• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang dalam bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”, sehingga kebudayaan merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia. Kebudayaan dalam konteks lebih sempit dapat disebut sebagai kultur yang mempunyai pengertian sebagai keseluruhan sistem gagasan atau tindakan. Dalam kata antropologi, budaya dan kebudayaan tidak dibedakan antara satu kata dengan kata yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan kata budaya digunakan untuk singkatan dari kebudayaan saja, sehingga makna antara budaya dan kebudayaan memiliki arti yang sama. Adapun kata culture yang merupakan kata asing yang artinya kebudayaan, dari bahasa Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah atau bertani. Oleh karena itu, kata kebudayaan berkembang dari kata culture yang berarti aktivitas manusia untuk mengolah dan merubah alam.

Dalam Liliweri (2014), Fredrik L. Benu mengemukakan bahwa kata

“kebudayaan” berasal dari kata dasar budaya dan dalam konteks kebangsaan, kata budaya selalu dihubungkan dengan identitas nasional.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya merupakan sebuah pemikiran adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan diturunkan dari kata budaya, di mana cenderung menunjuk kepada cara berpikir manusia. Ki Hadjar Dewantara (1994) mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia sebagai hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Spradley (2007) mengemukakan bahwa konsep kebudayaan terkait dengan berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti adat

(custom), atau cara hidup (way of life) masyarakat. Dikatakan pula bahwa kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan oleh orang untuk menginterpretasikan pengetahuan dan melahirkan tingkah laku. Clarkson (2004) mengemukakan kebudayaan sebagai sesuatu yang dapat dipahami sebagai pengetahuan, keyakinan, dan konsep. Sebaliknya dapat juga dipahami sebagai suatu pola arti ysng dibentuk oleh sejarah dan diteruskan secara sosial yang diwujudkan dalam bentuk simbol dan bahasa melalui suatu hal di mana umat manusia bisa saling berkomunikasi, menghargai, dan mengembangkan pengetahuan mereka dan memahami kehidupan mereka.

Koentjaraningrat (1969) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari hasil budi dan karya atau dengan kata lain kebudayaan merupakan keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia melalui pemikiran maupun melalui karyanya. Liliweri (2002) mengemukakan kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar, di mana semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam Liliweri (2002), Taylor mengemukakan kebudayaan tersusun dari kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional, dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.

Dalam Liliweri (2014), Kluckhohn dan Kelly memandang kebudayaan sebagai desain untuk hidup. Dalam Liliweri (2014), Kluckhohn, Harris dan Moran memandang kebudayaan sebagai cara hidup suatu kelompok masyarakat tertentu. Dalam Liliweri (2014), Kroeber dan Kluckhohn mengemukakan kebudayaan sebagai pola pemikiran dan perilaku yang sudah dikenal oleh masyarakat. Dalam

Liliweri (2014), Herskovits memandang kebudayaan sebagai bagian buatan manusia dalam lingkungannya. Dalam Liliweri (2014), Clifford Geertz mendefinisikan kebudayaan sebagai (1) keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, atau setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat sendiri mengajukan konsep tentang kebudayaan, (2) kebudayaan adalah pola pelbagai makna yang dikemas dalam simbol-simbol yang secara historis ditularkan, dan (3) kebudayaan juga adalah konsepsi yang diwariskan melalui ekspresi simbolik sebagai cara orang mengkomunikasikan, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang dan sikap terhadap kehidupan.

Dalam Liliweri (2002), kebudayaan adalah jumlah keseluruhan perilaku yang dipelajari oleh sekelompok orang yang secara umum menerangkan sebuah tradisi kehidupan yang diwariskan oleh sebuah generasi kepada generasi lain. Dalam Liliweri (2002), kebudayaan terdiri dari pola-pola yang eksplisit maupun implisit dari dan untuk sebuah perilaku tertentu yang dialihkan melalui simbol-simbol yang merupakan prestasi kelompok manusia, termasuk peninggalan berbentuk artifak yang merupakan inti atau esensi dari gagasan tradisional dan dikemas dalam nilai-nilai yang telah mereka terima.

Dengan kata lain, sistem kebudayaan dapat diterangkan melalui produk atau tindakan, yang dipandang menjadi faktor berpengaruh terhadap tindakan mereka.

Nida (1964) mengemukakan budaya adalah “We should be fully aware that in a sense ‘culture’ is an abstraction, even as the divisions of culture into material, social, religious, linguistic, and esthetic are abstractions. Culture is a way of behaving, thinking, and reacting, but we do not see culture”. Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni,

moral, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat. Soemardjan (1964) menerangkan bahwa kebudayaan merupakan buah atau hasil karya cipta & rasa masyarakat. Dalam Saliyo (2012), Djojodigoeno mengemukakan definisi kebudayaan mengandung arti “cipta, rasa dan karsa”, di mana definisi tersebut kental dengan bahasa Jawa, sehingga maknanya sulit untuk dipahami orang-orang. Selain itu, definisi tersebut merupakan penggalian dari kearifan lokal (local wisdom) yang ada di nusantara.

Colletta (1987) mengemukakan definisi kebudayaan sebagai perilaku berpola yang ada dalam kelompok tertentu yang anggota-anggotanya memiliki makna yang sama, serta simbol yang sama untuk mengkomunikasikan makna tersebut. Oleh karena itu, kebudayaan dapat disimpulkan sebagai suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemikirannya, sehingga akan tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari.

Koentjaraningrat (1969) mengemukakan ada tujuh unsur kebudayaan, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi), mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi. Selain itu kebudayaan sebagai objek penelitian antropologi mempunyai tiga aspek, yaitu kebudayaan sebagai tata kelakuan manusia, kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu sendiri, serta kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia. Salah satu unsur budaya bukan kebendaan ialah adat. Adat didefinisikan sebagai satu aturan dan cara hidup yang mencerminkan segala perbuatan, di mana perbuatan tersebut dilakukan setiap hari atau musim, bulan atau tahun. Oleh karena itu, budaya merupakan suatu pengalaman-pengalaman yang diperoleh atau dilakukan oleh individu maupun sekelompok individu atau

masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga akan memperoleh konstruksi terhadap pengalaman-pengalaman tersebut.

Dokumen terkait