• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Bank Berdasarkan Prinsip Syari'ah

Bank syariah berasal dari dua kata, yaitu bank dan syariah. Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Syariah adalah Bank Islam. Bank Islam adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya telah disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Bank Islam wajib mengikuti dan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ada pada zaman Rasulullah, bentuk-bentuk yang sudah ada ataupun bentuk-bentuk usaha yang baru dan tidak menyimpang dari ketentuan Al-Quran dan Hadis.

Bank mempunyai makna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara dua pihak, dimana dua pihak tersebut terdiri dari pihak yang bekelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Syariah apabila dilihat dari bank syariah Indonesia memiliki arti yaitu aturan perjanjian yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau untuk pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.

Pengertian dari Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan ajaran hukum Islam. Bank syariah juga memiliki istilah lain yaitu Islamic banking atau interest fee banking, yang mengandung pengertian suatu sistem perbankan dalam

pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi dan ketidakpastian ataupun ketidakjelasan (Ismail, 2008:30).

Secara umum para ulama sepakat bahwa tujuan dari sistem perbankan syariah adalah untuk menghilangkan kezaliman dalam sistem ekonomi khususnya sistem perbankan. Salah satu bentuk kezaliman itu adalah adanya unsur eksploitasi atas yang lemah oleh yang kuat dalam interaksi ekonomi. Salah satu contoh yang sering ditampilkan oleh praktisi perbankan syariah adalah wujudnya praktek ribawi dalam sistem perbankan konvensional. Praktek disini adalah pemodal tidak mengetahui kepada pekerjaan apa bank memberikan modal dan apakah pekerja dalam pekerjaan tersebut untung atau rugi yang penting bagi pemilik modal adalah modal yang diberikan tidak hilang dan mendapat keuntungan yang banyak dari pekerjaan tersebut. Sedangkan dalam bentuk yang lainnya, praktek riba (bunga) masih menjadi sistem yang berlaku pada sistem perbankan konvensional (Nurdin, 2010:12).

2.5.1 Perbedaan Perbankan Syari'ah dengan Perbankan Konvensional Bank syari'ah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya, baik dari imbalan yang diberikan ataupun yang diterima, bank syari'ah tidak menggunakan sistem bunga, melainkan menggunakan prinsip dasar sesuai syari'ah Islam dengan menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang dijanjikan (bagi hasil).

Adapun perbedaan antara perbankan syari'ah dengan perbankan konvensional adalah sebagai berikut (Ismail, 2011:34) :

2.5.1.1 Segi Investasi

Bank syari'ah lebih selektif dalam hal memilih pihak-pihak pengguna dana yang akan disalurkan. Bank syari'ah hanya boleh menyalurkan dananya dalam investasi yang halal. Perusahaan yang melakukan kerjasama usaha dengan bank syari'ah juga seharusnya adalah perusahaan yang memproduksi barang dan jasa yang halal.

Sebaliknya, bank konvensional tidak mempertimbangkan siapa pengguna dana atau apa jenis investasinya, selama penyaluran dana yang dilakukan untuk perusahaan memberikan keuntungan, bank konvensional tetap akan menyalurkan dananya meskipun investasi tersebut mengandung produk yang tidak halal dalam syari'ah Islam.

2.5.1.2 Segi Imbalan (Return)

Return yang diberikan baik dari penyaluran dana ataupun penghimpunan

dana, bank syari'ah menggunakan sistem bagi hasil dimana imbalan sudah disepakati keduabelah pihak pada awal perjanjian.

Dari sisi penghimpunan dana, apabila bank syari'ah memperoleh pendapatan yang besar, maka nasabah juga akan menerima bagi hasil yang besar. Begitupun sebaliknya, bila hasil yang didapat bank syari'ah kecil, maka bagi hasil yang didapat nasabah pun akan menurun.

Dari sisi penyaluran dana, bila nasabah pengguna dana memperoleh hasil yang besar, maka bank syari'ah juga akan menerima bagi hasil yang besar, dan sebaliknya, bila hasil yang didapat nasabah pengguna dana kecil, maka bank syari'ah akan mendapat bagi hasil yang kecil pula.

Dengan demikian, return yang diberikan/diterima oleh bank syari'ah tidak akan pernah tetap, tergantung hasil usaha yang dilakukan baik oleh nasabah ataupun bank syari'ah itu sendiri. Sebaliknya dalam bank konvensional, imbalan yang diberikan/diterima dihitung berdasarkan bunga, dimana bunga dihitung dengan megalikan antara persentase bunga dengan pokok pinjaman atau pokok penyaluran dana, sehingga hasilnya akan selalu tetap.

2.5.1.3 Segi Perjanjian

Perjanjian yang dibuat antara bank syari'ah dengan nasabah adalah perjanjian yang berdasarkan prinsip syari'ah Islam. Dengan demikian rukun dan syarat dari akad yang disepakati juga sesuai dengan syari'at Islam sehingga akad yang diperjanjikan sah untuk dilaksanakan. Sedangkan perjanjian pada bank konvensional dengan nasabahnya hanya berdasarkan hukum positif berdasarkan keuntungan.

2.5.1.4 Segi Orientasi

Orientasi bank syari'ah dalam memberikan pembiayaannya adalah berdasarkan falah sebagai tujuan dari ekonomi Islam. Dimana dalam orientasi pembiayaan untuk nasabah, bank syari'ah tidak hanya memilah berdasarkan keuntungan yang akan diperoleh saja, melainkan juga mempertimbangkan kemakmuran masyarakat. Dengan demikian, aspek sosial kemasyarakatan yang menjadi pertimbangan bank syari'ah dalam menyalurkan dananya ke pihak pengguna dana. Sedangkan pada bank konvensional hanya akan menyalurkan dananya apabila usaha nasabah menguntungkan.

2.5.1.5 Segi Hubungan Bank dengan Nasabah

Hubungan bank syari'ah dengan nasabah pengguna dana merupakan hubungan kemitraan. Sebagaimana mitra kerja dalam usaha, kedua pihak memiliki kedudukan yang sama, sehingga hasil usaha atas kerjasama yang dilakukan oleh nasabah pengguna dana, akan dibagihasilkan dengan bank syari'ah dengan nisbah yang telah disepakati bersama dan tertuang dalam akad.

Sedangkan dalam hubungannya dengan nasabah pengguna, bank konvensional sebagai kreditor dengan pinjaman berbunga yang menjadikan keuntungan usaha dari nasabah pengguna harus dialokasikan sebaik mungkin agar dapat mengembalikan dana yang disalurkan oleh bank konvensional.

2.5.1.6 Segi Dewan Pengawas

Pada dasarnya dewan pengawas baik dari bank syaria'h ataupun bank konvensional adalah sama, yaitu Komisaris, Bank Indonesia, dan Bapepam. Namun pada bank syariah ada satu tambahan dewan pengawas yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Setiap dewan pengawas memiliki fungsinya masing-masing. Khusus Dewan Pengawas Syariah, tugasnya ialah mengawasi jalannya operasional bank syariah agar tidak terjadi penyimpangan pada produk dan jasa yang ditawarkan bank syariah. Dimana setiap produk atau jasa yang akan ditawarkan oleh bank syariah sudah diatur dalam undang-undang fatwa yang telah disahkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Dewan Pengawas Syari'ah diangkat oleh rapat umum pemegang saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Permasalahan-permasalahan yang muncul pada bank syariah akan diselesaikan dengan cara musyawarah. Namun apabila musyawarah tidak dapat meyelesaikan masalah antara bank syariah dengan nasabah, permasalahan akan diselesaikan oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan agama.

Sedangkan bank konvensional akan menyelesaikan sengketa melalui negosiasi. Dan apabila negosiasi tidak dapat dilaksanakan, maka penyelesaiannya melalui pengadilan negeri setempat.

Dokumen terkait