikembangkan dengan kontribusi dari berbagai masyarakat dan budaya.

Bishop (1994) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan teori yang membangun pemeriksaan radikal terhadap pendidikan.

Etnomatematika itu dapat digunakan oleh guru untuk melakukan proses pengembangan kurikulum yang terkait dengan pembelajaran matematika. Gerdes (1994) mengemukakan etnomatematika merupakan alat untuk menghidupkan kembali politik dari matematika dan pendidikan matematika di negara berkembang. Etnomatematika itu dapat dipandang sebagai suatu pengetahuan yang digunakan untuk mengkonstruksi pembelajaran matematika dengan mengidentifikasi kebudayaan yang berada dalam kehidupannya sehari-hari.

Arismendi (2001) menjelaskan bahwa studi tentang etnomatematika terkait dengan penyelidikan mengenai suatu budaya dari kelompok tertentu dalam hal mengklasifikasi, mengurutkan, menghitung, mengukur, mempertimbangkan, menyimpulkan, memodelkan,

(43)

membuat sandi, serta memecahkan masalah. Dalam Rosa & Orey (2011), Barton mengemukakan bahwa etnomatematika sebagai

"program that investigate the ways in which different cultural groups comprehend, articulate, and apply concepts and practices that can be identified as mathematical practices". Melalui pernyataan Barton tersebut, maka etnomatematika merupakan suatu program penyelidikan terhadap suatu kelompok budaya dalam hal memahami, mengartikulasi dan mengaplikasi berbagai konsep dan praktik yang dapat diidentifikasi sebagai kegiatan matematika. Borda (dalam Rosa & Orey, 2011) mengemukakan bahwa etnomatematika sebagai "a way in which people from a particular culture use mathematical ideas and concepts for dealing with quantitative, relational, and spatial aspects of their lives".

Oleh karena itu, pendapat Borda dapat disimpulkan sebagai suatu jalan atau cara yang digunakan oleh setiap orang dalam menggunakan ide-ide matematika, serta konsep matematika untuk menjalankan aspek-aspek dalam kehidupannya dalam suatu budaya.

Menurut Marsigit (2016), etnomatematika merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari sebuah budaya dan berfungsi untuk mengekspresikan hubungan antara budaya dan matematika, sehingga dengan kata lain etnomatematika merupakan ilmu yang mengkaji kebudayaan masyarakat. Etnomatematika itu sendiri terbentuk melalui cara-cara atau kebiasaan yang membaur dengan masyarakat, sehingga kajiannya terkait dengan kebiasaan atau cara-cara yang biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat dalam melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, dari berbagai pendapat beberapa ahli, maka etnomatematika merupakan suatu studi mengenai keterkaitan matematika dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat atau dengan kata lain matematika sebagai "grass root" bagi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.

(44)

Menurut Suwarsono (2015), beberapa ide yang dikaji dalam etnomatematika yaitu:

a. Lambang-lambang, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan matematis yang ada pada kelompok- kelompok bangsa, suku ataupun kelompok masyarakat.

b. Perbedaan atau kesamaan dalam hal-hal yang bersifat matematis antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya dan faktor-faktor yang ada di belakang perbedaan atau kesamaan tersebut.

c. Hal-hal yang menarik atau spesifik yang ada pada suatu kelompok atau beberapa kelompok masyarakat tertentu, misalnya cara berpikir, cara bersikap, cara berbahasa, dan sebagainya, yang ada kaitannya dengan matematika.

d. Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang ada kaitannya dengan matematika, misalnya:

1) Literasi keuangan (financial literacy) dan kesadaran ekonomi (economic awareness)

2) Keadilan sosial (social justice)

3) Kesadaran budaya (cultural awareness)

4) Demokrasi (democracy) dan kesadaran politik (political awareness)

5) Hukum (law) yang berlaku di suatu daerah atau negara, dan kaitannya dengan matematika

Suwarsono (2015) juga mengemukakan tujuan dari kajian etnomatematika antara lain sebagai berikut:

a. Agar keterkaitan antara matematika dan budaya bisa lebih dipahami, sehingga persepsi siswa dan masyarakat tentang matematika menjadi lebih tepat, dan pembelajaran matematika bisa lebih disesuaikan dengan konteks budaya siswa dan masyarakat, dan matematika bisa lebih mudah dipahami karena

(45)

tidak lagi dipersepsikan sebagai sesuatu yang asing oleh siswa dan masyarakat.

b. Agar aplikasi dan manfaat matematika bagi kehidupan siswa dan masyarakat luas lebih dapat dioptimalkan, sehingga siswa dan masyarakat memperoleh manfaat yang optimal dari kegiatan belajar matematika.

F. Aktivitas Fundamental Matematis

Bishop (1988) mengemukakan 6 fundamental mathematical activities (6 aktivitas fundamental/dasar matematika) antara lain:

a. Counting: Quantifiers (each, some, many, none); Adjectival number names; Finger and body counting; Tallying; Numbers;

Place value; Zero; Base 10; Operations on Numbers;

Combinatories; Accuracy; Approximation; Errors; Fractions;

Decimals; Positive; Negatives; Infinitely large, small; Limit;

Number patterns; Powers; Number relationships; Arrow diagrams Algebraic representation; Events; Probabilities;

Frequency representations.

Aktivitas counting pada awal mulanya berkembang dikarenakan adanya kebutuhan dari masyarakat untuk membuat suatu catatan yang didasarkan pada harta dan benda yang dimilikinya. Oleh karena itu, aktivitas ini awalnya untuk membantu masyarakat dalam merepresentasikan suatu objek yang dimilikinya dengan objek lain yang memiliki nilai yang sama. Dalam aktivitas counting terdapat beberapa hal yang ada, yaitu kuantifikasi/kuantor, nama-nama bilangan, penggunaan jari dan bagian tubuh untuk menghitung, bilangan, nilai tempat, basis 10, operasi bilangan, akurasi, pendekatan, kesalahan dalam membilang, desimal, positif, negatif, besar tidak terhingga, kecil

Referensi

Dokumen terkait

 Losses yang terdapat dalam pembangkit adalah losses di dalam boiler, losses karena gas buang , losses karena ekstraksi uap,  losses karena panas buang pada

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis berusaha mengkaji hadis yang berkaitan dengan akal dan agama perempuan dengan pendekatan psikososial untuk menjawab

Setelah ditanyakan apakah beliau sebagai penghuni merasa terganggu dengan pemandangan jemuran di rusun tempat tinggalnya, beliau mengatakan tidak memiliki pilihan

Dilihat komposisinya, impor kakao umumnya dilakukan dalam bentuk biji yang kemudian diolah di negara tujuan kedalam bentuk produk setengah jadi seperti kakao tepung, kakao pasta,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara experiential marketing terhadap kepuasan konsumen J.CO

20 Penelitian terdahulu yang kedua adalah dari Singgih Susilo tahun 2016 yang berjudul Konteks sosial bagi suami yang memahami pekerjaan rumah tangga pada

Apakah disekitar tempat tinggal ibu/bapak alat kontrasepsi tersedia dengan lengkap (pil, suntik, IUD/AKDR, implan/susuk)b.

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi sebelumnya dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian dari hasil tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi