• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Cakupan Nilai-Nilai Islam

Agama Islam memiliki tiga aspek utama, yaitu aqidah, syari'at, dan akhlak. Aqidah juga disebut iman yang menunjukkan kebenaran Islam, dan

syari'at sebagai Islam menunjukkan keadilan Islam, sedangkan akhlak disebut juga ihsan yang menunjukkan keindahan Islam (Karim, 2004:2).

2.3.1. Aspek Aqidah

Aspek aqidah adalah bagian dari ajaran agama Islam yang berhubungan dengan masalah-masalah keimanan dan dasar-dasar agama. Dimana dari aqidah inilah yang menunjukkan hakikat kehidupan manusia, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidupnya, kemana hidup itu harus diarahkan, serta kemana pula segala hal dalam kehidupan itu akan berakhir.

Manusia dituntut untuk menjaga aqidahnya yang berarti pula mempertahankan keimanannya, sebagaimana dasar dari aqidah itu adalah kebenaran dari Islam itu sendiri. Dengan kata lain aqidah itu bisa disamakan dengan iman, sebenar-benarnya Islam seseorang dapat ditunjukkan dari keimanan dan aqidahnya. Pokok-pokok keimanan ataupun pedoman aqidah dalam Islam tercantum dalam rukun iman sebagai berikut :

1. Iman kepada Allah 2. Iman kepada Malaikat 3. Iman kepada Kitab-kitab 4. Iman kepada Nabi dan Rasul

5. Iman kepada Hari Akhir 6. Iman kepada Qadha dan Qadar

Sebagaimana terjemahan dari hadits Nabi SAW sebagai berikut :

"Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya,

rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman pula kepada qadar (takdir) yang baik ataupun

yang buruk". (HR. Muslim).

Dengan demikian, aqidah adalah bersifat kekal, aspek aqidah tidak akan pernah mengalami perubahan sampai kapanpun, baik karena perubahan zaman ataupun perubahan tempat. Sejak zaman Nabi Adam a.s sampai sekarang, persoalan aqidah dalam Islam tetap sama, tidak akan ada perubahan ataupun modernisasi dalam aspek aqidah ini. Sebagaimana dalam terjemahan Al-Qur'an Surah Asy-Syura ayat 13 sebagai berikut :

"Dia telah mensyariatkan bagi kamu dalam agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan

apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu :

tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya..."

(Terjemah QS. Asy-Syura:13) 2.3.2 Aspek Syari'ah

Ajaran Islam tidak berhenti pada kepercayaan saja. Setelah mempercayai keenam rukun iman diatas, ummat muslim dihadapkan dengan aturan-aturan terhadap kehidupan di dunia, bagaimana menjalani kehidupan yang sesuai Islam, tercantum didalam aspek syari'ah.

Kata syari'ah berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti jalan yang ditempuh atau garis yang harus dilalui. Menurut istilah, definisi syari'ah adalah peraturan-peraturan dan hukum yang telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada ummat muslim untuk mematuhinya, sebagai penghubung diantaranya dengan Allah dan diantaranya dengan manusia (Karim, 2004:7).

Sesuai dengan definisi diatas, syari'ah terbagi dua bagian, yaitu :

a. Bagian Ibadah, yaitu syari'at yang mengatur tentang hubungan antara manusia dengan Allah (hablum minAllah). Bagian ibadah terangkum dalam rukun Islam yang mencakup syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. b. Bagian Mu'amalah, yaitu bagian yang mengatur hubungan antara sesama

manusia (hamblum minannaas). Bagian muamalah mencakup semua aspek hidup manusia serta berbagai interaksi antara satu dengan lainnya seperti masalah pernikahan, perdagangan, ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya.

Pada halnya pergantian zaman, bagian ibadah tidak akan terjadi perubahan, dikarenakan hubungan kejiwaan antara manusia dengan Allah tidak akan berbeda. Dengan demikian rukun Islam (syahadat, sholat, puasa, zakat, dan naik haji) tetap dilakukan dengan cara yang sama tanpa perlua menyesuaikan dengan perkembangan zaman/tempat.

Namun pada bagian mu'amalah, bisa terjadi beragam perubahan dikarenakan masalah mu'amalah yang dihadapi pada zaman Rasulullah SAW sangat jauh berbeda dengan masalah yang dihadapi manusia pada masa sekarang ini. Pada umumnya ajaran Islam tentang mu'amalah hanya memberikan

petunjuk-petunjuk yang mendasar, hal yang lebih rinci tidak diatur, tetapi diserahkan kepada masing-masing manusia pada zamannya melalui proses ijtihad. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya sebagai berikut :

"Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian" (HR. Muslim).

Dengan demikian para ulama telah merumuskan suatu kaidah dalam syari'at Islam, yang disebut sebagai dua hukum asal sebagai berikut :

a. Hukum asal ibadat, dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah sudah berdasarkan petunjuk dari Al-Qur'an dan hadits, apa yang diperintahkanNya dikerjakan, dan segala hal yang dilarangNya tidak boleh dikerjakan.

b. Hukum asal mu'amalat, dimana masalah mu'amalah yang tidak diatur secara rinci dalam Al-Qur'an dan hadits sehingga segala sesuatunya diperbolehkan untuk dikerjakan, kecuali ada larangannya dalam Al-Qur'an dan hadits (Karim, 2004:9).

Dari hukum asal inilah timbul usaha untuk lebih dalam menafsirkan syari'at dari perintah dan larangan tersebut. Pemahaman dan penafsiran ini dilakukan secara sistematis oleh para ulama dengan menggunakan metode tertentu. Hasil dari usaha sistematis dari ulama ini disebut "fiqh" yang menjadi pedoman orang awam terhadap berbagai masalah baik ibadah ataupun mu'amalah (Karim, 2004:10).

2.3.3 Aspek Akhlak

Setelah aspek syari'at yang menentukan yang mana yang benar ataupun yang salah, ajaran Islam mengatur juga dalam masalah indah (baik) atau jelek (buruk) dalam kelakuan manusia. Kadang sesuatu yang indah belum tentu baik, dan yang sepintas baik belum tentu benar, yang jelek belum tentu buruk. Persoalan baik-buruk dalam menyangkut perilaku dan sikap hidup manusia ini yang dibahas dalam aspek akhlak.

Akhlak (etika) sering juga disebut sebagai ihsan yang berasal dari kata hasan dalam bahasa Arab yang berarti baik. Definisi ihsan dapat dilihat dari

hadits Nabi yang artinya sebagai berikut :

"Ihsan adalah engkau beribadah kepada Tuhanmu seolah-olah engkau

melihatNya sendiri, kalaupun engkau tidak melihatNya, maka Ia melihatmu".

(HR. Muslim)

Melalui ihsan seseorang akan selalu merasa dirinya diawasi oleh Allah, karena Allah selalu mengetahui sekecil apapun perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, walaupun dikerjakan ditempat tersembunyi, bahkan Allah dapat mengetahui segala pikiran yang terlintas dan segala isi hati dari makhlukNya. Dengan kesadaran seperti ini seseorang pasti terdorong untuk selalu berperilaku baik, dan menjauhi perilaku buruk, baik terhadap Allah ataupun sesama manusia.

Seperti halnya dalam aspek syari'at yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah (ibadah), dan mengatur hubungan antara sesama manusia (mu'malah), maka dalam aspek akhlak juga memberikan panduan bagaimana

seharusnya seseorang berperilaku terhadap Allah, dan berperilaku baik terhadap sesama manusia.

Iman adalah fondasi dari keagamaan seseorang agar ia dapat berperilaku (berakhlak) mulia. Kuat lemahnya iman seseorang dapat diukur dari perilaku akhlaknya, karena iman yang kuat akan berpengaruh positif terhadap akhlak seseorang. Dan fondasi keagamaan ini tidak dapat tegak berdiri jika tidak diperkuat oleh tiang-tiang penyangga, yaitu Islam (syari'at). Dengan demikian, iman itu menuntut pengamalan, dan panduan pengamalan itu ada pada syari'at (Islam), yang apabila dilaksanakan dengan baik maka akan menghasilkan akhlak yang baik pula.

Dokumen terkait